Let's Talk
Setelah dua tahun berpisah, tidak ada salahnya berbincang-bincang. Sebab, mungkin ada hal menarik yang ingin kau ketahui.
Disclaimer: bukan milik saya
Rating: T/15+
Pairing: NamiLuffy
Genre: Romance, Hurt/Comfort
3D2Y
Pernahkah kalian mengalami hal ini? Kau melihat seorang teman lama setelah berpisah bertahun-tahun lamanya dan kau menyadari dia sudah banyak berubah? Jika kau berpisah dengannya selama lebih dari dua tahun misalnya, kau tahu ada banyak perubahan di sana-sini, terutama dari tampilan fisiknya. Biasanya jika kau bertemu teman lama dan melihat perubahan fisiknya, kau akan terkesima dan tidak percaya bahwa temanmu itu sudah banyak berubah dan terkadang kau akan mengaguminya beberapa saat sebelum kau menyapanya. Gugup. Perasaan itu wajar saja kau rasakan terlebih lagi jika ia berubah menjadi lebih baik, terutama jika itu menyangkut perubahan fisiknya. Apa aku salah? Kalian tentu pernah mengalaminya kan?
Aku ingin lebih memperjelas hal ini lagi. Bagaimana jika temanmu ini, yang sudah lama tidak kau temui adalah seseorang yang hmmm….Bagaimana aku menjelaskannya? Begini saja. Temanmu ini bukan saja temanmu, tapi sahabatmu. Tapi semakin lama kau semakin menyadari sahabatmu ini menjadi lebih dekat denganmu layaknya keluarga. Sahabatmu ini, seiring berjalannya waktu, tanpa kau sadari, ia menjadi….rumahmu. Kau selalu merasa menemukan jalanmu kembali saat kau melihat wajahnya. Ada perasaan hangat seperti saat kau berbicara dengan ibumu atau saat kau bercanda dengan kakakmu. Ada juga perasaan aman, seperti saat di luar turun hujan lebat dan petir berkilatan, kau merasa aman berada di dalam rumah. Rumah adalah tempat paling hangat, nyaman, aman dan kau selalu ingin kembali ke rumah setelah melalui hari-hari yang melelahkan atau ketika kau sedang pergi jauh dari rumahmu.
Selama ini ternyata mau tidak mau, suka atau tidak suka, sahabatmu sekarang menjadi rumahmu. Bukan rumah kedua, tapi benar-benar rumahmu. Tempat senyuman menjadi sinar mentari yang menyinari wajahmu di pagi hari, tempat dimana tawa menjadi penghibur lelahmu setelah letih bergelayut di tubuhmu. Terkadang perbincangan ringan serta tawa-canda mampu membuatmu melupakan segala beban penderitaan yang sedang kau alami. Dan pada saat tertentu, kau semakin menyadari pelukan telah menjadi tempat yang selamanya ingin kau tuju. Lalu saat kau berpisah dengan sahabatmu ini, kau menyadari bahwa dialah yang selama ini kau cari. Sebuah rumah. Meski kau berada di istana megah sekalipun, entah mengapa kau selalu risau. Kau merasa berada di tempat yang salah. Tidak ada kehangatan yang selama ini kau rasakan jika kau ada di sekelilingnya. Ya….Kau mulai merindukannya. Senyumannya, tawanya, tingkah lakunya, tatapan matanya dan pelukannya yang terkadang tidak sengaja terjadi.
"Nami", sebuah suara seorang laki-laki terdengar memanggil seorang perempuan cantik berambut panjang berwarna orange.
"Ah…Luffy", jawab perempuan yang dipanggil Nami membalikkan badannya.
"Berapa lama lagi kita akan sampai ke pulau selanjutnya?" tanya Luffy penasaran sambil memegang topi jeraminya yang tertiup angin sore.
"Tiga hari perjalanan lagi", Nami memperhatikan kaptennya yang sudah dua tahun tidak ditemuinya. Dia cukup mengalami perubahan, walaupun tidak seekstrim seperti beberapa kru lainnya. Wajahnya tidak terlalu banyak berubah. Masih kekanak-kanakan. Tapi harus ia akui, wajah Luffy sedikit lebih maskulin. Ia semakin mirip dengan Ace saat terakhir kali Nami melihat kakaknya Luffy di Arabasta. Bagaimanapun semua orang tentu akan mengalami masa dewasanya, begitu pula dengan fisiknya meski berjalan setahap demi setahap. Badannya semakin kekar, dadanya juga semakin bidang. Tapi hal yang paling menarik dari Luffy adalah bekas luka di dadanya dengan tanda X besar. Itu sangat mencolok. Nami sudah penasaran melihat bekas luka ini sejak mereka semua bertemu di Shabondy dan ia yakin semua kru juga merasakan hal yang sama.
"Apa yang kau lihat Nami?" tiba-tiba Luffy bertanya. Tentu saja ia akan bertanya, apalagi jika ada seseorang yang memperhatikan tubuhnya selama lebih dari lima menit tanpa berkedip.
