KUROKO NO BASUKE © Tadatoshi Fujimaki.
warnings: probably ooc plotless typos fast-paced (?). older!seijuurou. given-name used. ooc!tetsuya di chapter-chapter awal demi kepentingan cerita /ditendang.
mind to read?
Tak butuh waktu lama hingga segelas tequila tersaji rapi di atas konter, setelah mengalami berbagai tindakan dari sang bartender, termasuk melakukan atraksi juggling—permintaan sang customer. Tepukan tangan terdengar, walau hanya dari satu sumber.
"Sasuga Seichan! Lagi, lagi!"
"Cukup itu saja untuk hari ini," sang bartender tersenyum tipis, lalu duduk di hadapan sang customer. "Baiklah, Reo, ada apa kau kemari?"
"Aku bosan dengan latihan basket," ujar remaja 18-an tahun di hadapannya, memasang wajah yang dibuat seimut mungkin—Mibuchi Reo. "Seichan, sepertinya tidak bosan disini."
"Tentu saja tidak," bartender itu menggeleng pelan. "Aku mencintai pekerjaan ini, aku tidak akan berhenti."
"Seicchi, ada yang memesan rum!" ada sebuah suara dari ujung konter yang lain.
"Layani saja, Ryouta," bartender yang dipanggil 'Sei' itu menoleh sekilas, memberi tatapan ayo-lebih-semangat pada kouhai-nya yang berambut kuning cerah, Kise Ryouta.
"B-baik, ssu!"
Seijuurou—bartender itu—tersenyum tipis lagi. Di hadapannya, Reo sang customer tampak sedang kesepian dan minta ditemani.
"Ah, Seichan, apa itu si newbie di sini?" Reo memiringkan kepala, memperhatikan Ryouta yang sedang cengengesan seraya menyerahkan segelas rum pada customernya.
"Ya, itu Ryouta. Dia cukup berbakat dan sudah memahami basic tentang minuman, jadi aku menerimanya bekerja," Seijuurou ikut menoleh ke arah Ryouta, dan yang diperhatikan dua orang itu hanya tersenyum gugup ketika menyadarinya.
"Sou ka," Reo tersenyum lebar, lalu meneguk tequila miliknya.
Lampu bermacam warna redup berkilau-kilau menerangi seisi ruangan luas, aroma alkohol menguar dimana-mana, dan beberapa orang berjalan sempoyongan hingga menabrak meja. Hening sejenak di antara Seijuurou dan Reo.
"Ano, Seichan…"
Seijuurou mengangkat sebelah alis, menatap pemuda sedikit berperi keperempuanan di hadapannya.
"Hm?"
"Itu—"
BRAK!
DUK!
Suara lutut beradu dengan konter, dan pipi yang menghantam permukaan meja.
Seijuurou mengalihkan pandangan dengan cepat, memperhatikan seorang remaja yang ambruk dan menabrak konter. Reo ikut memperhatikan, tapi tampak tak begitu peduli. Bagaimana dia bisa peduli kalau kejadian itu telah memutus perkataannya pada Seijuurou?
"O-oi!" seorang pekerja berkulit gelap yang bertugas membantu Ryouta—Aomine Daiki—segera maju dan memapah remaja yang lemas itu. Matanya mengedip sayu, dan wajahnya terlalu gelap merahnya.
"Maaf, Anda siapa?" Seijuurou berusaha ramah, menghampiri bocah yang jelas-jelas di bawah umur untuk memasuki bar itu. Lalu dia membantu si pemuda duduk, dan membaringkan kepalanya di meja.
"Namaku... Kuroko..." si pemuda yang kelihatan mabuk berusaha menjawab, dan memegangi kepalanya yang serasa berotasi lima kali per sekon. Dia menampilkan sebuah seringai khas orang mabuk, sementara bibirnya seakan hendak mengecup siapapun yang menyentuhnya. "Tolong… Ung…"
Dua orang security menatap Seijuurou, seakan meminta maaf atas kelalaian mereka. Seijuurou mengangguk maklum, kemudian memindahkah lengan pemuda itu dari bahu Daiki ke bahunya sendiri.
