Permisi............!!! ada anak baru neh..**** Hani tereak2

Hani kaku menatap sosok cantik,imut nan mungil di depannya,mata Hani berbinar-binar dan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,hwooo RUKIA-CHAN!!! I LOVE YOU SO MUCH!! (bayangin Rukia yang meluk-meluk kalau ketemu boneka chappy, tapi si Hani lebih lebay)

STOPauthor sok lebay! cepet mana bikinan lo!!!

Eits,,,,wait! Akan ada cameo chara dari anime Bakugan Battle Brawless bikinan TMS Entertainment (gue gak tahu siapa yg ngarang?adakah yang tahu??)

Warning : AU, OC, OOC semua nya akan menjadi tidak jelas :) Harap maklum jika ceritanya tidak berbobot.....

BLEACH

Ntu punya my uncle Tite Kubo'''kabooorrr!!!''ngaku2 jadi keponakan

Tapi,

Meet in the Palace

By Haniya Kuchiki

Cerita dimulai setelah penyerangan Kerajaan Kyonkey ke Kerajaan Orbanio demi meruntuhkan kekaisaran Aklamantha, Pangeran Byakuya yang belum menobatkan dirinya sebagai Raja Kyonkey menyerang dan memperluas kekuasaannya. Dalam peristiwa itu kerajaan Orbanio runtuh, tentu saja beserta kekaisarannya.

Kurosaki Ichigo, prajurit Orbanio yang masih tersisa telah diberi peluang hidup dan dijadikan pelayan bagi kerajaan barunya Kyonkey. Ichigo yang keras hati dan sangat cinta tanah air itu, tidak begitu saja menerima perlakuan dari para prajurit Kyonkey. Dengan beberapa prajurit Orbanio yang tersisa, Ichigo mulai mengumpulkan kekuatan.

Beberapa minggu keberadaan Ichigo di area pelayanan Barat, masalah mulai muncul. Ichigo terlibat perkelahian dengan orang Kyonkey. Dia diadili di pengadilan yang tentu tidak akan memihaknya. Rencana yang semula tersusun menjadi berantakan karena dirinya dipindahkan ke area pelayanan Selatan, jauh dari pemantauan strategi perang yang lebih mudah dirancang saat di tepi area Barat pelayanan. Informasi yang didapatkan lebih mudah karena lebih dekat dengan para prajurit perang Kyonkey dan teman-teman seperjuangan.

Hari baru di area Selatan, Ichigo memandikan kuda-kuda kerajaan. Sulit baginya untuk bergerak karena keberadaannya hanya ditemani orang-orang tua yang setia mengabdi di kerajaan.

Di hari yang sama di area Selatan, Kuchiki Rukia memakai seragam pacuan kudanya. Sudah tiga hari dia berlatih menunggang kuda. Hari ini hari ke empat, Rukia mulai menunggangi kuda putihnya. Empat pelatih mengawalnya, beberapa prajurit menjaganya dan tiga gadis pelayan yang setia menemaninya. Tali kuda mulai dipegang, perlahan kuda mulai berjalan pelan, sesaat Rukia mampu mengendalikannya. Yakin dengan usahanya selama ini, Rukia memerintahkan pelatih, pengawal dan pelayannya untuk tidak mengikutinya. Keberadaan Rukia jauh tak terpandang lagi dari pelatih dan yang lainnya. Tiba-tiba saja kuda putih yang ditungganginya menggeliat dan mulai membawa Rukia berlari kencang, awalnya terasa menyenangkan berlari kencang, tapi lama kelamaan Rukia berteriak minta tolong. Jaraknya yang jauh dari pelatih, tentu saja tak didengar. Masih lengkap dengan kostum pelindungnya, Rukia bertahan di atas kuda sambil berteriak. Ichigo mendengar teriakannya, kemudian berlari mengejarnya. Dengan kemampuan lamanya dalam berlari, Ichigo mampu mengejar kudanya dan melompat tepat di belakang Rukia. Ichigo mengendalikan tali kuda, Rukia tidak bisa menahan dirinya untuk terus berteriak. Beberapa saat kemudian, kuda mulai bisa ditenangkan namun Rukia terjatuh, reflek Ichigo memeganginya dan ikut terjatuh.

