REWIND

Min Cast : Kim Namjoon x Kim Seokjin

Genre : Romace. Bad People! AU

Warn! T+. ManxMan. OOC.

.

.

.

All cats belong to God, The story and plot is mine

If you don't like, step back please

.

.

.

Special for Christal Alice

.

.

.

Seokjin mengerang malas setelah menatap kantong belanjaan yang menggunung di samping meja kasir. Mau tidak mau ia harus mengeluarkan tenaga ekstra karena adik bodohnya Kim Taehyung lebih memilih menyibukkan diri di dalam garasi dan tega membiarkan kakaknya pergi sendirian dengan empat kantong belanjaan untuk dibawa pulang.

Dengan berat hari Seokjin membawa masing-masing dua kantung belanjaan di setiap tangan, sedikit meringis merasakan beban di kedua tangan yang tidaklah ringan. Seokjin menghela nafas berat sebelum berjalan meninggalkan mini market yang ia singgahi dengan perasaan jengkel. Langkah kakinya menyusuri trotoar yang sepi, hal tersebut membuat hati Seokjin cukup membaik karena ia tidak perlu berdesar-desaran untuk sampai ke halte bus yang sudah ada di depan matanya sebelum sebuah suara nyaring klakson menggema di sekitarnya. Seokjin berpikir bunyi klakson tersebut bukanlah untuk dirinya, maka ia memilih tetap berjalan sebelum sebuah suara berat mengalihkan atensinya.

"Seokjin? Itu kau?"

Bukannya berhenti, Seokjin semakin menambah kecepatan berjalannya. Tidak berkeinginan menoleh atau membalas barang sebentar sapaan seorang laki-laki dengan suara berat yang sudah pasti menyapa dirinya. Yang ada di pikiran Seokjin saat ini hanyalah harus cepat pergi, menaiki bus dan sampai di rumah dengan selamat.

Sayang seribu sayang, semua perkiraan Seokjin meleset ketika sebuah tangan bertekstur kasar mengcengkramnya kuat. Membuat Seokjin mau tidak mau menoleh kearah lelaki tersebut. Seokjin bisa merasakan wajahnya memanas melihat sosok berkulit tan yang di balut dengan sleeveless shirt menampakkan otot lengan yang a lot dengan urat yang mencuat di sekujur tangannya tangannya yang kokoh.

"Puji Tuhan, ini kau Seokjin-ie."

Sebuah senyuman dengan lesung pipit di sebelah kiri pipinya menampar Seokjin bahwa lelaki di depannya nyata dan tengah tersenyum penuh arti kearah nya. Tuhan. Tolong Seokjin yang hanya bisa diam membeku tidak mampu membalas ataupun memberontak ketika empat kantung belanjaannya dibawa pergi oleh laki-laki tadi memasuki mobilnya. Dan giliran Seokjin yang kini diseret dengan lembut untuk duduk di samping kursi kemudi.

Tamat sudah riwayat Seokjin.

.

.

.

.

.

.

...

Taehyung tengah memandikan mobilnya ketika sebuah mobil range rover evoque hitam terparkir di hadapan rumahnya dengan sang kakak ,Kim Seokjin. Mata tajamnya memicing antisipatif ketika pintu pengemudi dibuka menampakkan sosok seorang laki-laki yang begitu ia kenal.

"RAP MONSTER!" Taehyung berteriak girang, ia meninggalkan acara mencuci mobilnya untuk kemudian mendekat kearah seseorang yang di panggilnya Rap Monster. Keduanya saling melakukan tos dan berakhir dengan pelukan. Tampak kerinduan diantara dua orang tersebut, terlihat dari wajah berbinar dan sambutan hangat Taehyung pada sosok laki-laki bernama Rap Monster atau bisa dipanggil Kim Namjoon.

Keduanya terlalu larut dengan reuni kecil-kecilan hingga melupakan sosok Seokjin yang mengendap masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya dengan sangat hati-hati menenteng semua belanjaan miliknya. Seokjin menghela nafas lega, ia menaruh semua kantung belanjaannya diatas meja makan, tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa duduk berdua dengan mantan kekasih ternyata lebih sulit dibanding menangkat empat kantung belanjaan sekaligus. Untuk sekarang ini biarkan Seokjin sibuk di dalam dapur dan biarkan Taehyung melepas rindunya pada Namjoon.

