Chapter 1
"Naruto, bangun..." Suara lembut dipagi hari, berasal dari seorang gadis remaja yang sedang berusaha membangunkan remaja lainnya yang masih tidur.
Naruto, remaja yang sedang berusaha dibangunkan oleh gadis tadi terlihat menggeliat di balik selimut yang ia kenakan, matanya terbuka dan menyibak selimut yang tadi menggulung dirinya. Jam masih menunjukan pukul 6 pagi, masih terlalu awal untuk bangun. Bahkan sekolah dimulai pada pukul 08.30.
Matanya bergulir menatap gadis yang baru saja membangunkannya tadi. Surai hitam panjang yang menari lembut, ditambah iris mata violet yang bersinal bagaikan kristal, jangan lupakan wajahnya yang rupawan membuat dia terlihat cantik.
Gadis itu terlihat mengenakan seragam sekolah dengan rok kotak-kotak sepaha berwana putih-biru dengan garis merah di tepi warna birunya. Kemeja putih panjang dengan pita merah yang diikat kupu-kupu pada bagian kerah, dibalut blezer hitam dengan garis putih.
Mungkin masih pagi sebagian orang, bahkan mungkin masih terlalu awal untuk berangkat ke sekolah, tapi beda lagi jika kau harus mengerjakan piket dan menghadiri ekskul pada pagi hari.
"Kalau begitu aku berangkat duluan, untuk sarapan sudah aku siapkan di meja makan. Tapi sebelum itu, sebaiknya kau bangun lalu mandi." Ucap gadis tadi seraya berjalan ke arah pintu kamar.
Sedang untuk Naruto sendiri, dia mulai menggerakkan badan lalu duduk ditepian kasur. Dia memikirkan semua kejadian yang telah terjadi belakangan ini. 4 tahun yang lalu dia terdampar di kota ini tanpa apapun selain pakaian yang ia kenakan, 2 bulan hidup dijalanan sebelum akhirnya dia mendapat sebuah pekerjaan juga tempat tinggal yang layak. Butuh waktu satu tahun untuk dia dapat menyewa apartemen sederhana ini.
Serta butuh waktu satu tahun lagi untuk dia dapat kembali melanjutkan sekolah. Berterimakasihlah pada manager tempat dia bekerja, berkatnya dia dapat kembali melanjutkan sekolah yang sempat tertunda. Dia memulai kembali dari tahun ajaran baru, jika dihitung sekarang dia sudah berumur 18 tahun dan dia masih kelas sebelas.
Mungkin seharusnya dia sudah lulus, tapi masa bodo. Toh dengan begini saja sudah cukup, apalagi dia melanjutkan sekolah tanpa ijazah dari sekolah sebelumnya. Jangankan ijazah, surat kelahirannya saja tidak. Dan saat dia bertanya pada manager tempatnya bekerja, managernya hanya menjawab
'Jangan terlalu dipikirkan, yang harus kau lakukan hanya bersekolah saja. Aku tidak ingin tempatku ini mendapat tanggapan bahwa pegawainya ada yang tidak sekolah. Lagipula negara sudah menjamin pendidikan bagi warganya.'
Maa... dia hanya mendelikan bahu tidak ingin terlalu memikirkannya, sebelum akhirnya dia berdiri lalu berjalan ke arah kamar mandi. Kalian bingung dengan bagaimana gadis tadi dapat masuk ke dalam apartemennya, bahkan kamarnya? Mungkin itu akan kita bahas lain kali.
Line Break
Kuoh Academy, itulah nama sekolah yang sudah ia tempati selama 2 tahun ini, bersama dengan gadis yang tadi pagi membangunkannya.
Nampak sekolah sudah mulai ramai saat ia datang. Para anggota OSIS yang bejaga di depan gerbang, juga para siswa yang mengobrol dibeberapa sudut halaman sekolah
Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, masih ada waktu sebelum pelajaran pertama dimulai.
"Kurasa ke atap lebih baik untuk menghabiskan waktu." Naruto berucap pelan seraya berjalan memasuki gedung sekolah.
Bejalan pelan di lorong dengan sesekali menatap para murid yang sedang asik dengan kegiatan mereka. Tersenyum sejenak, sebelum dia akhirnya berbelok ke kenan menaiki tangga.
