Love Comes From Inside
Yoyoyo! Come back again with the most cute author in the world! *digebugin* Nah, ini bukannya nyelesain cerita yang belum khatam, malah bikin cerita baru. Hehehe ... tenang aja, My Soulmate chapter sembilan akan di publish secepatnya.
Dan ini cerita dimulai saat ide baru nongol setelah nonton secara singkat serial Drama Korea : Full House. Author memang terinspirasi dari sana, tapi bukan berarti plagiat lho ya. Kalo ada sedikit kesamaan, anggap aja gak ada *dikeroyok massal*
Ada beberapa hal yang akan saya bicarakan disini *weseleh, sohok!* yang pertama, saya gak tau proses pernikahan itu gimana jadi saya langsung ke intinya dan saya bikin sumpahnya itu ngarang total, kedua saya sama sekali gak tau kehidupan artis maupun dokter, yang ketiga akan saya tambahkan di chapter – chapter lain. Sekian dan wasalam *dilempar tomat sekarung*
OK, gak usah banyak cing cong lagi ya? Ini dia, dengan bangga author mempersembahkan, 'Love Comes From Inside' chapter 1! Enjoy! ^^
Naruto selalu punya Masashi Kishimoto-sensei
.
WARNING! : Typo, alur kecepetan, OOC, humor garing, Romancenya aneh, pakenya budaya Indonesia (?), gaje, ide pasaran, dll (etc)
.
Cerita ini MURNI karya saya sendiri. Jika ada kesamaan adegan, alur cerita, tokoh, dll, adalah sesuatu yang tak disengaja
^^ !Arigatou! ^^
o.o.o.o.o.o.o
Beep beep beep ... Beep beep beep ...
Tangan putih nan mulus milik gadis bersurai merah muda itu terjulur untuk mematikan jam weker. Ia bangun, dan meregangkan tangannya sambil menguap. Manik emeraldnya melirik jam weker yang menunjukan pukul 4 dini hari. Ia tersenyum dan segera turun dari tempat tidurnya. Sakura berjalan menyusuri kamarnya yang setengah tembus pandang oleh tembok kaca, segera meraih sandal rumahnya dan turun ke lantai dasar.
Setelah turun dan mengambil beberapa cemilan, ia segera menyantapnya seorang diri di rumahnya yang sunyi. Kemudian ia naik lagi untuk bersiap – siap.
There's nothing we can't do, together me and you, look how high we can fly~
"Aa, moshi – moshi?"
"Where are you? Kamu harus berangkat sekarang, mau di mulai nih acaranya"
"Sok pae bahasa inggris lu. Hey, ini kan masih jam setengah tujuh? Lo serius mau di mulai, Tenten?"
"Eh, bener juga. Haah ... lupakan dan cepet berangkat lagian acaranya mulai jam 7, gak salah dong gue"
"Oh, OK. Hinata udah nyampe sana belum"
"Em, belum. Baru aku, Naruto, dan beberapa anak lain. Ada masalah?"
"Hm? Gak kok! By the way, tumben tuh Naruto berangkat gasik. OK, gue sebentar lagi ke sana"
"OK, cepetan ya! Bye maximal!"
"Huuh ... baiklah, bye"
-Tut
.
.
Setelah mandi, ia pun berdandan secantik mungkin untuk menghadiri acara reunian angkatannya semasa Senior High. Sakura mengikat santai rambut sepunggungnya dan memakai mantel selutut berlengan panjang warna hot pink yang membalut dress selutut warna hitam. Ia segera mengambil tasnya, lalu turun ke bawah dan mengganti sandal rumahnya dengan sepatu boots heels warna hitam. Sakura pun keluar rumah dan mengendarai mobil mewahnya menuju ke Konoha City Park, dimana acara reunian Senior High angkatannya diadakan.
Begitu sampai di sana, baru sedikit anak yang datang. Sakura pun memilih untuk duduk – duduk dan mengobrol seputar pekerjaan, terutama cinta dan –ekhem, cowok. Setelah berkumpul semua, acaranya pun di mulai.
"Geez, apaan sih, nii-san ganggu aja. Ck," mendapat telfon dari Sasori, Sakura tidak mengangkatnya dan langsung berdiri.