Seokjin bersandar pada abinet dapur, di kedua tangannya ada segelas jus jeruk yang sedari tadi di teguk isinya. Pintu dapur yang terbuka dan menghadap langsung pada pekarangan rumah mereka yang dipakai Taehyung dan Namjoon untuk bersanti membuat Seokjin leluasa memperhatiakn interaksi kedua sahabat yang kini tengah bersantai ditemani dengan beberapa botol bir di meja. Seokjin cukup bersyukur bahwa Taehyung yang datang ke dapur untuk mengambil minuman ketika Seokjin tengah membereskan barang belanjaannya, karena bila itu Namjoon. Ia yakin, suasana akan canggung disebabkan oleh ulahnya sendiri yang belum bisa mengendalikan diri.

Seokjin masih mengingat dengan jelas setiap hal yang ada pada diri Namjoon, terlebih ketika mereka berdua berada di dalam mobil tadi siang. Tidak ada pembicaraan yang terlontar dari keduanya, Namjoon beberapa kali bertanya padanya namun Seokjin enggan membalas dan memilih menolehkan kepala keluar jendela. Namjoon terlihat cukup bersabar ketika di dalam mobil, ia bahkan memberikan waktu pada Soekjin tanpa memaksanya untuk membalas setiap pertanyaan yang ia lemparkan dan memilih tersenyum. Sesekali Namjoon meremas jemari Seokjin yang terkulai kakau diatas pahanya tanpa malu, tanpa ragu dan itu semua membuat Seokjin gugup bukan main. Rasanya masih sama dan itu membebani Seokjin. Namjoon tidak berubah sama sekali, tekecuali kulitnya yang semakin hitam dengan otot alot yang terbentuk sempur. Wajahnya masih sama, selalu tampan di mata Seokjin. Sentuhannya, perlakuannya. Semua masih sama, dan Seokjin mulai ketakutan.

Mata bulatnya melirik pada jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore, Seokjin perlu memasak untuk makan malam dan sepertinya Seokjin perlu memasak ekstra karena ia yakin Taehyung akan menahan Namjoon lebih lama di rumah mereka. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar dan Taehyung terlalu penasaran dengan apa yang dilakukan oleh mantan kekasih kakanya di luar sana.

.

.

.

.

.

Acara makan malam mereka baru saja selesai dan Taehyung terburu-buru keluar rumah ketika mengingat ada janji dengan seseorang. Ia meminta Namjoon untuk menginap karena masih banyak hal yang belum mereka bicarakan, bahkan si muda Kim itu berjanji akan pulang meski tengah malam. Namjoon tidak punya alasan untuk menolak, terlebih ia perlu menyelesaikan urusannya dengan si sulung kim.

Namjoon tidak bisa melepaskan atensinya pada sosok Seokjin yang tengah mencuci piring, menampakan bagian belakang tubuhnya yang tidak berubah. Namjoon masih menginget setiap lekukan tubuh itu baik ketika Seokjin tengah memakai busana ataupun tidak. Namjoon tesenyum miring, meneguk birnya yang kini kandas. Namjoon bangun dari duduknya, melangkah mendekat kearah tubuh Seokjin dan dengan sengaja mengalungkan kedua lengannya melingkari pinggang Seokjin yang ramping. Namjoon tidak segan menumpu dagunya pada bahu Seokjin yang lebar, memperhatikan mantan kekasihnya mencuci piring dari jarak sedekat ini setelah lima tahun lamanya.

Seokjin terkesiap merasakan tubuhnya di dekap dari belakang oleh Namjoon. Percuma saja ia memberontak, Namjoon tidak akan melepaskannya dengan mudah. Maka dari itu, Seokjin lebih memilih menyelesaikan cucian piringnya dan barulah ia mencari cara untuk lepas dari cengkraman monster sejenis Kim Namjoon.

"Kau tidak berubah Jinnie." Namjoon mengecup bahu Seokjin bertepatan dengan piring terakhirnya. Seokjin menghela nafas, ia berbalik setelah sebelumnya melepaskan sarung tangan yang digunakan untuk mencuci piring. Namjoon tengah tersenyum ketika Seokjin mendongakkan wajah untuk menatap matanya. Hati Namjoon teriris, pancaran mata Seokjin terlihat sedih dan terluka. "Maafkan aku sayang, lima tahun yang lalu adalah hal paling sulit untuk aku bagi denganmu." Namjoon memberanikan diri mengelus wajah Seokjin yang memerah, merasakan tekstur lembut yang tidak pernah berubah.

