Prolog

~oOo~

Sehun menatap Kai yang sedang berdiri di hadapannya.

Udara dingin pada malam hari membuat kedua pemuda yang lahir di tahun yang sama itu menggigil kedinginan. Midgard—nama dunia yang mereka tinggali—selalu mengalami pergantian cuaca yang ekstrim, Kai sudah terbiasa, namun Sehun tidak. Jadi, yang biasanya Sehun lakukan jika udara sedingin ini adalah bergelung di dalam selimut di kamarnya lalu tertidur. Namun malam ini Kai malah menyeretnya untuk pergi mengunjungi beberapa club yang Kai yakini sebagai tempat berkumpulnya para pemuja setan.

"Kau yakin ini tempatnya?" Sehun bertanya sambil memeluk dirinya sendiri, kepalanya mendongak menatap plakat yang terpasang di atas pintu masuk yang bertuliskan 'Selamat Datang di Club Pandemonium'. Ia merasakan firasat yang buruk mengenai tempat ini, namun Kai sepertinya tidak merasakan apa-apa, karena pemuda tan itu sudah bersemangat sekali untuk memasuki tempat itu.

"Menurut catatan yang ku ambil dari ruangan Suho hyung sih iya." Kai menatap kertas yang ada di tangannya, "kalau kau bisa membawa kita masuk ke dalam dengan selamat, kita bisa menyelesaikan penyelidikan ini dengan cepat."

Angin berhembus dari sebelah kanan Sehun, ia membenci dirinya sendiri yang seorang pengendali angin tetapi ia masih merasa kedinginan. "Kalau kau membutuhkan orang yang cukup mempesona untuk menggoda penjaga pintu, kau beruntung sekali membawaku ke sini bersamamu."

Kai memutar kedua matanya dengan malas, "jangan terlalu percaya diri."

"Percaya diri itu baik." Sehun mendorong Kai agar tidak menghalangi jalannya, ia berusaha menampilkan senyum terbaiknya ke arah penjaga yang sekarang menatap mereka dengan pandangan bertanya. "Jadi," Sehun berbasa basi. "kita pasti boleh masuk, kan?"

Penjaga itu terlihat curiga, ia menatap Kai dan Sehun secara bergantian, lalu berbicara, "apa kalian termasuk anggota club?"

"Apa? Tentu saja tidak! Apa kami terlihat seperti orang-orang eksentrik?" Sehun tertawa renyah, "kau lebih baik membiarkan kita masuk, atau kau akan mengalami malam yang buruk." Sehun lalu memasang senyum paling menyebalkan yang ia miliki.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini! Tidak ada orang asing yang diperbolehkan untuk memasuki club sekarang." Penjaga itu berkata sambil memasang kuda-kuda.

Sehun mengangkat alisnya, "hoo, pengendali tanah rupanya."

Kai merapatkan tubuhnya kepada Sehun agar ia bisa berbisik, "lakukanlah dengan cepat, kita tidak ingin ketinggalan acara utamanya."

"Baiklah baiklah," Sehun tersenyum kepada sang penjaga, sesaat pandangan matanya berubah dari sorot mata jenaka menjadi sorot mata serius. Penjaga itu mulai merasakan hal yang tidak beres, ia melangkah mundur secara perlahan tetapi Sehun juga memajukan langkahnya. Kedua bola mata Sehun yang berwarna hitam berubah menjadi warna merah, semerah darah, ia hampir merubah warna rambutnya tetapi Kai memegang pergelangan tangannya, tanda agar ia tidak bertindak lebih jauh. Meskipun perubahan wujudnya belum sempurna, tapi nampaknya sang penjaga itu tahu Sehun akan berubah wujud menjadi apa.