BRUK!
Nampaknya Naruto menabrak seseorang saat hendak berbelok. Terdiam sejenak hingga dia mengangkat kepalanya dan melihat orang yang ia tabrak tadi.
"Senpai? Ah, maafkan aku. Aku kurang hati-hati tadi." Ucap Naruto sambil mengulurkan tangannya.
Sedangkan orang yang dia tabrak tadi terlihat masih terduduk di lantai. Gadis tadi, atau yang barusan Naruto panggil dengan sebutan senpai itu, terlihat menggapai uluran tangan Naruto.
"Mou Naruto, sebaiknya kau lebih memperhatikan sekitar. Bagaimana jika saja tadi kita jatuh di tangga?" Gadis tadi berdiri setelah menerima uluran tangan Naruto.
Dan, tepat di depan Naruto. Seorang gadis remaja dengan surai hitam sepunggung dengan bando putih di atas kepala, mata merah berkilau layaknya batu ruby, juga wajah yang terlihat dewasa menjadi kombinasi yang sempurna. Mungkin cocok untuk sosok onee-san.
"Ahahaha, sekali lagi aku minta maaf, senpai." Naruto berucap gugup menangapi apa yang senpainya ucapkan sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Dan bisakah kau berhenti memanggilku senpai? Umurku bahkan tidak jauh berbeda darimu."
"Tidak bisa, bagaimana pun kau seniorku. Maka seharusnya aku memanggilmu senpai, senpai." Kukuh Naruto, sedangkan sang gadis terlihat kesal sambil sesekali merengek pada Naruto. Yah, dan interaksi mereka dilihat oleh hampir seluruh siswa yang ada disana.
Bagaimana tidak, sosok gadis yang ada di depannya ini, yang dia panggil senpai adalah salah satu siswa populer dan salah satu gadis yang paling diinginkan oleh para murid laki-laki di sekolah ini. Tidak hanya cantik, sosoknya pun juga pintar dalam bidang akademik.
"Maa, kurasa bel masuk akan segera berbunyi. Jadi senpai, aku pergi ke kelas dulu." Yah, dia urungkan niat untuk pergi ke atap karena kejadian barusan memakan cukup banyak waktu. Setidaknya dia bisa membaca novel di kelas untuk menghabiskan waktu.
"Hmph, terserah kau saja." Gadis tadi terlihat masih kesal, bahkan wajahnya dia palingkan dari Naruto. Dan tingkahnya barusan berhasil membuat seluruh murid laki-laki yang ada disana merona.
Naruto berlalu setelah mengucapkan permisi pada sang senpai. Disepanjang perjalan dia disuguhi tatapan iri dari sebagian siswa yang melihat kejadian tadi. Sedangkan untuk dirinya sendiri, dia hanya acuh sambil terus berjalan ke kelasnya.
Line Break
Sesampainya di kelas, Naruto langsung menuju ke tempat duduknya. Menaruh tas yang sedari tadi dia bawa di atas meja, lalu mengeluarkan novel dari dalam isi tasnya.
"Yo, Naruto." Sapa seorang yang datang ke arahnya, Naruto lalu mengalihkan pandangannya dari novel yang dia baca ke arah orang yang barusan memanggilnya.
Mata hitam bulat, alis yang tebal, juga model rambut mangkok. Kira-kira itu deskripsi untuk orang yang barusan menyapanya.
"Hm. Ada apa, Lee?" Sapa balik Naruto atau tepatnya pertanyaan pada orang di depannya, Lee.
"Tidak ada apa-apa, tapi tidak biasanya kau sudah berapa di kelas. Biasanya 5 menit sebelum bel kau baru datang, ada masalah?" Yah tidak dapat dipungkiri bahwa Naruto selalu datang, bahkan hampir setiap hari dia ke kelasnya 5 menit sebelum bel pertama berbunyi.
Jadi tidak aneh jika Lee bertanya. Mungkin aneh jika jika itu orang yang tidak terlalu dekat dengan kita, namun Naruto orang yang cukup populer di sekolah.
Mudah bersosialisasi, juga mempunyai sifat dewasa. Hidup 2 tahun tanpa orang tua membuatnya harus selalu berfikir kritis, juga dia orang yang asik jika diajak berbicara.
