Mom And Dad Are Fighting! (The Series)
Rating : T
Genre : family+romance
WARNING : Au, mpreg, CRAK PAIR, OOC, ABAL, GAJE, ETC LAH..
Pairing : Hunkai and the others
All characters are not belong to me. But story is mine..
.
.
Luhan itu cuma anak SD yang ingin punya keluarga yang harmonis seperti teman-temannya. Tapi sejak ia bisa bicara, ia sadar Jika kedua orangtuanya tidak akan pernah menjadi orangtua yang pernah ia harapkan.
.
.
Its time for a broken home child to plotting..
.
.
Luhan akan pergi ke sekolah pukul 7 pagi, dan pulang pukul 4 sore. Mengerjakan PR jam 5 sore, makan malam di jam 7 malam. Lalu pergi tidur pada pukul 9 malam.
Dia selalu bangun disaat ayahnya sudah berangkat ke kantor, dan tidur saat ayahnya pulang dari kantor. Selama 1 minggu di sini, tidak ada obrolan panjang antara ayah dan anak seperti yang Seharusnya.
Pria Oh itu lebih memilih berkutat dengan pekerjaannya dibandingkan menemani putranya yang masih berusia 9 tahun itu belajar atau pun bermain. Rumah ayah memang sangat besar, melebihi apartemen Luhan dan ibunya yang sedang pergi ke luar negeri untuk menemani atasannya yang borju itu.
'Apa ayah mengajak Lulu bermain?'
Ibu Luhan, Kim Jongin. Si namja berkulit tan madu dengan senyumnya yang cantik itu terlihat di layar tab kesayangan Luhan pemberian sang ibu saat ultah ke 8, tahun lalu.
"Tidak"
Ibu memasang tampang masam yang terlihat sangat menggemaskan. 'Kalau begitu Lulu harus marah!' ibu menyarankan.
Luhan terkekeh pelan. Dia bilang dia sudah besar untuk ngambek. Dan ayahnya.. Luhan bahkan sanksi memanggil pria itu ayah mengingat tak pernah sekalipun Ayahnya itu memanggil namanya.
"Tapi ayah meminta bibi Bong untuk memasak sarapan yang enak setiap pagi"
Tawa renyah sang ibu membuat Luhan merindukan namja itu berada di sampingnya.
"Ibu, kapan ibu pulang?" tanyanya.
'eh? Lulu kangen ibu ya?'
Bocah itu mengangguk seraya menghapus airmatanya. Dia kangen ibu rupanya. Ibu minta maaf dan memohon supaya Luhan berhenti menangis karena itu akan membuat Ibu khawatir padanya.
*puk..
Luhan mengangkat kepalanya saat mendapati sosok ayah duduk di samping kanannya seraya mengusap kepalanya dengan lembut. Seolah menghibur Luhan yang sedang rindu ibu.
"Seorang Pria itu pantang yang namanya menangis" kata ayah, pria 30 tahun itu mengambil alih tab di tangan Luhan dan memperlihatkan wajah tampannya pada sang istri (mantan).
'Oii, Sehun.. Lulu bilang kau tidak mau mengajaknya bermain ya? Kau ini ayah macam apa sih'
Oh Sehun memutar mata bosan. Mantan istrinya ini tetaplah namja cerewet dan suka membesarkan masalah.
"Aku sibuk"
'klasik'
Dia bilang sibuk.. Sibuk lagi.. Sibuk terus. Memangnya siapa sih yang bisa hidup tanpa masalah? Pria Oh ini berkata, seolah dirinyalah manusia workaholic yang paling sibuk di muka bumi ini. Berlebihan.
Percakapan yang akan berakhir menjadi perdebatan paling menyebalkan. Memang sudah sering terjadi saat mereka masih bersama. Ayah dan ibu itu memutuskan untuk berpisah saat usia 3 tahun. Cerai sih memang tidak, cuma pisah begitu saja. Mereka bilang terlalu ribet mengurus persidangan. Yah, begitulah..
Meski usianya sudah menginjak kepala tiga. Ayah dan ibu itu masih kekanakan menurut Luhan. Kalau ketemu, ada saja yang musti didebatkan. Padahal manusia normal sekalipun juga tidak begitu-begitu amat.