Ichigo memegangi Rukia yang masih terlihat tegang, Ichigo tidak tahu sama sekali bahwa yang dibalik topi pelindung itu adalah Kuchiki Rukia, putri Kerajaan Kyonkey. Ichigo ingin membantunya berdiri, namun Rukia menepisnya. Kemudian Ichigo hendak meninggalkannya, tapi melihat Rukia yang sulit berjalan sambil memegangi tali kuda untuk dituntunnya, Ichigo berbalik kembali menawarkan bantuan. Rukia mengiyakan. Kali ini Ichigo menunggangi kuda membawa Rukia di belakangnya. Kuda mulai berlari, Rukia terkejut dan memegang erat pinggang Ichigo. Tiba-tiba Rukia berteriak untuk menghentikan kuda, Ichigo pun berhenti. Rukia tidak ingin terlihat oleh pelatih dan yang lainnya bahwa dia terjatuh. Ichigo yang tidak tahu apa-apa tentang Rukia pun meninggalkannya. Karena tergesa-gesa Rukia lupa mengucapkan terima kasih pada orang yang menolongnya itu.

Di hari selanjutnya, pristiwa lain mempertemukan mereka. Ichigo dituduh membunuh seekor kuda yang telah dirawatnya. Ichigo terus membela diri, karena yakin kuda itu mati bukan karena dirinya. Karena hati yang begitu keras Ichigo hanya diam dan menerima perlakuan tanpa ada perlawanan.

Kejadian itu terlihat oleh Rukia, dia berlari ke tempat Ichigo dan memeluknya. Rukia mengeraskan suaranya dan memberi perintah untuk tidak memukul lagi. Ichigo rapuh dan terjatuh pingsan.

Terbangun dari pingsan, Ichigo berada di ruang perawatan, hanya seorang perawat pria yang menemaninya. Ichigo teringat kejadian yang dialaminya sebelum pingsan, namun samar-samar mengingat kehadiran Rukia yang telah menolongnya.

Malam tepat di pertengahan bulan di Tahun Candela, bulan muncul dengan sebagian pesonanya. Rukia menyusup keluar istana, membawa jubah hitam lengkap dengan penutup kepala. Hanya dengan meninggalkan selembar surat di meja tidurnya, Rukia pergi meninggalkan istana. Gadis ini menginginkan kehidupan bebas, seperti burung yang terbang lepas kemana pun dengan keinginannya, melihat lebih dekat keadaan rakyat yang dicintainya. Saat kakaknya pergi untuk mengenang kematian sang istri, istana sepi, siapa yang menyangka bahwa Rukia berani meninggalkan istana dan kakaknya yang tercinta sendirian.

Di malam yang sama, tekad Ichigo semakin membuncah. Ingin sekali dirinya bebas dari proses perbudakan. Ichigo mulai menjalankan operasi penyusupannya untuk keluar dari area pelayanan. Dengan rencana yang sudah matang dirancangnya sejak pertama dipindahkan, Ichigo mempelajari cela-cela yang dapat dijadikan tempat persembunyian untuk penyerangan dan membebaskan diri dari perbudakan. Ichigo lolos dan meninggalkan area pelayanan.

Keesokan paginya. Pelayan mengetuk ruang kamar Rukia, tak ada sahutan dari Sang Putri. Kecemasan mereka semakin menjadi, saat ruangan tidak terkunci dan Rukia tak berada di dalamnya. Byakuya berjalan dengan langkah yang panjang, dipandangnya setiap sudut ruangan, adiknya itu benar-benar tidak ada. Selembar surat yang tertinggal di meja tidur perlahan dibuka Byakuya

Kakak ku tersayang, aku ingin bebas dari istana melihat rakyat yang kau cintai dan memandang mentari bersama keindahan di setiap sudut kerajaan tercinta ini. Jadi kakak ku tersayang tidak peduli dimanapun, aku akan selalu menyayangi mu. Entah kapan kita bisa bertemu lagi, karena sulit bagiku untuk menepati janji ini. Ibarat seperti kupu-kupu, jika selalu di kejar maka dia akan terbang lebih jauh dari pandangan mata, begitupun aku, jika terus mengejar untuk menemukan ku maka aku akan terus bersembunyi dengan pergi lebih menjauh dari pandangan langit kerajaan tercinta .

Adik manis yang selalu meyayangimu

-- rukia --

Byakuya berdiri, membuka jendela memandangi langit fajar yang begitu luas. Mungkin hal itu akan lebih baik untuk Rukia, terbang bebas dari sangkar emas yang selama ini mengikatnya.