"Eh, guys ... gue pergi dulu ya, urusan mendadak" ujar Sakura, dan meraih tasnya.
"Sakura-chan! Gak ikut sampe selese? Kan acaranya baru mulai" ucap Naruto mencegat Sakura, di buntuti Hinata dan Tenten dibelakangnya.
"Maaf, gue gak bisa. Lain kali, OK? Emergency gawat darurat nih, di rumah gue" Sakura langsung berlari menuju mobilnya dan melajukannya menuju ke rumah orang tuanya.
.
.
"Apa – apaan nih?!" rumah orang tuanya di hias seperti akan ada acara besar. Sakura pun masuk dan berlari mencari kakaknya,
"Karin nee-chan! Sasori-nii!" seru Sakura,
"Wah, calon mempelai wanitanya datang" ujar Karin, yang berpakaian seperti bride maid,
"What the hell?!"
"Oy, jangan bilang lo belum tau?" sambung Sasori, Sakura pun mengangguk pelan sambil pasang muka bingung. Melihat kedua kakaknya berpakaian formal seperti itu. Siapa yang mau nikah?
"Err, yang mau nikah siapa ya?" ujar Sakura sambil menggaruk belakang kepalanya dengan bingung,
GEDUBRAK!
Karin jatoh kejengkang, Sasori tepuk jidat.
"Yang mau nikah itu elouu!" sahut Karin dan Sasori kompak. Sakura langsung membelalakan matanya dan mulutnya menganga lebar.
"SEJAK KAPAN GUE MAU NIKAH?!" balas Sakura,
"Haah, udah sana cepetan. Akan kusulap kau menjadi seorang putri yang cantik!" Karin mendorong Sakura ke dalam sebuah ruangan dan menguncinya.
Beberapa saat kemudian~
"Karin nee-chaaaan! Aku tidak mau menikah muda tauuuu!" teriak Sakura dari dalam ruangan, Sasori yang menunggu diluar pun mendengus karena terlalu banyak adegan teriak – teriak antara Karin dan Sakura dari tadi.
"Aish! Cepat pakai sepatunya dan keluar!" balas Karin, sementara Sakura menghela napas panjang,
"Geez ... apa – apaan ini?! Memangnya aku nikah sama sapa?! Dan siapa bilang aku mau nikah?!" Keluh Sakura,
"Nah, cepat keluar!" Sakura pun keluar, dan Sasori ngeliatin Sakura tanpa berkedip, mulutnya nganga pula. Tubuh ramping Sakura di balut gaun mengembang warna putih tanpa lengan dengan pita merah di pinggangnya dan menjuntai ke belakang sampai ujung gaun, ia menggunakan heels putih, dan rambut panjangnya di sanggul. Ia juga memakai hiasan kepala bentuk bunga mawar putih, dan memakai sarung tangan sampai siku. Dan salah satu tangannya membawa buket bunga mawar merah. Make up tipis di poles sempurna oleh Karin di wajah Sakura.
"Hahaha ... mahakarya gue udah selesai! Keren kan nii-san?"
"Uh, iya! Keren!" ujar Sasori sambil sedikit blushing, lalu menghampiri Karin dan Sakura.
"Heh, tomcat! Niatku, habis selesai reunian SMA, gue itu mau santai. Gue abis jaga malem! Capek, ondol!" ujar Sakura yang suaranya naik 1 oktaf,
"Udah sana, lo pasti udah di tunggu sama tou-san sama kaa-san. Cepatan, gih!" ucap Karin sambil mengerling jam tangannya.
"Huh, terserah" Sakura melangkah gontai menghampiri kaa-san dan tou-sannya. Begitu sampai di sebuah ruangan, terdapat kaa-san dan tou-sannya, juga beberapa orang asing.
"Wah, anakmu cantik sekali, Mebuki! Aku jadi pangling"
"Hahaha ... terimakasih Mikoto,"
"Err ... apa benar aku akan menikah, tou-san?"
"Hm? Iya,"
"..." Sakura hanya bisa diam dengan urat dahi membentuk perempatan.
"Terus aku nikah sama siapa? Kok mendadak sih? Kenapa gak kasih tau aku dulu?"