"K-kau seorang—"

"Ya," Sehun menyeringai, "kau ternyata merupakan seorang penyembah setan yang taat, dan kau telah membuat sesuatu di dalam diriku ini bergejolak, sudah lama aku tidak berburu seperti ini, dan kau telah berurusan dengan orang yang salah." Sehun mengakhirinya dengan nada yang serius tapi dibuat-buat, lalu ia menggeram, dan meloncat ke depan menerkam sang penjaga, meninggalkan Kai yang mendongak menatap ke langit malam, menulikan pendengarannya dari suara sang penjaga yang berteriak. Seakan-akan takut pemandangan bulan di atas akan ternoda oleh darah yang sekarang sudah terciprat kemana-mana.

.

Luhan sebenarnya tidak tahu dunia itu seperti apa.

Yang ia tahu hanyalah, dunia yang ditinggalinya saat ini, terbagi menjadi dua bagian yang menciptakan kesenjangan sosial yang besar antara kaum bawah dan kaum atas, dan nama dunia yang sekarang ia tinggali adalah Midgard. Dan ada dunia-dunia lain yang lebih mengerikan di banding dunia yang ia tinggali ini.

Exology. Begitu para bangsawan kaum atas menyebut diri mereka sendiri. Mereka memang bukan manusia biasa, mereka memiliki kekuatan, superpower yang membuat mereka merasa derajat mereka lebih tinggi dibanding kaum lainnya. Meskipun kenyataannya, di dunia ini hanya ada dua kaum yang tersisa, atau mungkin memang dari dulu hanya ada dua kaum saja. Darah para Exology berwarna emas, yang di sebut ichor—darah para dewa. Sementara darah kaum bawah, berwarna merah, sama seperti Luhan.

Orang tua Luhan sudah lama tiada, meninggal karena kecelakaan kereta ketika hendak mengunjungi nenek Luhan di bagian utara Midgard. Seluruh penumpang tewas, tidak ada yang selamat. Luhan yang saat itu berumur 15 tahun terpaksa harus banting tulang sendiri untuk menghidupi dirinya sendiri.

Luhan menatap langit yang sekarang berwarna abu-abu, menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Namun sepertinya para Exology tidak akan membiarkan hujan turun hari ini. Hari ini, bertepatan dengan tanggal 1 July, adalah hari perayaan bagi mereka semua untuk merayakan pesta tahunan di Midgard. Ini adalah satu hari dimana tidak ada kesenjangan sosial yang begitu mencolok antara kaum darah emas dan kaum darah merah. Mereka semua akan berkumpul di lapangan istana kerajaan yang luas sambil menyantap hidangan dan berdansa. Namun tetap saja, tidak ada seorang Exology yang akan mengajak seseorang berdarah merah untuk berdansa, begitu pula sebaliknya.

"Terlalu bersemangat?"

Jaehyo, teman seperjuangan Luhan yang tinggal tepat di sebelah kamar flat Luhan. Jaehyo bekerja sebagai pelayan di salah satu restoran milik seorang Exology yang cukup ramah bernama Woo Jiho.

"Apa yang kau bicarakan, huh?" Luhan mengernyit ketika melihat Jaehyo menaik turunkan alisnya, tanda ia sedang menggoda Luhan.

Jaehyo mengangkat bahunya, "entahlah, mungkin setiap tahun pada acara 1 July kau selalu bertemu dengan pemuda itu, siapa namanya? Oh, aku lupa bahwa kau bahkan tidak tahu siapa namanya."

Muka Luhan memerah padam, apa yang dikatakan Jaehyo memang benar. Ia selalu bersemangat ketika menyambut tanggal 1 July karena sesosok pemuda misterius yang selalu tersenyum kepadanya. Luhan tidak tahu apa-apa mengenai pemuda itu karena mereka hanya bertemu tiap tanggal 1 July saja, membuat Luhan berpikir jika pemuda itu adalah seorang Exology. Namun, karena paras kelewat rupawan pemuda itulah yang membuat Luhan tidak bisa berhenti memikirkannya. Kejadian ini dimulai kira-kira 5 tahun lalu, ketika itu Luhan sedang tidak sengaja menjatuhkan gelas ke tengah-tengah kolam dan membuatnya menjadi pusat perhatian bagi semua orang yang berada di sekitarnya. Karena malu, ia memutuskan untuk melarikan diri ke tempat sepi dan malah bertemu dengan sesosok pemuda berpakaian serba putih tersenyum kepadanya. Dan sejak saat itu, Luhan selalu mendatangi tempat itu hanya untuk bertemu dengan pemuda misterius itu, namun ia tidak dapat menemukan pemuda itu dimanapun. Sampai akhirnya setahun kemudian, ia kembali bertemu pemuda itu di tengah-tengah kerumunan orang yang sedang berdesak-desakkan untuk menyaksikan perayaan 1 July sekaligus pengangkatan Pangeran muda mereka yang sudah beranjak dewasa.

