DISCLAIMER: Hetalia punya Hidekaz Himaruya, Hidekaz Himaruya punya saya, jadi saya pemilik Hetalia (dikeroyok karena menyebar teori sesat)


Pagi itu England baru saja terbangun di kamar America. Ya, tiap ada waktu luang England memang selalu menginap di rumah 'adik'nya itu. Kebiasaan lama yang tak juga hilang, meski ia harus mengakui America mulai beranjak menjadi remaja. Tingginya saja sudah hampir menyamai England. Mungkin malah bisa dibilang America tak membutuhkan England lagi. Hal ini membuat hatinya miris.

England melirik America yang masih tertidur pulas di sebelahnya. Ia menghela nafas. Sedih juga mengetahui kenyataan America takkan selamanya bisa menjadi 'adik kecilnya'. Suatu saat pasti akan tiba saat dimana America telah dewasa sepenuhnya dan meninggalkannya… Tapi itu masih lama… iya kan?

Di tengah suasana kamar yang masih sunyi dan remang-remang karena hanya diterangi cahaya matahari pagi yang mengintip dari sela-sela gorden membuat England berpikir macam-macam dan resah sendiri.

Bagaimana jika nanti America pada akhirnya mampu berdiri sendiri dan menganggapnya sebagai penghambat? Bagaimana kalau suatu saat nanti America benar-benar meninggalkannya? Atau yang lebih parah lagi… Berperang dengannya?

"England?" suara America membuyarkan lamunannya.

"He? Kau sudah bangun…"

"England kenapa? Wajahmu kaku begitu…" America sedikit cemas melihat ekspresi England akibat pemikirannya tadi.

"Eh? Nggak kok. Tumben kau bangun lumayan pagi, nggak jauh beda dari waktuku bangun…" England berusaha mengalihkan pembicaraan.

"… Aku bermimpi…"

"Hm? Mimpi seram?". Sejak dulu memang England-lah yang menghibur America jika ia bermimpi seram. Tentu saja itu hanya cerita lama. Tapi kini England mulai merindukan saat-saat seperti itu…

"Ng… bukan, sih… kurasa. Mungkin… tentang sesuatu yang akan kulakukan di masa depan…"

Dheg. Keresahan England kembali mendera. Nggak… Nggak mungkin America mimpi berperang melawan motherlandnya… kan?

"Ne, America," panggil England dengan suara sedikit bergetar.

"Hng?"

"Apapun mimpimu… cita-citamu… aku pasti akan mendukung dan membantumu mencapainya," England tersenyum pahit.

England tertegun mendapati America terbelalak sebagai reaksi atas pernyataanya barusan. Jangan-jangan benar...?

"Tapi, England…" America menjawab, "Tadi itu aku mimpi basah…".

-FIN-


Oke. Tambah pendek, tambah ngaco. Nah, bagaimana cara England membantu mewujudkan mimpi adiknya? Xp

Ripyu plizz? (bulldog eyes)