"Ah…Mmmm…Tidak", jawab Nami gugup mengetahui kegiatan observasinya ketahuan oleh kaptennya sendiri. Luffy hanya mengangkat alisnya, heran tidak mungkin tidak ada apa-apa jika sedari tadi ia diperhatikan oleh Nami selama itu. Kalau sudah ketahuan mau bagaimana lagi, kau harus mengaku jika tidak ingin suasana menjadi kikuk.
"Kau banyak berubah Luffy", komentar Nami singkat sambil tersenyum pada Luffy. Luffy membalas senyuman Nami setelah mendengar komentar tersebut.
"Terima kasih. Kau juga berubah. Rambutmu panjang."
"Ah, iya. Aku memang sengaja memanjangkannya. Lalu bagaimana menurutmu?" tanya Nami penasaran. Sebagai perempuan hal ini cukup penting. Apalagi muncul setelah dua tahun berpisah dengan tampilan baru. Tentu saja kau sangat ingin mendengar pendapat dari sahabatmu. Apalagi mengingat fakta bahwa kau sudah memanjangkan rambutmu dan merawatnya selama dua tahun. Tapui sebenarnya Nami juga tidak berharap banyak dari komentar Luffy. Mungkin ia hanya akan menjawab bagus atau paling parah biasa saja. Tapi entah kenapa ia ingin mendengar pendapat Luffy.
"Kau cantik dengan rambut panjang", komentar Luffy singkat namun mengagetkan. Siapa yang menyangka kau akan mendapatkan jawaban seperti itu dari seseorang yang bernama Monkey D. Luffy. Demi Tuhan, dia Monkey D. Luffy. Darimana ia mendapatkan konsep mengenai seorang perempuan cantik jika berambut panjang? Nami menatap Luffy dengan pandangan takjub dan berpikir bahwa laki-laki di hadapannya mungkin orang lain. Bon Clay yang sedang menyamar. Entahlah. Yang pasti ada yang janggal dari perkataannya barusan. Memang ada yang janggal dari perkataannya, tapi yang lebih janggal lagi adalah perasaan senang yang sekarang sedang Nami alami. Luffy memujinya cantik. Wow, rasanya seperti dipuji ribuan Sanji atau dipuji oleh seluruh pria di dunia ini. Bagaimanapun pujian Luffy berarti sesuatu untuknya mengingat probadi Luffy adalah pribadi yang polos, jujur dan spontan. Selalu mengeluarkan pendapatnya secara langsung, tanpa tedeng aling-aling, apa adanya, tidak ada yang ditutupi dan tidak ada maksud apapun. Sekali lagi ia terkesima oleh sikap Luffy. Seberapa jauh ia berubah setelah dua tahun belakangan ini?
"Kau kenapa Nami? Tiba-tiba diam seperti patung?" tanya Luffy dengan nada khawatir, memperhatikan Nami yang sedang menatapnya sambil membuka mulutnya. Nami buru-buru menutup mulutnya kembali, menutupi rasa takjubnya.
"Tadi kau bilang apa Luffy?" Nami merasa perlu mendengarkan komentar Luffy sekali lagi. Mungki saja ia tadi tuli sesaat.
"Yang tadi?" Nami mengangguk kepada Luffy dengan wajah penasaran.
"Kau cantik dengan rambut panjang."
Nami tertawa kecil. Ia tidak percaya dengan apa yang di dengar oleh kedua telinganya. Ya Tuhan, ia tidak tuli. Kalimat itu benar-benar di dengarnya. Luffy malah terheran-heran dengan sikap Nami.
"Nami, kenapa kau tertawa? Apa ada yang salah?"
Nami menghentikan tawanya. Wow, ia merindukan hal ini. Tertawa lepas dengan kaptennya.
"Kau tadi bilang aku cantik dengan rambut panjang?"
Luffy mengangguk mengiyakan apa yang ditanyakan Nami.
"Kau yakin?" selidik Nami ingin memastikan apakah kalimat itu benar-benar keluar dari mulut Luffy.
"Iya, aku yakin. Kau mau meragukan ucapan kaptenmu?" tanya Luffy. Nami tahu jika hal itu agak menyinggung Luffy.
"Bukan. Bukan maksudku begitu. Tapi aku tidak percaya kau mengatakan aku cantik. Di kapal ini paling tidak hanya ada dua orang yang mengatakan aku cantik. Sanji dan Brook. Dan kau tentu tahu mengapa mereka menyebutku cantik."
"Tapi kau memang cantik. Kalau kau tidak keberatan tentunya."
Nami terpaku mendengarnya.
'Oh, Tuhan! Sejak kapan dia pandai bicara dengan perempuan seperti itu?'
"Tidak. Aku tidak keberatan. Sama sekali", kali ini Nami yakin, Luffy benar-benar mengatakannya. Ini bukan ilusi. Ia dan Luffy juga sedang tidak mabuk. Luffy benar-benar mengatakan ia cantik. Nami merasa tersanjung. Benar-benar tersanjung, seakan-akan baru kali ini ia benar-benar mendengar seorang laki-laki mengatakan bahwa ia cantik tanpa maksud atau tujuan apapun. Karena yang mengatakannya adalah Luffy. Monkey D. Luffy. Bukan laki-laki lain. Seulas senyuman tergambar jelas di wajahnya dan senyuman itu juga dibalas oleh sang kapten.