Ditambah Lee juga merupakan salah satu teman dekatnya. Makanya Lee tahu kebiasaan Naruto selama di sekolah, toh dia juga sudah sekelas dengan Naruto sejak pertama masuk sekolah ini.
"Yah, awalnya aku memang berniat begitu. Namun ada sedikit insiden kecil tadi di lorong." Jawab Naruto, jujur dia juga suka berbincang-bincang dengan Lee. Selain bersahabat Lee juga mudah diajak mengobrol, bahkan untuk suatu perbincangan yang berbobot sekalipun.
"Kurasa aku tahu apa yang kau alami tadi." Jawab Lee sambil tertawa kikuk. Bagaimana dia tahu? Hell, berita di sekolah lebih cepat menyebar dari pada virus zombie sekalipun. Walaupun hanya insiden kecil, namun beda lagi jika orang populer yang mengalaminya.
"Sudahlah lupakan itu. Apa pulang sekolah kau punya waktu? Aku perlu bantuanmu untuk melawan Zinogre, melawannya sendiri di High Rank sangat sulit. Apalagi armor yang aku punya hanya Jaggi."
"Ahhh, Monster Hunter kah. Tentu saja aku bersedia, dan bukankah aku sudah memberi tahumu agar membuat armor terlebih dahulu daripada senjata."
"ahahahaha, maa... Kurasa aku akan mendengarkanmu kali ini. Hora cepatlah kembali ke tempat dudukmu, bel akan berbunyi sebentar lagi." Tepat setelah Naruto mengatakannya, bel pertama berbunyi. Menandakan kegiatan sekolah baru saja dimulai.
Line Break
Saat ini Naruto sedang duduk di salah satu meja yang berada di kantin. Matanya terus memandang gerombolan siswa yang hendak membeli makan.
Roti yakisoba, itulah makanan yang tengah diperebutkan oleh siswa yang ada di sana. Ya, makanan ini memang populer, Naruto kira makanan ini hanya populer di anime atau manga yang pernah dia lihat.
Apalagi hari ini sedang menu special, jadi tidak heran kantin seperti medan perang saat ini. "Ini namanya perang dunia, apa-apaan itu. Hanya karena roti." Setidaknya itu yang dia gunamkan.
"Tidak baik loh makan sambil melihat orang lain seperti itu." Sedang asik dengan acaranya, Naruto dikejutkan dengan seorang gadis yang tiba-tiba duduk di depan mejanya.
"Ah, dorobo neko!"
"Siapa yang kau panggil dorobo neko, Aho kiroi!"
Seketika orang yang berada di dekat mereka berhenti melakukan kegiatannya, dan memandangi Naruto yang berteriak tadi.
"Bisakah kau tidak berteriak? Lihat, orang lain jadi memandangi kita." Pinta Naruto, ini memalukan baginya. Dipandangi dengan tatapan aneh oleh orang lain, itu sungguh memalukan.
"Hah? Kau yang memulainya kenapa aku yang disalahkan?" Sahut gadis tadi sengit. Orang lain memulai kenapa dia juga yang disalahkan, setidaknya itu yang ada dipikiran gadis tadi.
"Ha'i ha'i, aku minta maaf karena sudah berteriak. Jadi mohon maafkan aku, dorobo neko." Sesal Naruto sambil menundukan kepalanya ke arah gadis tadi.
"Hei! Tidak ada orang yang meminta maaf dengan wajah dan suara datar begitu, juga berhentilah memanggilku dorobo neko. Aku punya nama tahu!" Yah siapapun tidak akan menerima permintaan maaf dengan waja dan ekspresi datar.
"Oh baiklah, aku tidak akan memanggilmu dorobo neko lagi jika, kau memberitahuku siapa orang yang memutuskan hubungan sepasang kekasih yang sedang kencan dengan mengaku sebagai mantan si pria dan meminta berpacaran lagi." Sahut Naruto sengit.
"Wa-! Ahhh mou kau menyebalkan, Naruto aho!" Gadis tadi berteriak seraya berlari meninggalkan kantin. Yah, dia kesal dengan Naruto, namun terlihat bibirnya sedikit tersenyum saat berlari.
