++ Opening: v1.2 (added "Trivia" section)
v1.0 (completed)
DISCLAIMER:
- Detective Conan belonged to Aoyama Gosho
Full Summary:
Apa yang terjadi ya, begitu Ran berhasil ngeluarin Conan dari salju? Di film-nya kan tidak diceritakan... Btw, tak menghiraukan epilogue yang biasanya habis credits.
WARNING:
- DC Movie 15: "Quarter of Silence" spoiler
- Gaje
- Bahasa ngga baku
- Cuma 1/2 realistis.
- AU (gara-gara nabrak alur yang udah ditetapkan)
v1.0 (completed)
Chapter 1: Happy Too Soon...
Mouri Ran menggali keluar adik asuhnya itu. Jari-jari tangannya yang terluka tak dihiraukannya. Dia tahu kalau dia malah memperhatikan jarinya yang tak seberapa itu, mungkin dia tak akan bertemu dengan adik asuhnya itu.
Doushita (Kenapa)?
Gara-gara adik asuhnya yang berumur 7 tahun dan super jenius itu ternyata terjebak longsoran salju.
Haaa?! Kok?
Gini nih, ceritanya... Kurang lebih.
Yamao Keisuke mencet tombol detonator buat bom yang udah dia pasang di sepanjang Dam Kitanosawa. Kalo dam itu meledak 'n' bocor, Desa Kitanosawa yang ada di depan dam itu (meski ada jarak) bakalan tersapu bersih. Untungnya (ato sialnya ya?), bocah tsb. inget dengan areal ski yang ditutup gara-gara rawan longsor. Dia terus muter otak; gimana caranya buat ngebelokin itu banjir bandang.
Do the math (Pikirin aja) apa yang bakal dia lakukan.
Yep. Bikin longsor.
Caranya?
Gampang kok. Dia naik turbo-engine snowboard temuan Agasa Hiroshi dan mendaki naik itu berbelok-belok, bikin jalur. Meskipun korslet, dan akhirnya malah gagal sampai puncak gara-gara teriakan marahnya itu, terjadilah longsor salju hebat.
Kok masih bisa Ran nyariin dia sih?
Gampang.
Mesinnya korslet = kecepatannya turun dengan longsor lebih lambat.
Get it?
Ehem. Back to story.
Ran terus menggali. Sampai akhirnya dilihatnya wajah anak yang dicarinya sejak tadi sampai saking paniknya dia sempat nelpon HP Kudou Shinichi, teman masa kecilnya yang ngilang entah ke mana.
Matanya tertutup dibalik kacamata ber-frame hitam yang besar itu. Tak ada embun yang menandakan dia masih bernafas. Tubuhnya tak bergerak, masih setengah tertimbun salju. Kulitnya pucat karena hypothermia. Kalau dipikir, Ran sendiri tak bakal ngerti bagaimana caranya ada bola sepak yang bisa tiba-tiba terlontar dari salju bagai batu dari gunung meletus, menandakan lokasinya.
Si kecil itu yang bernama Edogawa Conan.
"Di sini!" teriak Mouri Kogorou, ayah Ran. "Bocah itu ada di sini!"
Ran tak menghiraukannya. Ditariknya anak itu dari penjara putih dinginnya, di mana dia terjebak selama sekitar 15 menit, batas waktu di mana 93 persen orang yang terjebak longsoran salju ditemukan hidup.
Suara anak-anak yang lain terdengar di background. Tapi Ran hanya memperhatikan anak yang selalu pengertian padanya sejak Shinichi menghilang.
Edogawa Conan sama sekali tak merespon. Bahkan uap nafasnya pun tak nampak.
Sontak Ran memeluk tubuhnya yang dingin itu. "Conan-kun, buka matamu! Conan-kun!" tangisnya, kepalanya disandarkan ke kepala anak itu. Tiba-tiba, dia mendengar suara yang familiar. "Conan-kun?"
Begitu dilihatnya, Conan sudah sadar. Memang, masih kelihatan kedinginan. Matanya setengah terbuka. Suaranya tak begitu jelas. Dia tak sanggup menggerakkan tubuhnya. Nafasnya masih sangat pelan.
"Ran...neechan..." gumamnya lemah, senyum kecil bersarang di wajahnya yang pucat dan dingin itu.
"Yokatta (Syukurlah), Conan-kun," tangis Ran sebelum memeluknya lagi. Ayumi, Genta, dan Mitsuhiko semua bersorak girang.
Haibara cuma tersenyum. 'Dia memang tangguh,' pikirnya.
Yaah... Setidaknya, begitulah pikir mereka.
"Ran...neechan..."
"Daijoubu (Kau ngga apa-apa), Conan-kun?" tanya Ran. Insting ke-ibu-annya langsung aktif.
"Aku...lelah..." jawab Conan, suaranya terdengar seperti sedang mengantuk.
Touno Mizuki, yang merupakan tersangka + ada di tempat, mendengar permintaan tersirat anak itu. Sontak, dia langsung membentak.
"Ngga! Ngga boleh!" Semua mata kecuali Conan memandangnya. "Jangan tidur!" lanjutnya sembari berlutut, memeriksa anak yang masih dalam pangkuan Ran meski sudah tak dipeluk lagi.
"Kenapa?" tanya Genta, polos. "Bukannya kalo sakit harus banyak makan, dan tidur?"
"Gila ya?!" tanya Mizuki. "Orang yang kena hypothermia ngga boleh sampai tidur karena resiko koma. Seandainya pingsan pun, harus dimonitor terus."
"'Hypothermus'? Apa hubungannya sama kuda nil?" tanya Genta.