Di sudut kota kecil, keributan terjadi. Dua anak laki-laki mencuri sepotong roti, tubuh mereka dipukul si pemilik toko, Rukia yang melihat kejadian itu spontan menarik lengan si pemilik toko melerainya dari anak-anak itu.

Menukarkan roti dengan dua keping uang, anak-anak itu terbebas dari si pemilik toko.

Dua bocah lelaki itu hendak berterima kasih, namun seorang anak perempuan berambut biru panjang memanggil mereka dari kejauhan.

"Hei,,,,DHAN! SHUN ! Ayo, cepatlah sedikit!" Teriaknya dari kejauhan.

"Oh,,,,iya, RUNO. Kami akan ke sana" Bocah lelaki berambut coklat itu membalas panggilan teman perempuannya, sebelum mereka berlari bocah lelaki yang satunya berambut hitam itu mengucapkan sesuatu pada Rukia.

"Kakak, terima kasih pertolonganmu. Ehm, matamu cantik sekali" Bocah itu berlari meninggalkan Rukia yang tersenyum dengan ucapannya.

Rukia pernah merasakan hal yang sama. Menahan lapar di tengah malam baginya sudah hal yang biasa, sebelum ditemukan oleh kakaknya, Rukia hanyalah gadis yang sudah terbiasa memberikan makanan yang dimilikinya untuk orang lain meski perutnya lapar.

Rukia menyusuri jalanan gang kecil, tiba-tiba….seseorang menariknya dan memebekap mulut Rukia dengan tangannya.

"Sttt…..diam…." Rukia diam di pelukan pria yang membekapnya. Sekelompok prajurit yang sedang berpatroli telah lewat. Rukia terbebas dari bekapan.

"Hei, dasar! Apa yang kau lakukan? " Hardik Rukia

"Maaf, aku terpaksa." Bela si pria

"Kau sudah melibatkan ku…apa kau ini buronan?" Tanya Rukia

"Stt….jangan keras-keras! " Pria itu membuka topi yang tengah menutupi rambutnya, Rukia terkejut ternyata pria itu, pria yang sama saat menolongnya.

"Kau…….!" Ujar Rukia sedikit keras

"Hai……kita bertemu lagi. " Setelah beberapa detik saling berpandangan, Rukia pergi meninggalkannya.

Begitu pun Ichigo, mereka berjalan dengan arah berlawanan, namun tidak lama kemudian Rukia dicegat segerombolan pria, mereka menggodanya. Ichigo berbalik ke arah Rukia

"Hey….!" Teriak Ichigo."Maaf ya kawan, dia kekasih saya" Ichigo menarik lengan Rukia dan membawanya pergi.

"Terima kasih sudah menolong ku," ucap Rukia

"Ya, sebaiknya wanita di rumah saja. Bahaya kalau kau keluar sendirian," Ichigo melepaskan pegangannya.

"Bukan urusan mu, permisi!" Marah Rukia

"Sudah ku bilang kan, jangan berjalan sendirian, Putri" Cegah Ichigo

"Kau tahu aku putri, sejak kapan?"Rukia kaget menyadari laki-laki itu mengenalnya.

"Sejak pertama melihat mu, kau tidak punya bakat untuk menyembunyikan jati diri mu….mata violet mu itu, mata seorang Putri" ucap Ichigo dengan datar.

"Lupakan hal ini, anggap kita tidak pernah bertemu," Rukia berharap menyelesaikan pembicaraan.

"Kenapa kau keluar istana?"Ichigo mulai bertanya

"Kau sendiri?" Rukia balik bertanya.

"Itu tidak penting,Tuan Putri"

"Kalau begitu aku juga, tidak penting untuk memberi tahu mu, Tuan"

"Hei…hei tunggu! Sebaiknya kau ikut dengan ku! " Ajak Ichigo

"Untuk apa?" Rukia mengerutkan dahi

"Pria-pria tadi pasti masih menunggu mu, mereka tahu gadis seperti mu tidak mungkin menjadi kekasih pria setampan aku,Tuan Putri"

"Apa?!tidak mungkin aku berjalan dengan buronan!"

"Kau sendiri buronan kan?",Ichigo menyela

"Ehm…"


Semua menatap kehadiran Rukia yang berdiri di samping Ichigo. Hening. Ishida mulai membuka suara, dengan sedikit nada keras.

"Siapa dia?" tanya Ishida sembari melirik Rukia.

"Dia temanku, untuk sementara dia akan tinggal di sini"

"Kau bergurau Kurosaki! Jangan sembarangan mengajak orang datang kemari!"