"Kan minggu lalu kita udah telfon kamu, hm? Lupa?" ujar Mebuki Haruno lalu berdiri menghampiri anaknya,
"Hah? Kapan?" sahut Sakura,
.
Flashback on~
.
"Moshi – moshi kaa-san, ada apa?"
"Sakura dengarkan baik – baik ya, kau kan sudah dewasa, saatnya untuk mencari jodoh"
"Iya kaa-san, aku tau. Lagian umurku masih 24. Tunggu tahun depan sih, setelah ulang tahun yang ke 25"
"No no no, sayang ... sebagai orang tua, kaa-san dan tou-san ingin memberikan yang terbaik untuk kamu. Nah, kaa-san mau-"
"I – Iya deh, terserah kaa-san. Aku harus cepat, barusan ada pasien masuk ICU, nanti lagi ya? Dah!"
-Tut
.
Flashback off~
.
"Oh, saat itu" ujar Sakura lemas. Sementara kaa-sannya tersenyum penuh kemenangan,
'Uugh! Kalau aku tau itu membahas tentang ini, aku akan mendengarkan lebih hati – hati dan segera menolaknya. Cih, menyebalkan!'
"Baiklah, sudah hampir dimulai. Sebaiknya kita segera keluar" 2 orang bermata onyx yang asing itu keluar bersama tou-sannya Sakura.
"Sayang, kau mau melangsungkan pernikahan ini kan?"
"Kaa-san tap-"
"Kalau tidak, rumahmu akan kaa-san jual"
"TIDAAAK! Jangan rumahku! Huuh, baiklah"
"Hm, anak pintar! Ayo keluar" kaa-san Sakura keluar lebih dulu dan Sakura menggumam kata 'dasar pemaksa' dan keluar menyusul kaa-sannya.
.
.
.
"Apa kau, Uchiha Sasuke bersedia menerima wanita ini sebagai istrimu?"
'UAPAH?! Jadi dia Sasuke UCHIHA?! Amsyong, dia kan aktor paling POPULER di Konoha, pantesan kayak pernah liat mukanya di TV, tapi siapa. Ternyata dia. Duuh ... kaa-san emang udah gila, masa gue nikah sama dia?!' batin Sakura.
"Ya, aku bersedia menerima Haruno Sakura sebagai istriku"
"Dan apa kau, Haruno Sakura bersedia menerima pria ini sebagai suamimu?" selang beberapa lama hening. Sakura dengan susah payah mengucapkan janji yang sakral itu.
"Ya aku bersedia menerima Uchiha Sasuke sebagai suamiku" ujar Sakura tanpa titik-koma.
"Saya persilahkan mempelai pria mencium mempelai wanita" Sasuke pun mendekatkan wajahnya, dan berbisik di telinga Sakura.
Bisik mode on :
"Cuma kecupan singkat di bibir, ngerti?"
"Geez, cepat lakukan bodoh! Aku risih di tatap ratusan orang seperti ini" Sasuke akhirnya mengecup singkat bibir Sakura.
Bisik mode off :
"Kalian kunyatakan resmi menjadi suami-istri" semua hadirin pun melakukan standing applause untuk pengantin baru ini. Sakura tersenyum canggung, terjadi juga pada Sasuke.
.
.
.
Setelah acara selesai, para ortu menyampaikan pesan pada semua anaknya yang baru jadi pasangan itu.
"Kalian berdua, akan tinggal di rumah Sakura, tak apa kan, Sasuke?"
"Hn, tak masalah" sahutnya,
"Rumahnya dekat dengan pantai berpasir putih di Konoha. Oh, dan kau kalau jaga malam, jangan sampai larut ya, Sakura. Biar gak capek kaya gini"
"Whatever, aku harus pergi sekarang. Ayo, Sasuke" ujar Sakura,
"Kau ini kenapa? Kita kan sedang bicara"
"Sudahlah, aku sudah sangat lelah hari ini. Aku juga belum bersih – bersih rumah. Ayo!" Sakura pun menyeret Sasuke pergi dengan alasan yang dibuat - buat,
"Aku pergi dulu!" Sakura segera melajukan mobilnya menuju ke rumahnya. setelah menjadi pemandu untuk Sasuke mengelilingi rumah, mereka berdua segera masuk ke kamar masing – masing.
.
.
