.
Ahn Ah-ra presents
A Kai-Taemin fanfiction
.
Birthday Gift
.
Warning: fluff?/yaoi/pendek/Semi-M/typo/dll.
.
.
.
"...tsk, kalau soal begini mana mungkin aku bisa..."
Namja tampan berkulit tan itu terus menggerutu setiap matanya melihat deretan soal pemberian sang guru killer tercinta yang memusingkan di atas mejanya. Sesekali tangan kanannya mengacak-acak rambutnya, saking frustasinya dengan soal remedial yang bahkan lebih sulit daripada ulagan mereka yang biasanya.
"30 menit lagi. Kerjakan dengan benar." Si guru killer—atau yang akrabnya disapa Heechul seonsaengnim—itu tersenyum evil sambil duduk manis di kursinya. Ia menatap sang namja berkulit tan yang duduk di pojok kelas—Kai—saat menyebutkan sisa waktu bagi para siswa yang harus remedial.
Kai mendelik sebal saat gurunya itu menatapnya seperti itu—tatapan yang seolah mengatakan, 'mati-kau-anak-nakal'. Kai segera mengalihkan pandangannya ke jendela yang berada di sisinya. Ingin menghindari tatapan menyebalkan dari guru yang selalu mengincar dirinya untuk dihukum, atau paling tidak diomeli habis-habisan di ruang guru.
'Hari ini tanggal 18 Juli...' Kai membatin, menatap langit sore yang membentang luas di sana. Dengan tambahan awan dengan dominan warna oranye yang menggantung bebas, membentuk suatu bentuk-bentuk unik jika diperhatikan dengan teliti. "Hhh..." Kai menghela napas, menutup kedua matanya agar lebih rileks. 'Baiklah, ayo kerjakan soal menyebalkan ini dan pergi cari kado untuk Minnie sebelum tanggal 18 Juli tahun ini berakhir,' batin Kai. Ia telah bertekad untuk membelikan hadiah untuk seseorang yang ia panggil Minnie.
.
.
"Yaa! Sabar sedikit guru menyebalkan!" umpat Kai kesal.
Heechul seonsaengnim membetulkan posisi kacamatanya sambil mengetuk pinggiran meja Kai dengan jari telunjuknya dengan tidak sabaran. "Ck, gunakan otakmu itu dengan benar, Kim Kai! Bahkan temanmu yang nilai ulangannya lebih rendah darimu bisa mengerjakan soal remedialnya lebih cepat daripada kau!" Guru itu terus mengomel, membuat telinga Kai terasa panas karenanya.
"Kalau mau cepat, kau harus bantu aku, guru sialan!" Kai menatap sebal ke arah gurunya. Mengomel tapi tetap tidak mau membantu. Sudah jelas kalau Heechul seonsaengnim memang berniat untuk menjadikan Kai sebagai sasaran empuk untuk diomeli kan? Ugh.
Heechul balas menatap mata Kai, tidak kalah sebalnya. "Kau ini—"
Tok tok tok
Perdebatan antara guru dan murid itu akhirnya terhenti saat seorang namja berambut pirang mengetuk pintu kelas Kai. Senyum ramah yang selalu terukir jelas di wajah namja manis itu membuat wajah kesal Heechul berubah menjadi manis, semanis permen kapas—mungkin. Sementara Kai mengernyitkan dahinya bingung.
"Ah, Taemin-ssi rupanya. Ada apa, eh?" tanya Heechul ramah, ia berjalan mendekati namja manis yang diketahui bernama Taemin tadi.
Namja dengan nama lengkap Lee Taemin itu menggeleng pelan. "Tidak ada apa-apa, seonsaengnim, hehe," jawab Taemin, sangat ramah bukan? "Seonsaengnim kenapa tidak pulang? Guru-guru yang lain sudah pulang loh," tanya Taemin, ia melihat ke kiri dan ke kanan—melihat apakah ada guru-guru lain yang lewat di lorong sekolah.