Waktu perayaan ultah Luhan yang ke-9 kemarin saja mereka juga musti berdebat. Yah, mulai dimana mereka akan merayakan ultah Luhan. Sampai siapa saja tamu yang harus diundang saat pesta itu berlangsung. Ayah sih maunya merayakan di luar negeri saja, sekalian mau mengundang beberapa rekan bisnisnya untuk memperkenalkan Luhan sebagai calon penerusnya kelak. Tapi ibu pikir itu berlebihan. Luhan kan masih kecil, kenapa tidak mengundang teman sekolah saja? Belum lagi kalau ada wartawan yang meliput. 'Perayaan Ulang Tahun Penerus Keluarga Oh' terlalu norak kan ya?
"Lulu~"
Luhan memutar mata bosan. Itu pamannya, si Yoda bermata bulat. Adik bungsu ayah yang baru duduk di kelas 2 SMA. Tubuhnya jangkung bukan main, hobi banget nge-rap, dan sering sekali menjuluki dirinya sebagai The King Of Rapper atau bla.. Bla.. Bla.. Luhan masih kecil, belum mengerti yang begituan.
"Kok paman yang jemput sih?" Luhan bertanya. Dia celingak-celinguk, dimana Pak Han? Supir kepercayaan ayahnya yang selalu bersedia mengantar-jemput dirinya kalau urusan pergi ke sekolah.
"Lulu kok ngeliatnya begitu sih? Gak suka ya dijemput hyung" norak banget. Matanya yang belo itu sok di dramatiskan begitu.
"Bukan begitu, paman" Luhan menyahut. Biar Paman Chanyeol menyebut dirinya 'hyung' Luhan tetap saja memanggilnya Paman. Toh Chanyeol kan memang pamannya Luhan.
Gerbang sekolah mulai sepi. Daripada berdebat, lebih baik segera pulang saja. Lagian Luhan juga malu kalau musti berdebat dengan pamannya yang hyperactive ini. Dulu nenek ngidam apa sih waktu mengandung paman Chanyeol? Kok ya beda banget sama Ayahnya Luhan yang kalem kalem minta ditonjok itu.
"Kita naik mobil?" tanya Luhan.
Paman Chanyeol menggeleng. Sok imut banget. Emang imut sih hehehe..
"Kita naik bus saja. Biar bisa menikmati keindahan kota" kata paman. Mirip banget duta cinta lingkungan kalau begitu caranya.
"Memangnya pak Han kemana, paman?"
"istrinya pak Han melahirkan. Jadi Sehun hyung ngasih cuti 1 minggu buat pak Han"
"Memang si Sehun itu tidak bisa menjemput ya?"
"Hush!" paman Chanyeol menatap galak ke arah Luhan. "Panggilnya yang sopan. Dia kan ayahmu"
Luhan mencebikan bibir tidak suka. "Iya, deh.. Ayah"
Paman Chanyeol tersenyum manis. "Biar punya tampang datar begitu. Kalau gak ada dia, kamu gak akan ada hehehe"
Luhan ikut menyengir. Dia sih emang biasa songong kalau sudah menyinggung soal ayahnya yang punya tampang datar itu.
...
Malam harinya, Luhan sudah selesai mengerjakan PR dari sore tadi. Jadi dia langsung turun menuju meja makan, dimana sosok ayahnya dan paman Chanyeol sudah duduk di sana sambil mengobrol.
Tumben, pikir Luhan. Mungkin karena ada paman Chanyeol di rumah ini. Jadinya ayah bisa pulang lebih awal dan menikmati makan malam bersama keluarga. Biasanya kan Luhan makan malam sendiri.
"Selamat malam, paman Chanyeol.. Selama malam bibi Bong" ucap Luhan.
Bibi Bong tersenyum simpul. Yeoja itu sedang meletakan sepiring ayam goreng kesukaan Luhan. Nyam.. Nyam.. Nyamm.. Pasti rasanya enak.
Bocah berbalut piyama bermotif bintang-bintang itu duduk dengan tenang. Tak peduli kalau dia lupa akan keberadaan ayahnya yang sejak tadi terabaikan begitu saja. Kasihan..
"Jadi, apa kau serius mau tinggal di sini?" ayah tiba-tiba saja bertanya. Entah pada siapa, Luhan juga tidak tahu.
"Iya.. Kan di sini ada Lulu.. Aku jadi punya teman dan bla.. Bla.. Bla.."
Luhan tidak peduli. Paman Chanyeol memang begitu. Ribut sekali orangnya. Berbanding balik sama ayahnya yang kalem itu.
"Soalnya.." paman Chanyeol menjeda.