Sakura langsung merebahkan diri di kasurnya yang besar itu. Sekarang, kehidupannya berubah 180 derajat. Pernikahan mendadak ini, melibatkan rumahnya sebagai taruhan. Tentu saja ia tidak mau rumahnya di jual. Ini adalah hasil kerja payahnya sebagai -dulu- mahasiswa yang rajin menabung dan -sekarang- dokter selama bertahun - tahun.
"Argh, sekarang kamar kosong di sebelah kiriku adalah kamar Sasuke. Ugh, mengerikan! Tak pernah kubayangkan dia akan tinggal serumah bahkan telah menjadi SUAMI-ku. Tapi, tenang saja, aku sudah membuat perjanjian yang membuat hidupku akan tenang seperti biasanya"
.
Flashback on~
.
"Sasuke Uchiha, dengar ya ... aku ingin, kehidupanku berjalan seperti biasanya. Maka, jalani ini seperti berteman saja"
"Ya, aku setuju. Niatnya aku memang mau bilang begitu"
"Bagus. Kalau butuh apapun, kamarku ada di sebelah"
.
Flashback off~
.
"Haaah ... dengan begitu, hidupku akan tentram" Sakura bangkit menuju ke dinding melengkung kaca yang hampir memakan separuh bagian kamarnya itu. Ia memandang pantai yang ramai oleh anak – anak kecil yang sedang bermain di sana. Lalu ia membuka pintu gesernya dan melangkah ke balkon, menghirup udara pantai dalam – dalam. Beberapa saat kemudian, ia turun menuju ke dapur untuk membuat minuman hangat dan menuju ke teras rumahnya.
Begitu sampai, ia mendapati Sasuke tengah bersantai di kursi santai.
"Kau sedang apa bengong di situ?" ujar Sasuke, membuat Sakura tersentak,
"Tidak! Siapa yang bengong?" sahut Sakura lalu buang muka. Merasa diperhatikan, ia menoleh dan melihat Sasuke tangah memandangi sesuatu.
"Kau lihat apa?!" Sakura langsung panik,
"Kau, membuatkan itu untukku?"
"Eh? Maksudmu ini?" Sakura mengangkat gelas yang berisi teh hijau hangat KHUSUS untuknya.
"Hahaha ... sawrry, ini untukku sendiri, maaf ya .. aku bukan pelayan pribadimu" Sakura langsung duduk di kursi santai sebelah Sasuke dan menaruh gelasnya di atas meja yang menjadi penengah antara mereka.
"Cih, jangan GR. Aku sudah punya teman santaiku sendiri. Mau?" Sasuke menyodorkan secangkir ice cream, Sakura langsung buang muka.
"Jangan tunjukan benda itu dihadapanku, aku benci ice cream" ia pun menyesap teh hijau yang sudah di buatnya, dan menaruhnya lagi di atas meja.
"Kau itu aneh ya. Menurutku, semua wanita, apalagi anak kecil suka sekali dengan namanya ice cream. Kau sungguh dokter abnormal, atau kau itu alien?"
"Dengar ya Uchiha, aku itu manusia dan aku tidak suka makanan manis. Aku benci makanan manis, err ... kecuali beberapa hal, seperti coklat dan kue kering juga muffins. Dan aku bukan dokter abnormal!"
"Oh ya?"
"Kau sangat menyebalkan"
"Kau orang yang kedua menyebutku menyebalkan setelah para haters"
"Apa? Serius, kau punya haters? Cih, sepertinya haters-mu perlu berkaca"
"Entahlah, atau mungkin mereka tidak punya kaca di rumah. Oh, sepertinya jika di lihat dari balkon kamarku, kamarmu punya banyak kaca, boleh kuambil satu untuk mereka?"
"Hey! Kau kan kaya, ngapain ngambil kaca kamar orang?"
"Males, lebih baik memanfaatkan benda yang ada kan?"
"Tapi itu bukan untuk bercermin! Geez ... kau mengaku jadi artis populer, tapi otakmu masih sama seperti anak TK"
"Hey, itu namanya berhemat, kau tau?"
"Oh, aku baru tau kalau mengambil kaca dari rumah orang yang kau tempati itu BERHEMAT" topik obrolan itu pun merambat – rambat sampai kemana – mana, yang kebanyakan mereka selingi dengan perdebatan dan pertengkaran.