Sedangkan Naruto, dia hanya memandang gadis tadi sambil tersenyum. Senyum yang biasanya dia keluarkan namun, dapat memikat hati para gadis. Lihat saja gadis-gadis disekelilingnya yang merona karena melihatnya. Dan sekali lagi, tatapan iri juga cemburu dilayangkan oleh para siswa kepadanya.
"Mati saja kau pria tampan!"
Setidaknya itulah yang Naruto dengar dari para siswa yang menghujatnya, sedangkan Naruto hanya tersenyum kikuk sebelum akhirnya melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda.
Line Break
Entah mengapa hari ini Naruto sedang sial atau apa. Dari pagi dia selalu berinteraksi dengan perempuan, bahkan sekarang dia tengah berjalan dengan fuku-kaichounya ke tempat dimana dia bekerja.
Saat ingin berangkat kerja tadi sehabis pulang sekolah, dia sempat berpapasan dengan fuku-kaichounya ini. Yah karena tempat tujuan mereka sama, akhirnya mereka memutuskan untuk berjalan bersama.
Juga entah mengapa Naruto merasa gugup kali ini, dia gugup karena berjalan bersama fuku-kaichounya. Padahal dari pagi dia selalu berinteraksi dengan gadis, bahkan dia sempat digoda oleh senpainya tadi. Tapi, tidak pernah dia merakasan gugup seperti ini.
"Ada apa Uzumaki-kun?" Tanya gadis yang sedang berjalan bersamanya itu, pandangannya mengarah pada Naruto yang lebh tinggi darinya, namun ekspresi yang dia gunakan datar.
"Ah, ti-tidak. Bukan apa-apa fuku-kaichou." Sial kenapa dia jadi gugup begini. Apa dia menyukai gadis ini? Apa iya? Tapi bagaimana bisa?
"Ah so." Sang fuku-kaichou hanya menjawab lalu memandang ke depan kembali.
Naruto memandang fuku-kaichounya, dia tidak terlalu tinggi namun perawakannya terlihat tegas. Memiliki rambut hitam model sebahu, wajah yang juga terlihat tegas dengan kacamata merah bulat yang bertengger melindungi manik violet indahnya.
"Ummm, tubuh mungil dengan tapi menyebarkan aura yang tegas. Wajah imut dengan kacamata bulatnya namun terlihat tegas disaat bersamaan. Kurasa aku jatuh cinta padanya." Gunam Naruto sambil memangdang Fuku-kaichounya yang berjalan tepat di samping Naruto.
Sedangkan sang gadis sendiri terlihat menundukan wajahnya. Ya, dia mendengar apa yang barusan Naruto gunamkan. Mungkin Naruto tidak menyadarinya, tapi yang pasti dia mendengarnya.
Dadanya berdetak dengan cepat wajahnya memanas, bahkan terlihat semburat merah sampai telinganya. Oh ayolah, bukankah itu pengakuan secara tidak langsung? Walaupun tidak disadari oleh orangnya, tapi itu juga termasuk pengakuankan. Iya kan!
"Fuku-kaichou, kita sudah sudah sampai." Naruto tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh fuku-kaichounya itu. Apa karena dia? Tapi apa yang sudah dia lakukan, dia hanya berjalan bersama saja dari tadi. Apa jangan-jangan gunamannya tadi terdengar!
"A-ah, U uzumaki-kun!" Seketika sang gadis tersadar dari pikirannya. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Naruto kemudian berbicara dengan gugup.
"Fu...fuku-kaichou, kita sudah sampai." Naruto juga tidak kalah gugupnya, apalagi mengingat apa yang dia gunamkan tadi. Ingin rasanya dia membenturkan kepalanya.Apalagi setelah melihat tinggkah dari fuku-kaichounya itu 'ah sial, dia imut sekali.'
"Aaauuu." Ilusi kepulan asap terlihat di atas kepala san fuku-kaichou, bahkan wajahnya seperti kepiting rebus yang terlihat sangat sangat lucu. Apa barusan dia melakukannya lagi! Jerit Naruto dalam hati.
"Hooo, jika kalian ingin bermesraan jangan disini. Pergilah ke hotel, kalian mengganggu pelanggan yang ingin datang."