"Kuda nil itu "hippopotamus". Yang bener hypothermia," koreksi Haibara. Anggota Shounen Tantei-dan (Detektif Cilik) langsung memperhatikannya. Meski orang dewasanya juga pada memperhatikannya. "Adalah suatu kondisi di mana suhu tubuh inti seseorang menurun dari suhu normal, yaitu sekitar 36.5 derajat Celsius. Disebut hypothermia mulai dari 35 derajat Celsius sampai sekitar 28 derajat Celsius."
"Ooh... Sou ka (begitu ya)..." gumam Ayumi.
"Tapi, apa yang bahaya soal itu?" keluh Genta. "Kan cuman beberapa derajat."
Baru saja Haibara mau memarahinya, Mizuki sudah bicara duluan.
"Justru yang paling mematikan itu sekitar 28 derajat Celsius. Kulit pucat dan dingin jika disentuh, kemungkinan udah kena 'frostbite', lelah, bibir dan kuku membiru, korban kebingungan dan tak bisa bicara jelas, rasa ngantuk atau lelah,-" Semua langsung 'deg!' begitu mendengarnya. "-kehilangan kesadaran, tangan-kaki kaku, nafasnya ngga dalem, kadang menggigil juga."
"Ran...neechan..." Ran langsung memperhatikan Conan yang masih dalam pangkuannya. "Biarkan...aku...tidur..." Matanya hampir menutup.
"Jangan, Conan-kun," bisik Ran, berusaha lembut sebisa mungkin. "Jangan."
"Tapi...aku..."
"Ran-kun, peluk dia," celetuk Agasa. "Itu bisa membantu menahan hypothermia-nya. Lindungi badan dan kepalanya. Tubuhnya jangan diusap. Kita harus ke desa; dia ngga bakal tahan terus begini."
"Un," angguk Ran, dan dia pun mulai bangkit, kali ini tak melepaskan pelukannya. "Wakatta (Aku mengerti)."
"Aku akan telpon Haha (Ibuku)," ujar Tachihara Touma.
"Ngga bisa," ujar seorang personil dam. "Komunikasi udah diputus sebelum ledakan dimulai."
"Kalo gitu, kita ke penginapan," saran Mizuki. "Itu tempat terdekat yang kutahu."
"Oke."
"Tapi kalo kita semua naik mobil ngga akan cukup," ujar seorang personil.
"Benar juga," ujar Kogorou. "Kalo gitu, Ran, Mizuki-san, Agasa-san, Mutou-san dan seorang lagi bakal ke penginapan secepatnya."
"Eh, kalo bisa ke rumahku saja," celetuk Touma. "Rumahku ada di sebrang penginapan kalian, dan Haha (ibu) itu suster, jadi seenggaknya tahu apa yang seharusnya dilakukan."
"Oke," ujar Kogorou. "Sisanya menyusul. Cepat!"
Lalu, mereka langsung bergerak seperti gerombolan semut yang ditiup, lari sana-sini.
Dan sayangnya, Ran juga ikut lari saking paniknya dia dengan keselamatan "adiknya".
"Oi! Ran!" Ran langsung menengadahkan kepalanya, hanya untuk melihat wajah shock-marah ayahnya. "Mau bunuh bocah itu ya?!" Tanpa menunggu putri tunggalnya itu untuk menjawabnya, Kogorou melanjutkan bentakannya. "Kalo kau terus pontang-panting sana-sini ngga jelas, bisa memperparah kondisinya!"
Sontak Ran langsung berhenti di tempat.
"Su-Sumimasen, Otousan... (Maaf, Ayah...)" gumamnya.
"Sudahlah," balas Kogorou. "Saa, ikkou! (Ayo, berangkat!)"
Dan mereka langsung ngacir menurut tujuannya masing-masing. Tapi, intinya selalu sama.
Supaya anak itu tetap bersama mereka...
TBC...
fitria (Guest): Ahh... ya. Thanks infonya... Eaps, maunya sih, dirubah... Tapi Kudou-kun ngga bakalan mati secepet itu kok... (kecuali udah kehabisan ide) Gara-gara lagi suka baca manga lain, jadi kayanya yang ini bisa jadi Xover... *grinning like an idiot* Thanks reviewnya ya
Trivia:
- Jari Ran memang terluka dalam filmnya.
- Susunan nama memakai susunan Jepang. Author sudah terlalu terbiasa.
- Awalnya FF ini akan ditulis dengan bahasa Ch 1, tapi entah kenapa terasa terlalu tidak formal, jadi kurang enak untuk dibaca Author. Author tidak akan me-rewrite Ch 1.
- Ran tidak mengerti bagaimana caranya, begitu pula Author. Di filmnya, tiba-tiba bola keluar seperti muntahan gunung meletus.
- Conan memang bisa dikatakan terjebak selama 15 menit; sebelum Ran menelepon saja Haibara Ai mengatakan (via mental note to self) kalau waktunya sudah sekitar 14 menit.
- Bagian filmnya selesai sampai "Yaah... Setidaknya, begitulah pikir mereka."
- Author bingung memilih stage hypothermia yang cocok. Tapi, gejala hypothermia itu seharusnya cocok.
- Memang, meskipun 1/2 benar, penderita hypothermia tidak boleh diusap tangan-kakinya ataupun digoncang-goncang, terutama jika sudah parah.
- Mobil itu memang tak akan cukup; 2 orang personil, Ran, Sonoko, dan Kogorou saja sudah pas (kalau tak salah)
- Author baru dapat data lagi pas menulis Ch 2! Jadi, 1/2 realistis, karena riset Italia mengatakan kalau dalam 15 menit, kebanyakan mati karena tak bisa bernafas.