"Sudahlah, Ishida! Seminggu tidak bertemu, kau sudah ingin bertengkar?" Ichigo mulai lelah dengan menaikkan nada bicara nya yang semenjak tadi lemah.

"Hey Nona! Kau tidur di kamar itu saja, sepertinya orang itu sedang tidak ada. Tolong jangan protes!" Ichigo langsung bicara dengan nada memerintah pada Rukia yang dipanggilnya dengan Nona bukan lagi Putri, kemudian meninggalkan teman-temannya yang sedari tadi menantikan jawabannya.

Rukia mendekati Ishida dan berbisik, "Tenang saja, besok aku akan segera pergi."

Rukia masuk ke kamar yang begitu sempit, namun terlihat begitu indah. Dengan sedikit aroma terapi, Rukia tahu kalau kamar ini adalah milik seorang gadis. Rukia berbaring merasakan aromanya, kemudian tertidur dengan menelentangkan tangannya.

Ichigo yang hanya duduk di tempat tidur, memijat leher belakangnya yang terasa pegal dengan perlahan. Ishida dan Sado hanya menatap temannya yang terlihat begitu lelah. Segan memulai pembicaraan, ketiganya memutuskan untuk tidur dan memulai semuanya kembali esok hari.

Esok harinya.

"Hey, Nona! Bangun!" Perintah Ichigo pada Rukia,sambil mengetuk keras pintu. Tak ada respon, Ichigo membuka pintu, tempat tidur sudah dirapikan tak ada Nona yang sedang dicarinya. Mengerti situasi, Ichigo berlari ke arah luar. Tak ada lagi jejak, Nona itu sudah pergi.

Ichigo, Ishida dan Sado berkumpul di ruang tengah. Tidak ingin memperpanjang masalah, Ishida dan Sado tidak berniat menanyakan perihal Nona yang dibawa Ichigo yang sudah pergi sejak fajar tadi.

"Apa rencanamu, Ichigo?" Ishida memulai pembicaraan.

"Ini sulit sekali, kita hanya mengandalkan empat orang untuk melawan jutaan prajurit, Kawan!" jawab Ichigo

"Apa?!"

"Aku sudah ke perbatasan Harniya, ribuan prajurit Orbanio di sana menolak melakukan gerilya. Mereka tidak ingin memperpanjang peperangan. Hidup damai di bawah perbudakan Kyonkey! Apa yang mereka pahami tentang tanah air! Menyebalkan! Tidak ada yang bisa kita lakukan, hanya berharap prajurit-prajurit dangkal otak itu sadar akan kebodohannya!" Ichigo marah, mengepalkan tangannya yang begitu kekar.

"Satu cara yang hanya bisa kita lakukan." Sado ikut bersuara.

"Ya?!" Ujar Ichigo dan Ishida bersamaan.

"Skak mat untuk Raja!" Tegas Ichigo menyeringai.

"Hallo semua!" Teriak seorang gadis yang tiba-tiba mengejutkan.

"Dari mana saja kau?"

*****************

Di istana yang terlihat begitu ramai oleh pelayannya, dengan corak tradisonal bergaris kaligrafi hasil goresan indah para seniman Kyonkey. Byakuya hanya menatap kosong semua yang dia miliki,. Tidak ada yang bernyawa di sana,tanpa seseorang. Sendirian, kesepian, meskipun di tengah keramaian.

"Kau yakin Byakuya?"

"Ya. Biarkan saja, aku tidak akan mengikatnya lagi. Biarlah dia menemukan takdirnya di sudut dunia sana." Byakuya mencoba untuk menghibur diri sendiri.

"Hah, hanya itu yang bisa kau lakukan?"

"Yuroichi, apa aku harus mencari seorang istri?" Byakuya memotong keluhan Yuroichi, wanita kepercayaannya. Yuroichi tertegun, sudah sekian tahun Byakuya bertahan dengan kesendiriaannya. Namun, apa yang membuat Byakuya ingin mencari pendamping.

"Hya,kalau kau butuh seseorang untuk melanjutkan kerajaan ini. Terserah saja, kau itu sudah sekian lama tidak mendapatkan belaian dari seorang wanita" ejek Yuroichi.

"Bisakah, kau mencarikan seorang wanita untukku?" Byakuya menatap dalam-dalam wanita kepercayaannya yang sudah lama mendampinginya itu. Sejak kecil, Yuroichi lah yang sangat mengenal segalanya tentang Raja Kyonkey itu.