"Jangan bilang kau menyukainya." Perkataan Jaehyo sontak membuat Luhan menoleh dan melototi sahabatnya itu.

"Tidak mungkin. Aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali." Luhan berkata dengan murung di akhir kalimat.

Jaehyo merangkul Luhan sambil menyeret lelaki yang lebih kecil darinya itu untuk mendekati gerbang istana, "tapi ia selalu tersenyum kepadamu. Bukankah hal itu sudah cukup untuk membuatmu jatuh cinta kepadanya?"

Luhan memutar matanya, "bisa saja ia tersenyum kepadaku hanya untuk bersikap ramah kepada semua orang."

"Terus saja mengelak, Lu. Aku tahu hatimu berkata kebalikannya."

Luhan lebih memilih untuk menulikan telinganya daripada mendengar ocehan tidak jelas Jaehyo. Kedua sahabat itu berhasil melewati pagar istana yang besar dan megah, penjaga istana berderet di sisi kanan dan kiri pagar, menatap tajam ke arah kerumunan orang yang memasuki istana. Luhan dapat melihat beberapa perempuan Exology berpakaian serba mewah, tentu saja untuk memikat hati sang Pangeran muda. Sang Pangeran tahun ini sudah berumur 23 tahun, artinya ia sudah legal untuk mencari pasangan hidup dan menikah. Jaehyo saja bahkan berdandan untuk menghadiri acara ini dengan alasan siapa tahu Pangeran nanti akan melirikku. Berkebalikan dengan Luhan, ia bahkan tidak tertarik sama sekali dengan sang Pangeran.

"Tentu saja kau tidak tertarik kepada Pangeran Junmyeon karena kau sudah memiliki pangeranmu sendiri." Jaehyo berkata kepadanya tadi pagi.

"Aku berpikir realistis. Mana mungkin orang sepertiku akan di lirik oleh Pangeran Junmyeon? Kaum Exology saja belum tentu di lirik, apa lagi aku yang berdarah merah seperti ini?" Luhan berkata dengan jengkel sambil memperhatikan Jaehyo yang sibuk memilah-milih pakaian di lemarinya.

Pangeran Junmyeon adalah sesosok pangeran yang memiliki senyuman seperti malaikat. Ia seorang pengendali air, yang membuatnya memiliki pembawaan yang tenang. Luhan sering melihatnya di acara-acara formal pemerintah, menyampaikan pidato atau turun langsung menemui para kaum darah merah. Untuk ukuran seseorang yang lahir dengan darah emas, Junmyeon termasuk Exology yang ramah.

Luhan merasa Jaehyo menarik-narik lengan bajunya dengan tidak sabar, "Lu, aku pergi ke sebelah sana dulu, ya. Aku tadi melihat Taeil dan Jihoon sedang bersamaan." Sebelum mendapat jawaban dari Luhan, Jaehyo sudah berlari duluan menuju kedua sahabatnya yang lain.

"Selalu saja meninggalkan orang lain seenaknya." Luhan menggerutu kesal, tidak ingin moodnya bertambah buruk, Luhan segera berjalan menuju tempat dimana makanan diletakkan. Makanan biasanya membawa dampak yang positif bagi Luhan, ia melihat deretan hidangan yang tersedia dan matanya berhenti di satu piring yang menyajikan sashimi.