"Bagaimana kau bisa mengatakan bahwa kau cantik dengan rambut panjang?"
"Aku sudah dua tahun ada di pulau yang hanya berisi perempuan. Setiap hari aku bertemu mereka. Kau tahu, aku melihat berbagai macam perempuan. Kurus, gemuk, tinggi, pendek, berambut pendek, panjang. Semuanya."
"Sichibukai itu?"
"Iya. Namanya Hancock. Rambutnya juga panjang. Tapi aku merasa biasa saja melihatnya."
"Apa ada seorang perempuan yang memuatmu tertarik? Shicibukai itu mungkin?" goda Nami berusaha mengetahui sejauh mana Luffy sudah dewasa.
"Apa maksudmu tertarik?"
"Ya misalnya kau selalu ingin di dekatnya atau kau ingin menjadikan ia sebagai kru atau mmm…menikahinya mungkin.
"Menikah?"
'Ya, kalau kau tahu menikah itu apa Luffy', batin Nami.
"Memang ada seorang perempuan yang selama dua tahun itu selalu mengira kami berdua telah menikah. Tapi aku mengatakan kepadanya bahwa kami tidak menikah."
Nami terbelalak mendengar jawaban Luffy. Luffy tahu apa itu menikah dan yang paling mengejutkan lagi Luffy menolah menikah? Luffy tahu apa itu pernikahan? Tiba-tiba Nami merasa dia berada di planet lain dan selama ini ia hanya bergaul dengan makhluk asing.
"Dengan siapa?"
"Hancock."
"Apa? Kau menolak menikahinya. Tapi dia kan…cantik", bagi Nami ini agak berat untuk dikatakan saat ia harus mengakui bahwa ada perempuan yang hmmm…sama cantiknya dengan dirinya. Laki-laki manapun pasti mau mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan Hancock. Nami juga bertaruh Sanji akan melakukannya dan ia tidak bisa membayangkan betapa murkanya Sanji mengetahui bahwa Luffy menolak pinangan Hancock. Mengetahui Luffy selama dua tahun ini berada di pulau yang hanya dihuni oleh perempuan saja sudah membuat Sanji marah, apalagi jika mengetahui perempuan secantik Hancock ditolak mentah-mentah oleh Luffy.
"Dia memang baik. Mau mengantarkan aku agar aku bisa bertemu Ace. Tapi aku tidak terlalu menyukainya", kata Luffy dengan nada datar. Tiba-tiba obrolan mereka beruda dikagetkan oleh sebuah seruan.
"Nami swan, Robin cwan dan kalian para pecundang. Makanan sudah siap!" teriak Sanji dari dalam dapur.
"Sebaiknya kita segera masuk sebelum makanan menjadi dingin", ajak Nami, tapi Luffy sang kapten tukang makan ini tentu sudah melesat duluan mendahuluinya. Nami hanya menggelengkan kepalanya. Ada juga hal di dunia ini yang tidak akan berubah walaupun sudah bertahun-tahun lamanya.
"Hei Nami!"
"Hmm?"
"Entah kenapa saat mendengar kata menikah, aku teringat padamu. Jika saja yang orang yang memintaku untuk menikah adalah kau, aku akan langsung menerimanya," kata Luffy sambil tersenyum lebar. Setelah mengatakan hal tersebut, Luffy langsung menghilang ke arah dapur, meninggalkan navigatornya sendirian, terpaku dengan mulut menganga dan perasaan hati yang tidak karuan.
'DEG….DEG…!'
Sore itu, di atas dek kapal hanya terdengar suara degup jantung sang navigator.
Seperti kataku tadi di awal. Kau bisa menyadari bahwa temanmu akan menjadi sahabatmu dan sahabatmu akan menjadi keluargamu. Tapi kau tidak pernah menyadari kapan dan bagaimana sahabatmu yang kau anggap keluargamu ini akan menjadi lebih dekat lagi, lebih dekat dari yang kau bayangkan. Saat kau menyadarinya, kau ingin memutar ulang waktu, melihat setiap detail dan menanyakan pada dirimu sendiri bagaimana semua ini bisa terjadi. Bagaimana mungkin sahabatmu tiba-tiba tanpa kau ketahui asalnya darimana, menjadi rumahmu. Tempat yang ingin kau tuju, jawaban yang selama ini kau cari. Setelah kau mengetahuinya, kau akan merasakan semuanya dengan lebih jelas, seperti bagaimana kalian bertemu, sejak kapan kau mempercayainya dan seberapa besar kau selalu mengandalkannya.
Bersambung atau tidak?
Bersambung atau tidak?
Bersambung atau tidak?
Bersambung atau tidak?
Ah, malah gak jelas gini
Hehehe…..