"Haah, udahlah ... capek ngomong sama kamu, kagak nyambung - nyambung" Sakura pun bangkit dan mengambil gelas teh-nya, lalu masuk ke dalam rumah.
"Dasar dokter, emang susah ngomong sama dokter" ujar Sasuke lalu memasukan sesendok ice cream ke mulutnya,
"ELO TUH! DASAR KEPALA AYAM!" teriak Sakura dari dalam, sementara Sasuke tersenyum – senyum lalu memasukan sesendok ice crem lagi ke dalam mulutnya.
.
.
Beep beep beep ... beep beep beep ... beep beep beep ...
Jam weker itu terus berdering, tapi pemiliknya belum juga bangun. Sakura, ia masih tertidur di atas meja komputer. Semalam ia berkerja sampai larut untuk mendata perihal jadwal operasi yang harus dilakukannya minggu depan, dan daftar semua pasiennya minggu ini. Sepertinya ia memang dokter yang super sibuk ya?
Jam itu terus berbunyi sampai seseorang datang dan mematikannya. Ia pun mengangkat jam itu dan melihat pukul berapa Sakura menyetel alarm,
"Hn? Pukul 4 pagi? Apa dia selalu bangun sepagi ini?" Sasuke pun lemangkah mendekati Sakura, tak lupa membawa selimut yang ada di ranjang Sakura. Saat selimut sudah hampir menyentuh badannya, Sakura terbangun. Spontan Sasuke melempar selimut itu kembali ke ranjang Sakura lalu berakting seolah marah.
"Akhirnya putri salju bangun juga. Ayo cepat bangun, buatkan aku sarapan!"
"Ugh! Memangnya siapa kau?! Memerintahku seperti itu. Lagian ini jam berapa?!"
"Sudah cepat buat saja sana" Sasuke mendorong Sakura sampai menuju dapur,
"Buntut ayam! Aku kan baru bangun! Aku harus cuci muka dan gosok gigi dulu!" Sakura pun kembali menuju ke kamarnya, sementara Sasuke menghembuskan napas terakhirnya –eh! Maksudnya menghembuskan napas lega.
.
.
.
Mereka berdua makan dengan tenang, kecuali raut muka Sakura yang masam dan memandang tajam serta memperhatikan setiap gerak – gerik Sasuke.
"Kenapa kau melihatku begitu? Aku ... tampan kan?" ujar Sasuke,
"Cih, kuakui kau memang tampan, tapi tidak cukup untukku" ujar Sakura dingin,
"Oh, tidak cukup eh?"
"Tak usah memasang wajah seperti itu! Menggelikan tau!"
"Hahaha ... kau tau, aku kan tidak bisa memasak dan bersih – bersih rumah"
"Heh, lalu kau ingin aku yang melakukan semua itu? Bagi tugas dong! Kau itu manja sekali sih!"
"Sudah di bilang aku tidak bisa" Sasuke menyudahi makannya dan bangkit,
"Lalu siapa yang mencuci piringmu?!" Sasuke berhenti dan berbalik, lalu mengacungkan telunjuknya ke arah Sakura.
"Cih, dasar artis manja" Sakura dengan berat hati mencucikan piring kotor milik Sasuke. Kemudian, ia segera mengambil pel dan ember yang berisi pembersih lantai. Ia menyetel musik keras – keras dan segera membersihkan seluruh ruangan di rumahnya.
"Hey! Kalau menyetel musik jangan terlalu keras! Kupingku bisa tuli nanti" seru Sasuke,
"Ini rumahku, suka – suka aku dong! Lagian kau kekurangan kaos atau apa? Pakai kaos kedororan seperti itu" Sakura langsung melanjutkan mengepelnya,
"Heh, ini itu sedang trend kaos seperti ini tau! Kenapa? Kau tidak suka melihatnya? Atau, aku harus topless sekalian?" ujar Sasuke yang menggunakan kaos lengan panjang hitam dengan kerah V yang lebar, menampakan dada bidangnya. Ia pun memberikan seringaian mesum andalannya.