Heechul tertawa kecil. "Ah, haha, aku juga sebenarnya ingin pulang~" ujar Heechul. Ia kemudian melipat kedua tangannya, lalu menyandarkan bahunya di sisi pintu kelas. "Tapi..." Heechul kemudian melihat ke arah Kai yang terlihat sangat frustasi dengan soal-soal pemberian Heechul. "...yah, aku harus menunggu bocah itu sampai selesai. Mau bagaimana lagi?" —dan Heechul pun tertawa kecil setelahnya.
"Bagaimana kalau saya saja yang menungguinya, seonsaengnim?" tawar Taemin—tiba-tiba. "Saya akan menemaninya sampai selesai, lalu tugasnya biar saya yang periksa. Heechul seonsaengnim tinggal menilainya saja besok, bagaimana?" lanjutnya sambil menunjukkan senyum manisnya—senyum andalannya untuk menghadapi semua guru di SMArt School.
"Oooh, benarkah?" Heechul tampak senang saat Taemin dengan sukarela mau membantunya. "Seperti biasa kau terlalu baik, Taemin-ssi. Tidak salah aku dan guru lain mengandalkanmu dalam banyak hal," puji Heechul, dan disambut oleh senyum dari Lee Taemin.
"Ah, seonsaengnim bisa saja...," balas Taemin malu-malu. "Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai siswa di sini, kok," lanjutnya. "—Ah, iya. Seonsaengnim, sebaiknya anda pulang. Aku yakin Heebum sudah sangat menunggu seonsaengnim," kata Taemin mengingatkan.
"Ah, kau benar. Baiklah kalau begitu." Heechul berjalan agak cepat menuju meja guru di sana, mengambil kembali beberapa buku dan barang-barang miliknya yang ada di sana. Lalu berjalan keluar tanpa mempedulikan Kai yang tampaknya sedang mengatakan sumpah serapah untuk guru yang menyebalkannya setengah mati itu. "Aku titip dia, ya, Taemin-ssi. Terimakasih!" Heechul menepuk bahu kanan Taemin sambil tersenyum.
"Hati-hati di jalan, seonsaengnim!" pesan Taemin, ia melambaikan tangannya kepada Heechul yang berlari kecil untuk mengambil tasnya di kantor dan pulang.
—Dan keadaan di ruang kelas itu tiba-tiba saja sunyi senyap.
"...dia sudah pergi?" Akhirnya namja yang sejak tadi hanya memperhatikan percakapan Taemin dan Heechul angkat bicara. Ia meregangkan dasinya yang terasa mengikat lehernya.
Taemin mengangguk pelan, masuk ke dalam kelas, lalu menutup pintu kelas Kai. "Hah..." Namja yang tergolong 'cantik' itu menyandarkan tubuhnya di pintu, lalu merosotkan tubuhnya hingga ia terduduk di lantai. "Memasang wajah baik di depan guru killer itu melelahkan, kautahu?" Taemin menyeringai tipis, menatap Kai yang tengah duduk di mejanya—mengabaikan pekerjaannya yang belum selesai.
"Tsk, kalau begitu buat apa susah-susah memasang wajah sok baik seperti tadi?" Kai bertanya dengan nada kesal. Ia berdiri, lalu membuka jendela yang sejak tadi tertutup. Membiarkan angin sore memanjakan dirinya yang tadi merasa kepanasan berkat omelan dari Heechul.
"Hehe." Taemin hanya bisa tertawa ketika Kai bertanya seperti itu. Namja itu lalu bangkit dan berjalan mendekati Kai. "Berterimakasihlah kepadaku, Heechul seonsaengnim tidak pernah mempercayakan murid nakal sepertimu kepada siapapun—bahkan beberapa guru di sini ada yang tidak pernah dipercayai oleh Heechul seonsaengnim, kecuali aku, tentu saja," ujar Taemin panjang lebar, lalu duduk di kursi milik Kai. Meraih pulpen milik Kai, kemudian membaca deretan soal yang diberikan oleh Heechul sebagai tugas remedial Kai. "Ah, semuanya mudah, kok," gumam Taemin. Tangannya mulai asyik mengerjakan soal-soal milik Kai—seperti saat ia pernah mengerjakan pekerjaan rumah milik Kai.
