Happy Family

by: nom-de-plumee

An unprofitable fanwork of Gundam Seed/Destiny © Bandai, Mitsuo Fukuda, Chiaki Morosawa, and Affiliations.

May GS/D always stay alive in our hearts and imagination.

000

"Tante! Perut Tante udah nggak buncit lagi!" Athrun berseru dengan cadel begitu turun dari mobilnya.

Ibunya, Lenore Zala, menepuk kepala putera tunggalnya itu. Wajah ayunya dihiasi senyuman samar yang ditujukan untuk nyonya rumah, Via Hibiki. "Maafkan Athrun, Via. Athrun, itu tadi nggak sopan. Ayo, bilang apa sama Tante Via?"

"Maaf, Tante."

Via tertawa kecil kemudian menyentuh perutnya yang sudah rata itu. Ia tidak terkejut dengan respon Athrun itu; mengingat anak lelakinya memberikan respon 'perut Bunda meletus? Bunda? Ayo panggil dokter, Bun! Nanti perut Bunda kenapa-kenapa' diikuti dengan tangisan singkat selama lima menit–yang berhenti setelah Ulen memberikan sebuah permen loli untuknya–di rumah sakit.

"Tidak apa-apa, Athrun." Ia kemudian mengacak-acak rambut anak berusia tiga tahun itu. "Sana, masuk dulu. Bermainlah dengan Kira."

"Iya, Tante!" seru anak itu dengan wajah berseri-seri. "Kira," panggilnya sambil berlari masuk ke rumah bercat biru itu.

Lenore menyuruh supirnya untuk pergi lagi, setelah mengingatkan agar dijemput pada sore hari. Wanita berambut ikal itu memberikan pelukan pada wanita yang seusia dengannya itu –satu tangan menepuk perutnya yang, meminjam kata anaknya, tidak buncit lagi. "Jadi … anak keduamu?"

"Cagalli."

Lenore menggumam senang. "Ah, perempuan? Aku yakin Ulen pasti sangat senang. Dia selalu menginginkan anak perempuan sejak dulu!"

"Ya, aku tahu. Aku ingat dia bahkan membuat Kira mengenakan pakaian perempuan satu kali." Ia kemudian menambahkan dengan berbisik: "Aku menyimpan satu album foto anak itu mengenakan baju anak perempuan. Tapi, jangan sampai ketahuan. Anak itu masih ingat pengalamannya yang itu. Dia bisa ngambek kalau tahu."

Lenore tertawa kecil seraya menutupi bibirnya. "Kau harus mengakui kedua anak kita memang cantik, kan? Aku yakin mereka akan jadi calon idola wanita ketika besar nanti."

"Kau benar," ujar Via menyetujui ucapan wanita itu.

"Ayo, kenalkan aku pada anggota baru Hibiki."

Via membawa Lenore menuju sebuah ruangan yang didominasi warna pink dan wallpaper bermotif bunga. Di tengah ruangan, ada sebuah tempat tidur bayi yang dihiasi renda-renda. Di samping kiri dan kanannya, Athrun dan Kira berdiri melihat bayi perempuan yang tengah tidur.

"Ini apa, Kira?"

"Cag'lli! Ini adik baruku!" jawab Kira lantang dengan rasa bangga. Anak berambut cokelat yang seumuran dengan Athrun itu kemudian menggembungkan pipinya. "Masa kamu nggak tahu, sih."

"Eh? Adikmu?"

"Iya. Kemarin Bunda ngeluarin Cag'lli dari perutnya."

"Ini kemarin ada di dalam perut Tante? Kok bisa muat?!"

Lenore mengetuk kepala Athrun pelan–yang kemudian mengelus-elus kepalanya dengan wajah cemberut. "Kok aku dipukul sih, Ma?"

"Kamu ini ada-ada saja. Ayo minta maaf kepada Tante dan Kira."

Athrun pun meminta maaf pada ibu-anak Hibiki itu –meskipun sebenarnya ia tak tahu kenapa ia harus meminta maaf.

"Cantiknya," puji Lenore sembari berlutut di samping anaknya dan menyentuh pipi pink bayi mungil itu. "Lihat Athrun, cantik sekali, ya?"

Athrun menoleh pada ibunya dan mengangguk –ragu-ragu mengiyakan.

Via, yang berdiri di belakang Kira sambil membelai-belai kepala anak-tunggal-yang-sudah-berganti-status-menjadi-seorang-kakak itu dengan kasih sayang, tersenyum. "Athrun, kenalkan, namanya Cagalli. Cagalli minggu lalu ada dalam perut Tante. Tapi, Cagalli sudah nggak sabar ketemu Athrun dan Kira, makanya udah keluar."

"Iya, Ma?" tanya Athrun pada Lenore, memastikan ucapan ibu temannya itu.

Lenore mengiyakan.

"Tapi Cag'lli lebih kepengen ketemu aku daripada ketemu Athrun! Soalnya aku kakaknya Cag'lli."

Lenore dan Via tertawa bersama mendengar seruan Kira itu. Anak laki-laki itu menusuk-nusuk telapak tangan Cagalli dengan telunjuknya. Telunjuknya tiba-tiba saja ditangkap bayi berusia kurang dari seminggu itu. Ber-ohhh ria, Athrun mengikuti gerakan Kira itu. Ia menusuk telapak tangan kanan Cagalli dan mendapatkan respon yang sama. "Ohhhh!"

"Mulai sekarang, Kira harus jadi kakak yang baik. Athrun juga," pesan Lenore. "Kalian harus menjaga Cagalli, ya!"

"Iya, Ma."

"Siap, Tante! Aku akan jadi kakak yang baik!"

Cagalli mengeratkan pegangan tangannya, lalu menangis keras.

000

A/N:

Drabble-drabble sederhana ini topiknya ringan kayak bulu dan bebas dari semua yang angsty-angsy! Teruntuk para reader yang mencari penghangat(?) hati seperti saya. I'm having fun writing this baby~ Pokoknya keluarga bahagia, lah~ (coretsampaihatisayapindahjalurkeangstylagicoret) (/.\)

Thanks for reading! Feedbacks are appreciated!

PS: Etoo, kebenaran pertumbuhan bayi di sini saya usahakan mendekati fakta, referensi di Mister Google. Tapi kalau ada fakta yang melenceng jauh, mohon dibantu koreksi!