"Daiki, gantikan aku. Ryouta, panggil saja Atsushi kalau ada yang kaubutuhkan. Reo, datang lagi lain kali, ya," Seijuurou berkata cepat dan jelas, sementara yang melihatnya hanya mematung.
"Seijuurou! Tapi shift-mu—"
"Shintarou, aku yakin kau bisa mengurusnya," Seijuurou menatap pemuda serba hijau yang baru saja datang dan menegurnya—sang manager-sama. "Baiklah. Otsukaresama."
Ryouta dan Daiki cepat-cepat kembali ke pekerjaan mereka, sementara Shintarou memijat pelipis karena tingkah Seijuurou yang selalu seenaknya. Si manager serba hijau itu kemudian naik ke ruangannya di lantai dua, kembali mengurus laporan yang tadi di kerjakannya sebelum insiden singkat dan tidak penting itu terjadi.
.
"Siapa namamu, bocah?"
Iris light blue itu berkedip pelan, lalu mata sayunya mengobservasi seisi ruangan. Ruangan asing, didominasi warna pastel, dan berbau harum. "Aku dimana?"
"Aku yang lebih dulu bertanya."
"Sumimasen. Kuroko Tetsuya desu. Anda siapa?"
"Kenapa kau bisa berada di bar?"
"Sumimasen, saya yang bertanya lebih dulu."
Kini giliran iris heterokromatik merah-oranye, berputar malas. "Aku Akashi Seijuurou. Aku bartender yang sedang bekerja ketika kau menerobos masuk dan ambruk, lalu aku menolongmu. Dan, kau sekarang berada di kamarku."
Pemuda yang kepalanya bermahkotakan rambut light blue senada dengan manik kembarnya itu mengangguk dan tersenyum senang. Kemudian dia mencoba duduk dari tidurnya, dan memeluk kakinya erat.
"Oh… maaf telah merepotkan Anda, dan terima kasih sudah menolong saya," Tetsuya tersenyum tulus, menatap Seijuurou yang duduk di tepi ranjang. Wajah berhias surai merah di hadapannya itu masih belum terlalu jelas, karena kepalanya masih sangat pusing dan dia baru saja selesai beristirahat.
"Tidak masalah," ujar Seijuurou tenang. "Jadi, kenapa kau bisa mabuk?"
"Benarkah? Saya mabuk?"
Lagi-lagi heterokromatik berputar malas. "Ya. Kau mengacaukan bar semalam."
"Bukankah di bar memang selalu banyak orang mabuk?"
"Tidak sesederhana dan seburuk yang kaupikirkan, bocah," Seijuurou beranjak, kemudian menatap Tetsuya. "Sudah pagi, kau sudah istirahat selama 12 jam lebih. Mau sarapan?"
"Terima kasih, jika tidak merepotkan," Tetsuya mengangguk, berusaha bersikap sopan pada orang yang menolongnya.
"Informal saja," komentar Seijuurou atas gaya bicara Tetsuya. "Sup tofu atau omelet? Teh hangat atau kopi? Atau, kau mau vodka?"
Tetsuya menyingkap selimut dan merangkak pelan, kemudian berusaha turun dari ranjang. "Omelet, teh hangat. Maaf, saya—aku tidak minum apapun yang beralkohol."
Alis Seijuurou nyaris bertautan. "Aku tidak minum apapun yang beralkohol, kata bocah dibawah umur yang semalam mabuk-mabukan. Baiklah, kau berhutang penjelasan padaku."
Tetsuya tersenyum lagi. Iris light blue miliknya menyapu pandangan ke seluruh ruangan, menatap ruangan minimalis namun terkesan wah di matanya. Perabotan kayu yang didominasi bentuk balok atau kubus menjadi penghias dalam ruangan itu. Dan di atas nakas, ada sebuah foto.
"Ini... si Akashi Seijuurou itu?" gumam Tetsuya. Jarinya mengelus permukaan kaca pigura yang membingkai potret wajah bahagia di dalamnya. Seijuurou, yang mungkin berumur enam tahun, sedang tersenyum lebar dan memeluk seekor kucing putih. Tetsuya tersenyum, sebelum memakai sendal rumah yang disediakan Seijuurou untuk menyusulnya membuat sarapan.