"..." Kai yang sudah tahu kebiasaan Taemin hanya diam. Memperhatikan Taemin yang mulai asyik dengan kegiatannya sendiri. Bocah SMA berkulit tan itu kemudian duduk di pinggir mejanya, alih-alih agar kakinya tidak pegal karena berdiri terus menerus.
"Hadiahnya mana?"
Taemin mengangkat kepalanya, mempertemukan iris cokelatnya dengan sepasang mata indah itu. Ia memanyunkan bibirnya, imut. Sementara ujung pulpen itu ia tempelkan di bibir bawahnya—untuk menambah kesan manis pada diri namja yang satu ini. Tak lupa puppy eyes andalannya yang ampuh untuk semua orang—gurupun luluh dengan puppy eyes seorang Lee Taemin—ia tunjukkan kepada Kai, kekasihnya.
Benar.
Kekasihnya.
Kim Kai adalah kekasih Lee Taemin.
"Itu..." Kai menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia melirik ke arah jendela, dan tiba-tiba saja nyengir tidak jelas. "Aku belum sempat beli hadiah. Hehe."
'...tuh kan...' Taemin menunduk kecewa. Lalu kembali mengerjakan soal remedial milik Kai—dengan semangat yang berkurang jauh. "Yasudahlah, tidak apa," kata Taemin. Terselip nada kekecewaan di dalamnya. Tentu saja, siapa yang tidak kecewa kalau kekasihnya tidak memberikan hadiah ulang tahun?—Paling tidak, seharusnya Kai harus mengucapkan selamat ulangtahun dulu kan?
Pemuda bermarga Kim itu menghela napas. Ia merasa bersalah karena sudah membuat Taemin merasa hari ulangtahunnya jadi tidak istimewa lagi, hanya karena dirinya yang tidak memberikan hadiah—atau paling tidak mengucapkan selamat—ulang tahun untuk Taemin, kekasihnya. Ah, salahkanlah ponselnya yang tadi pagi tidak sengaja terjatuh di dalam kolam ikan di rumahnya saat ia sedang memberi makan ikan-ikan kesayangannya. Dan salahkan juga Heechul seonsaengnim yang membuat rencananya membeli hadiah ulangtahun untuk Taemin setelah pulang sekolah batal.
"Minnie..."
"Apa?"
"...hhh..." Kai menghela napas saat ia mendapat jawaban dengan nada cuek dari namja berkulit putih itu. "Minnie..."
"Apa, sih, Kai?"
"Minnie~~"
Taemin hanya mendengus kesal karena Kai terus memanggilnya tanpa menyebutkan apa yang Kai ingin sampaikan kepadanya. Rasa kesalnya karena Kai tidak mengirimnya pesan ataupun menelponnya seharian ini untuk mengucapkan selamat ulangtahun—atau paling tidak menyapanya saat istirahat sekolah tadi—masih ada. Kedua tangannya serta sepasang matanya masih fokus dengan buku berisi soal-soal dari Heechul.
"Minnie~"
Taemin menghela napas. Mendongakkan kepalanya dan menatap sebal ke arah kekasihnya. "Apa?" tanyanya—cuek abis.
Kai bangkit dari duduknya, kemudian berjalan membelakangi Taemin. Ia memeluk kekasihnya dari belakang, menyadarkan kepalanya di bahu kiri Taemin. Sementara hidungnya mulai menyesap aroma vanilla yang ada pada tubuh Taemin.
"Minnie jangan marah, ya...?" Jemari namja bermarga Kim mengelus lembut pipi kanan Taemin, senyum tipis ia sunggingkan—alih-alih untuk mencairkan suasana yang agak canggung di antara mereka, mungkin. "Aku kasih hadiah ulangtahunnya sekarang, deh..."
Taemin melirik sebentar Kai yang berada di sisi kirinya. Kemudian memfokuskan pandangannya lagi pada soal terakhir yang belum ia kerjakan. "Memang mau kasih apa, eh?"
Kai menyeringai. Ia mengeratkan pelukannya. "Menurutmu apa?" Kai balas bertanya. Punggung tangannya mengelus manja pipi mulus kekasihnya.
Pemuda bermarga Lee itu memasang wajah berpikir. "Permen?"