Luhan sudah bersiap-siap mengambil sepotong sashimi yang tersisa sebelum akhirnya ada tangan lain yang bergerak mendahului tangannya untuk mengambil sashimi. Luhan sudah akan berteriak kesal namun sosok yang mengambil makanan kesukaannya itu berucap dengan santai, "siapa cepat dia yang dapat."

Ternyata orang yang mengambil sashiminya adalah seorang pemuda dengan rambut hitam gelap, sama gelapnya dengan malam. Ia jauh lebih tinggi dibanding Luhan, wajahnya penuh arogansi dan senyumannya terlihat menyebalkan. Harus Luhan akui bahwa pemuda ini bahkan lebih tampan daripada pangeran misteriusnya, kulit putihnya yang halus, rahangnya yang tegas, dan sorot mata yang tajam. Ia nampak seperti tokoh utama pria yang Luhan baca di novel-novel kesayangannya, namun ia tidak pernah membayangkan salah satu dari mereka tersenyum menyebalkan kepadanya setelah sebelumnya mengambil satu-satunya sashimi yang tersisa.

"Hmm…" pemuda itu menatap Luhan dengan pandangan menilai dari atas ke bawah, "kau berasal dari klan apa?"

"Apa?" Luhan baru menyadari bahwa pemuda itu pasti mengiranya adalah seorang Exology hingga menanyakan dari klan mana Luhan berasal. "Kau salah besar, aku bukan bagian dari kaummu."

Sesaat, pemuda itu terlihat terkejut dengan jawaban Luhan, namun ia segera menyembunyikan ekspresinya itu dan digantikan dengan eskpresi datar di wajahnya. "Jadi kau seorang darah merah."

"Ya." Luhan merasa tersinggung, pemuda di hadapannya ini terlalu menyebalkan. "Apa kau memiliki masalah dengan itu?"

"Tidak." Pemuda itu menatap Luhan dengan tajam, "aku hanya heran, orang serupawan dirimu ternyata bukan Exology."

"Jadi maksudmu, kaumku tidak rupawan, begitu?"

Pemuda itu tertawa terbahak, entah apa yang di anggapnya lucu, Luhan tidak mengerti. Namun, pemuda itu jelas-jelas sudah mengolok-olok kaum Luhan tepat di depan hidungnya sendiri, dan Luhan tidak akan membiarkan pemuda kurang ajar ini lolos begitu saja.

Namun sedetik kemudian, ekspresi pemuda itu berubah kembali menjadi serius. "Katakan kepadaku, apa kau pernah berdarah?" Ia menatap Luhan dengan pandangan yang sulit diartikan.

Luhan menggigit bibir bawahnya, ragu, sesuatu dalam nada pertanyaan pemuda itu telah membuatnya resah. "Tidak."

Pemuda itu tersenyum miring kepadanya sebelum mencondongkan tubuh tegapnya ke arah Luhan, dan berbisik di telinga lelaki itu. "Kau harus mencobanya sekali, siapa yang tahu kalau kau ternyata memiliki darah emas?" dan setelah mengatakan itu, ia berjalan meninggalkan Luhan yang masih terpaku di tempatnya.

"Luhan! Kau tidak akan percaya apa yang telah kami temukan!" Suara Jaehyo menyapa indera pendengarannya, menyadarkan Luhan. Namun, melihat ekspresi Luhan yang muram, Jaehyo jadi mengurungkan niatnya untuk berteriak-teriak heboh di depan sahabatnya itu. Sebagai gantinya ia hanya bertanya, "kau tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja," Luhan tersenyum getir, "ayo kita pergi dari sini."

~oOo~

Ini ff kedua aku, daaannnnnn hancur-_- iya aku tau hancur banget, iseng aja di posting siapa tau ada yang minat hehehe ini mau aku buat berchapter, terinspirasi dari authors kesukaan aku Cassie Clare, Rick Riordan, dan Kiera Cass, makanya banyak istilah2 yang ada di novel mereka aku masukin di sini, hasilnya campur aduk-_- tapiiiiii makasih buat yang udah review, follow atau berminat sama FF abal ini, luv luvvvv 3