"Oh, Tetsuya," ujar Seijuurou ketika Tetsuya berjalan ke arah meja makan, masih mengenakan piyama merah miliknya. "Sudah bisa bangun rupanya."
"Tentu saja bisa, dari tadi," Tetsuya duduk perlahan di sebuah kursi yang ditariknya. "Ano, Seijuurou-san. Maafkan pertanyaan saya, tapi bagaimana cara anda mengganti pakaian yang saya pakai semalam—maksudku, bagaimana caramu mengganti pakaianku yang semalam."
Seijuurou menatapnya tajam. Tetsuya benar-benar mendapat kesan bahwa Seijuurou ini sejenis orang licik, kejam, dan beringas.
"Tentu saja aku buka semua pakaianmu dulu, Tetsuya," Seijuurou mengaduk-aduk minuman dalam sebuah gelas. "Kenapa? Kau takut aku melakukan sesuatu?"
"Tidak, tidak. Aku pikir kau tidak mau direpotkan oleh orang asing."
Seijuurou mendekati meja dan meletakkan semua bahan sarapan disana.
"Rumah ini besar sekali. Tadi aku tersesat sampai ke ruangan baca dan halaman belakang," Tetsuya bergumam, namun masih bisa didengar Seijuurou. "Itadakimasu."
"Itadakimasu," Seijuurou mengambil suapan sup tofu pertama, lalu bebicara setelah selesai mengunyahnya. "Ini rumah keluargaku. Tapi hanya aku sendiri disini, karena mereka semua sudah punya rumah yang lebih besar."
"Begitu," Tetsuya mengangguk. Keluarga Akashi ini pasti keluarga yang kekayaannya tak diragukan, pikirnya. "Seijuurou-san, kalau boleh tahu, apa yang semalam saya perbuat di bar itu?"
"Hm," Seijuurou menelan sup tofu kesukaannya itu. "Kau menerobos masuk, lalu ambruk menabrak konter. Lalu meracau dan mendesah-desah," ujar Seijuurou sambil tetap menikmati sup tofunya. "Lalu kau juga mengganggu bartender yang lain dan meminta mereka memelukmu. Kau juga mencium bartender yang memapahmu saat pertama kali jatuh."
"E-eh? Benarkah?" Tetsuya menundukkan wajahnya yang memerah. Kepolosannya terlalu tinggi hingga tak menyadari bualan Seijuurou. "A-aku benar-benar minta maaf, telah mengganggu tempat kerja Seijuurou-san."
"Che. Tidak apa-apa, aku juga sedang ingin pulang saat itu," Seijuurou mengangkat bahu. "Lalu? Kenapa kau bisa mabuk?"
"E-eh?"
"Ya, kemarin kau mabuk kan?"
Tetsuya mencerna omeletnya lambat-lambat, sesuai otaknya yang kini masih memproses kejadian yang lalu, sebelum dia datang tanpa sadar ke bar itu.
"Tetsuya?"
Tetsuya menatap Seijuurou dengan serius. "Maaf Seijuurou-san, sepertinya aku hilang ingatan."
to be continued, ssu ka ?
ini baru sejenis prolog sih. atau sampe sini aja? apa-apaan ini orz. saya udah dapet gambaran mau gimana endingnya, mungkin bakal chaptered 5-7 chap. tapi liat dulu deh ntar jadi lanjutin apa enggak /slapped.
dan maafkan reo yg mungkin munculnya cuma sekilas, karena chap depan mungkin (kalau lanjut) gaada lagi hakhak maafkan aku reocchi ; w ;
oh ya, buat yang reviewer yang kemaren sudah mereview Gay? dan Kodomo ga hoshii!, doumo arigatou naaa~ akan saya balas nanti kalau sempat on lagi. masalah update chapter biar gak gantung, lanjut, dsb, akan saya usahakan, dan sudah bikin plot setengah jalan sih. tapi tolong jangan anggap saya php ya (?). matte kudasai yo ne. m(_ _)m
saa, critics and comments are welcome. review ?