"Soalnya apa?"
"Aku suka kesepian kalau di rumah. Ibu dan ayah kan sibuk kerja. Aku pengen punya adik lagi ibu gak kasih" memasang tampang ngambek.
Ayah facepalm. Luhan ingin bilang: tidak kenal.. Tidak kenal... Tapi gak tega hehe.
"Ibu sudah terlalu tua untuk melahirkan lagi, yeol" ayah menasihati sang adik dengan bijak.
"Tapi ayah bilang Oke.."
"Hm?"
"Iya.. Kalau ibu bolehin ayah punya istri lagi aku bakalan dikasih adik, hyung"
Ya Tuhan, Chanyeol.. Ayah memutar mata bosan. "Itu artinya kau akan punya ibu lagi, bodoh"
Paman Chanyeol menggembung kedua pipinya. "Hyung! Jangan berkata banmal begitu!" serunya. "Tidak baik, pabbo!"
"Paman juga berkata banmal" Luhan menyahut.
Ayah melirik ke arah Luhan. "Jangan meniru kami, ok?"
Luhan mengangguk setuju. "Kata ibu, kalau ayah berkata banmal tidak boleh mencontoh"
"Baik.. Turuti kata-katanya. Dan jangan jadi anak nakal!" ayah menasihati.
"Tapi kata ibu, kalau ayah tidak mau mengajak Luhan main, Luhan harus ngambek" Luhan berkata. "Apa Luhan harus menuruti perkataan ibu?"
Ayah facepalm lagi. Duh, mantan istrinya ini apa-apaan sih? Kok ngajarin anaknya yang enggak-enggak aja.
"Lu" ayah menyebut namanya perlahan. "Kalau ayah sibuk, ayah mana mungkin menemani kamu bermain. Tapi kalau ayah tidak sibuk, tanpa diminta pun pasti ayah lakukan"
"Tapi ayah tidak pernah menemani Luhan bermain. Makan malam saja setiap hari Luhan sendiri" kata Luhan. "Biasanya Luhan sering makan malam sama ibu dan paman Minho"
"APA?" ayah dan paman Chanyeol kompak bertanya.
Hah? Paman Minho?
"Memangnya kenapa?" Tanya Luhan. Memasang tampang lugunya yang menggemaskan.
"Paman Minho itu dulu saingan ayahmu tahu. Mantan pacar ibumu" kata Paman Chanyeol. Mulutnya yang ember bukan main itu seolah mengabaikan perasaan sang abang.
"Yeol" ayah memperingati.
Paman Chanyeol terkekeh pelan. "Keceplosan, hyung" Hehehe.. "Hyung pasti takut kalau Jongin hyung CLBK lagi ya sama Choi Minho?"
Ayah mendengus pelan. Luhan memakan nasinya dengan tatapan polos penuh tanya ke arah sang ayah.
"Ayah" Luhan benar-benar seperti bishonen sekarang.
"Hm?"
"CLBK Itu apa?"
"Eh?"
"CLBK itu cinta lama bersemi kembali, Lu" jelas paman Chanyeol. Dia menggigit paha ayam gorengnya dengan barbar.
"Memangnya cinta itu apa sih, paman?"
"Astaga, yeol" ayah menggerutu kesal. Adiknya ini apaan sih?
"Cinta itu dua orang yang saling popo" jelas paman Chanyeol, asal bunyi.
"Berarti paman Minho dan ibu itu saling cinta ya? Soalnya waktu itu Lulu lihat paman Minho dan ibu main popo-popoan di pipi" kata Luhan.
Chanyeol masih asyik menimpali kalimat polos keponakan manisnya itu. Seolah mengabaikan aura hitam di sekitarnya. Dimana Sehun hyungnya, benar-benar gerah sekarang. Duh, kalau masih cinta tuh ya bilang toh, mas!
.
.
.
End For this Chapter.
.
.
A/n :
Ff pengganti raw n rosy yang sebentar lagi ending.. Btw thx ya udah mau ngikutin semua ff-ff gaje karya Joy. Soal alur ya seperti biasa.. Gajelas dan abstrak. Ff kali ini aku buat series. Karena selain menyingkat waktu, biar kalian gak merasa bosen aja sama ff ini. Tokoh utamanya siapa Joy? Tokoh utamanya itu si Lulu hehehe.. Ada yg penasaran? Cuz reviewnya ya.. Biar Joy semungut hehehe