Seorang wanita bertubuh kecil dengan payudara yang berlebihan untuk ukuran tubuhnya, surai hitam panjang diikat twinstail, manik biru saphire layaknya langit biru tanpa awan.
Yah, dari tadi dia terus melihat interaksi Naruto dengan sang fuku-kaichou, berdiri di ambang pintu dengan kepalan tangan juga perempatan di wajah cantiknya.
"Ahhh, tenchou! Sejak kapan kau disana?" Naruto yang pertama kali tersadar langsung bertanya, setidaknya untuk menghilangkan kegugupannya.
"Sejak awal kafe ini buka." Sang manager menjawab dengan cepat, dan juga terlihat sang fuku-kaichou yang sudah mulai terdasar dari kegugupannya.
"Itu berarti 5 tahun yang lalu? Ya ampun tenchou, pantas saja kau belum memiliki suami. Ah, jangan suami, pacar saja kau tidak punya." Urat kekesalan terlihat semakin jelas di wajah sang tenchou, bahkan wajahnya sudah memerah karena kesal.
"Haahhh... Kau berbicara seperti itu seperti yang sudah punya kekasih saja, duren." Menenangkan dirinya, sang tenchou lalu membalas ejekan Naruto.
"Apa yang kau ucapkan, tenchou. Kau tidak lihat, aku datang bersama kekasihku." Naruto juga nampaknya tidak ingin kalah, dia membalas ucapan tenchounya itu.
"Aaaa-."
"Uhhh."
Beragam ekspresi terlihat di wajah mereka. Naruto yang tersenyum tanpa dosa, sang tenchou yang menunjukan ekspresi shok, dan juga... Fuku-kaichounya yang sudah hampir pingsan.
"Anu... Etto... Kurasa kita harus segera bergegas. Hora, para pelanggan sudah menunggu." Seorang sosok laki-laki dengan rambut merah maroon pendek datang dari balik pintu. Yah, dia juga melihat kejadian barusan, bahkan hampir semua karyawan di cafe itu melihat kejadian barusan.
"ahhh, Welf-san kurasa kau benar. Aya masuk, fuku-kaichou." Ajak Naruto yang berusaha menghilangkan suasana barusan.
"Ku-kurasa kau benar,Uzumaki-kun." Sang fuku-kaichou berucap gugup menanggapi ajakan dari Naruto seraya berlajan masuk ke dalam cafe.
Sedangkan sang tenchou masih diam disana dengan wajah yang masih shok. Nampaknya dia masih memikirkan kejadian barusan.
"He... HEEEEEEEE!!!"
TBC
A/N
Huh, akhirnya beres juga. Ah! Sebelumnya saya ingin minta maaf, membuat fic baru padahal fic lama gak dilanjutkan.
Ngomong-ngomong ada yang kangen sama saya? Kalau gak ada ya gak apa-apa, saya juga gak masalah dengan hal itu.
Ok, kita bahas fic kali ini terlebih dahulu. Pertama dari tema cerita, seperti fic sebelumnya saya masih mengammbil tema sekolahan, tema fantasi masih terlalu berat untuk saya, jadi inilah akhirnya.
Dan, ada yang baca fic New Story karya Wumbo.am? Saya ambil konsepnya dari sana, initinya fic ini berisi interaksi Naruto sama para gadis, juga dengan para laki-laki tentunya.
Naruto lucky bastard? Emang niatnya begitu, dan juga jangan kira Naruto dekat dengan para gadis di atas hanya dengan sekali interaksi saja. Naruto saya buat kelas 11 atau tahun kedua SMA, jadi paati banyak hal yang terjadi. Itu akan terjawab seiring berjalannya waktu.
Terakhir, ada bisa tebak siapa aja gadis yang berinteraksi sama Naruto? Terutama gadis yang membangunnkannya.
Ok sekian dulu, juga jangan terlalu berharap untuk chapter 2 nanti. Mungkin akan lama, karena saya juga bulan ini sedang sibuk-sibuknya ujian.
Terakhir(lagi), tolong berikan review kalian. Silahkan flame, karena itu berarti saya masih banyak kekurangan.
See you next time