"Ketua??!!" Teriak seorang pria yang tergesa-gesa.

"Oi, Renji, dia bukan lagi ketua mu. Dia itu Raja!" Tegas Yuroichi.

"Tidak apa-apa. Biasakan dengan panggilan ketua saja." Perintah Byakuya pada Renji. Renji tak merespon.

"Kemana perginya Rukia, Ketua?" Renji menanyakan hal keberadaan sahabat yang sangat dicintainya. Yuroichi mengehela napas, begitu pun Byakuya. Renji yang baru kembali dari pengawasannya di perbatasan Harniya jelas tidak akan tahu apa yang terjadi dengan kerajaannya yang sudah sebulan ini kehilangan Putri.

Yuroichi menjelaskan segala hal terjadi di kerajaan, terutama apa yang terjadi pada Rukia. Byakuya hanya diam, ikut mendengarkan penjelasan Yuroichi. Renji terduduk, pikirannya benar-benar dipenuhi dengan kecemasan pada keberadaan Rukia. Sejak kecil Renji telah mengenal Rukia, mereka hidup di lingkungan yang sama. Renji mengabdikan diri di Kyonkey pun dikarenakan Rukia. Tapi, apa yang didapatnya, Rukia meninggalkannya begitu saja. Yuroichi mencoba menenangkan Renji, namun Renji bergegas berlari menuju kamar Rukia yang kosong. Tak ada sosok gadis yang ingin ditemuinya di sana, sosok putri yang dipuji kekuatannya, sosok sahabat yang dicintainya, sosok Rukia yang sekian lama dinantikannya.


Seseorang memasuki gerbang . Gerbang dari sebuah kastil hitam yang kebiruan, kastil yang di dalamnya ada beberapa tentara-tentara terlatih. Kastil yang terlihat begitu megah, namun aneh. Ya, aneh sekali karena kastil itu ada di bawah tanah.

"Aku, sudah menemukannya." Ulqiorra berdiri dengan santainya, menyampaikan apa yang diketahuinya pada Tuan Terhormat .

"Baiklah. Ceritakan semuanya." Perintah Tuan Terhormat.

"Seseorang yang masih di Kyonkey, auranya muncul saat saya memprediksi situasi bulan. Perlahan, namun pasti. Dia lah yang kita cari. Sesuatu yang disembunyikan dalam dirinya, kesejatian dari seorang penguasa, keserakahan yang mampu mematahkan kekecewaan dan kesetiaan dari dunia untuk menghamba padanya. Anda pun akan takut, sekalipun hanya dengan menatap matanya Tuanku Aizen Sousuke." Jelas Ulqiorra.

"Lalu, apa yang kau lakukan disini! Bawa orang itu kemari!" Aizen menaikkan tingkat volume suaranya. Jelas sekali pemimpin Black Kyonkey yang berkhianat itu marah dengan penjelasan Ulqiorra, pendeta kepercayaannya.

"Baik Tuanku. Apa perlu dia kubunuh?" Tunduk Ulqiorra

"Jangan! Bawa dia hidup-hidup." Aizen tak tahan menahan emosi dan berdiri.

Aizen Sousuke, pemimpin Black Kyonkey. Keyakinannya pada mistik, menuntunnya untuk memuja Iblis hingga Aizen yakin bahwa dialah yang dipilih oleh langit untuk menaklukkan dunia. Akhirnya dia berkhianat dan merekrut tentara-tentara yang dulu pernah dibawahinya. Kemudian menambah dengan beberapa tentara unggulan. Ulqiorra lah yang paling berharga, karena bakat naturalnya, Aizen mampu bertahan sampai saat ini. Dan beberapa, mata-mata yang mengabdi di Kerajaan Kyonkey.

"Ulqiorra!" Panggil Aizen.

Ulqiorra berhenti dan menghadap Tuannya kembali.

"Apa yang ada di dalam dirinya yang tidak aku miliki?" Sergah Aizen dengan emosi

"Queen Diomand,,,," dua kata yang terucap dari pendeta suci itu.

"Jangan mengecewakan ku Ulqiorra"

Ulqiorra meninggalkan Tuannya, dan mengejar aura orang yang akan dicarinya.

"Kau dengar itu, Yuroichi!"

To Be Continued

Maaf ya ceritanya ngebosenin,,,,,,

Sudilah untuk mereview baik kesan, pesan, kritik dan apapun itu akan Hani hadapi dengan senyuman,,,,,,,,6_6