"Sekali kau topless, suhu AC kutambah menjadi minus 15"
"Cih, tega sekali kau!" ia langsung duduk di sofa dan melihat Sakura mengepel lantai,
"Sebelah situ, belum bersih"
"Cerewet kau! Ternyata kau lebih merepotkan dari keponakanku yang jumlahnya 4"
"Jangan samakan aku dengan anak kecil"
"Kau memang seperti anak kecil, wajar jika aku menyamakanmu dengan mereka" ujar Sakura tanpa teralih dari pekerjaannya, sementara Sasuke mendecih kesal. Merasa bosan, Sasuke pun akhirnya menuju ke taman belakang rumah Sakura. Terdapat banyak rerumputan dan bunga – bunga yang indah di sana. Selain itu terdapat ayunan kayu panjang yang atapnya di tumbuhi tanaman menjalar. Juka terdapat 4 buah kursi putih serta meja kotaknya di tempat terpisah dari ayunan kayu itu.
"Hey! Kau mau kemana?!" Sakura pun mengejar Sasuke. Setelah sampai, di lihatnya Sasuke sedang asyik membaca novel di ayunannya. Sakura segera menghampirinya,
"Kubilang di suruh membantu malah bersantai di sini! Bangun!"
"Rumahmu tergolong bagus untuk seukuran dokter. Atau, kau membelinya dari mantan artis?" ujar Sasuke tanpa mengalihkan pandangan,
"Cih, ini adalah hasil kerja kerasku dari saat aku masih jadi mahasiswi baru di Universitas Konoha"
"Oh, begitu. Kukira kau membelinya dari seorang artis"
"Kau sangat sombong, Uchiha. Bangun dan bantu aku!"
"..."
"KEPALA AYAM!" Sakura menendang ayunan itu dari depan, mengakibatkan Sasuke terjatuh,
"Kau! Paan – paan?!"
"Apa – apaan!"
"Udah ganti?"
"Emang dari dulu begitu. Ayo cepat bantu aku!" Sakura langsung menyeret Sasuke masuk ke dalam rumah dan memberikannya cairan pembersih kaca dan sebuah kain lap.
"Memangnya aku harus ngapain dengan ini?"
"Bersihkan semua kaca yang ada di lantai dasar, jendela, meja, kaca TV. Semprotkan sedikit aja di kaca lalu kau usap menyeluruh, OK?" ujar Sakura, lalu ia seperti mengingat sesuatu dan menjentikan jari.
"Oh iya ... setelah itu bersihkan semua debu di perabotan kayu, dan korden - korden di lantai dasar dengan ini" Sakura juga memberinya kemoceng,
"Kau pikir aku pembantumu apa?!"
"Hmm ... kulihat, jadwal syutingmu jam 3 sore. Kalau begitu, kau bisa membantuku membersihkan rumah, atau ... tak ada jatah makan siang dan makan malam untukmu"
"Kuakui, makananmu memang lezat. Jadi ... terpaksa"
"Hahaha ... Sasuke anak pintar!" Sakura mencubit gemas pipi Sasuke,
"Sekarang cepat!" Sakura langsung mendorong Sasuke untuk bekerja, sementara dirinya naik ke lantai 2.
"Kalau ada apa – apa, aku sedang bersih – bersih di kamar" ujar Sakura sebelum benar – benar menghilang. Sasuke pun melanjutkan pekerjaannya dengan terpaksa. Ia meraka ada sesuatu menggelitik perutnya ketika bertemu Sakura, melihatnya tersenyum. Tapi ia tidak tau itu apa. Perasaan yang asing, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Sebaiknya jangan ceritakan ini pada Itachi, atau ia akann membuatnya menjadi sebuah album baru yang menjijikan tentangku"
.
.
To Be Continue~
Huuaaaaaaaaaa! Saya menyesal, saya mohon maaf! *di gampar* dooh, fic apaan neeh?! Kok Sasuke jadi OOC gitu? Duh, gak papa deh ... lagian juga ini cerita, cerita gue.
Gimana menurut readers semuanya? Bagus gak? Harus ngomong bagus bagaimana pun caranya! *ditimpuk buku* Nah, tokoh – tokoh lain bakal di tampilin di chapter – chapter kedepannya. Dan ... bingung nih mau ngomong apa lagi, ya udah. Sekian dari saya, dan wassalam~
Last words, REVIEW PLEASE! ^O^