Seokjin sejujurnya ingin berteriak, memaki, dan memukuli Namjoon setelah lima tahun meninggalkannya tanpa kabar. Melakukan hal brengsek tersebut sehari setelah mereka menghabiskan malam panas untuk pertama kalinya. Seokjin benar-benar mengutuk Namjoon yang brengsek pada saat itu. Namun lihat sekarang, Namjoon kembali padanya tanpa ada hal yang berubah. Namjoon hadir kembali seperti mereka tidak pernah berpisah selama lima tahun dan Seokjin mengutuk dirinya karena tidak bisa menolak pesona Namjoon.

"Kau mau memaakan aku kan Seokjin?" Namjoon memeluk pinggang Seokjin dengan sebelah tangan, kepalanya menunduk untuk menyatukan kedua kening mereka. Mata tajamnya menatap Seokjin intens, mencoba meyakinkan Seokjin dengan caranya yang kasual sama seperti sedia kala.

Tidak ada jalan keluar jika sudah seperti ini, Seokjin hanya punya dua pilihan. Menjawab iya atau menjatuhkan dirinya pada Namjoon, karena kedunya berakhir sama. Berakhir pada cengkraman Namjoon yang sejujurnya sudah Seokjin rindukan sedari dulu. Ini adalah langkah awal mempercayakan dirinya kembali pada Namjoon, mengulang segala hal yang pernah mereka lakukan dan memperbaiki pondasi hubungan mereka kedepannya. Karena Seokjin sudah tidak sanggup bila itu bukan Namjoon.

"Apa aku memiliki pilihan?" Seokjin memberanikan diri membelai wajah Namjoon. Merasakan suhu tubuhnya yang memanas di telapak tangannya.

Namjoon menyeringai, merasa puas dengan respon Seokjin yang sedari tadi mengabaikannya. Namjoon sudah siap dengan segala resiko penolakan Seokjin dan kini ia perlu berbangga diri karena bisa mengcengkram Seokjin kembali setelah lima tahun.

"Tidak." Namjoon mengecup sudut bibir Seokjin yang kini terkekeh ketika tiba-tiba tubuhnya sudah tidak menapaki lantai dan berakhir dalam gendongan Namjoon. "Jawabannya hanya iya, iya, dan iya untuk seterusnya."

Seokjin tertawa, mengalungkan kedua lengannya di sekitar bahu Namjoon. Saling bertatapan sebelum Namjoon memutuskan jarak diatara keduanya. Membungkam bibir Seokjin, membawnaya pada sebuah ciuman panas yang menyesakkan. Biarkan debuman pintu kamar Seokjin disusul bunyi kamar yang di kunci menjadi saksi bisu betapa panasnya mereka melakukan reuni kecil-kecilan setelah lima tahun berpisah.

Dibalik tembok dapur, bersandar Kim Taehyung dengan senyum yang merekah di bibir. Merasa bangga karena rencananya bersama Namjoon berhasil. Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Taehyung selain melihat kakaknya tertawa bersama sang pujaan hati. Dan sekarang gilirannya mencari kebahagiaan, karena Taehyung perlu pergi dari rumah sebelum adik kecilnya terbangun.

.

.

.

.

.

E.N.D for REWIND

Hai semuanya ^^

Lihat aku gak tahu malu dating bawa fanfic baru tapi Butterfly masih belum di selesein. Maafkan aku :') Mood ini suka jelek, dan sekalinya bagus dapat feel buat Namjin. Aku udah bikin kecewa dan gak pingin bikin nambah kecewa waktu baca Butterfly ternyata diluar ekspetasi, maka dari itu aku tahan dulu. Maafkan aku /bow/

Untuk Kak Al, aku bikin beginian undah mau nyerepet ke rated M inget lagi puasa, jadi yang panasnya nanti aja ya waktu malem takbiran HAHAHAHA Semoga menikmati fanfic NamJinnya.

Terimakasih untuk yang mampir, membaca dan meninggalkan jejak.

With love,

Cutebei.