Kai menggeleng.
"Hadiahnya manis seperti permen."
"Um ... lolipop?"
"...bukan sejenis makanan."
Taemin menghela napas kesal. "Lalu apa?"
Perlahan, jari telunjuk Kai mulai meraba-raba permukaan bibir bawah Taemin, membuat Taemin—yang baru saja ingin menuliskan jawaban pada soal remedial terakhir kekasihnya jadi terhenti. Wajahnya mulai memanas, terbukti dari kedua pipinya yang mulai memerah.
"Ini..." Kai mengelus lembut bibir manis milik Minnie-nya. "...dan ini..." kemudian lidahnya membasahi bibir bawahnya sendiri dengan gerakan yang sengaja diperlambat—dan itu menambah kesan seksi pada diri seorang Kim Kai semakin besar—sambil menyeringai penuh arti. "...bertemu. Kurasa itu hadiah yang cukup bagus," ucapnya, sengaja ia buat nada bicaranya menjadi rendah, dan agak berat.
Blush
Kini kedua pipi putih itu mulai berubah warna perlahan menjadi merah. Secepatnya ia menuliskan jawaban di soal terakhir itu dan menutup buku milik Kai. Dan segeralah namja manis itu berdiri dari kursi, berbalik, dan duduk di atas meja Kai. Sehingga kini mereka berhadapan satu sama lain.
"D-don't tease me..." Taemin—dengan kedua pipi yang memerah—mengatakan kalimat pendek itu dengan malu-malu. Ia tundukkan kepalanya, lalu melihat ke kiri—melihat ke arah jendela. "It sucks..."
Kai tertawa mendengar perkataan Taemin. Namja itu lalu duduk di kursinya, dan menyandarkan lagi kepalanya di kedua kaki Taemin. "Tapi aku tidak tahu hadiah apa yang cocok dan praktis tapi berkesan untukmu—selain yang tadi," keluhnya. Ia memasang wajah sememelas mungkin—membuat matanya sayu, lalu menunduk sedikit—agar Taemin mau memberikannya hadiah yang dimaksud oleh Kai.
...entah sebenarnya ia berniat ingin memberikan hadiah ulangtahun untuk Minnie-nya atau ada maksud lain...
Taemin menghela napas, menghilangkan rasa groginya karena perilaku Kai saat mengusap bibirnya. "Tapi nanti setelah ini kita jalan-jalan, oke?" Taemin menyunggingkan senyum manisnya, lalu mengangkat wajah Kai yang agak menunduk hingga pemuda dengan kulit seputih susu itu dapat melihat dengan jelas wajah tampan Kai.
"As your wish, Minnie." Kai menyeringai tipis, lalu berdiri hingga tingginya dan Taemin sejajar. "So ... can I?"
Taemin menutup matanya. "Kiss me."—Dua kata yang terlontar dari mulut Taemin membuat seorang Kim Kai tersenyum lebar, saking senangnya karena akhirnya bisa merasakan bibir yang selama ini membuatnya selalu berfantasi yang aneh-aneh. (...jangan tanya apa fantasi yang Kai maksud.)
Chu~
Kim Kai menempelkan bibirnya dengan bibir sang kekasih. Sepasang bibir itu awalnya hanya menempel, benar-benar hanya menempel. Namun setelah kurang lebih 10 detik kemudian, Kai mulai berinisiatif memperdalam ciumannya. Ia mengisap bibir bagian bawah Taemin perlahan, membuat Taemin yang belum punya pengalaman apapun soal cium mencium agak terkejut.
"Ngh..." Taemin mendesah kecil saat Kai semakin kuat mengisap bibirnya. Semakin dan semakin kuat. Namun Taemin yang—sekali lagi—belum punya pengalaman dalam hal berciuman tidak melakukan apapun. Hanya menikmatinya.
Dan itu, membuat Kai gemas dengan kepolosan Taemin—jujur saja.
Lima menit setelah mereka melakukannya, Kai melepas ciuman itu. Ia menatap wajah Taemin yang merah padam karena perbuatannya. Dan perlahan, senyum kembali terukir di wajah tampannya. Kemudian ia peluk tubuh ramping kekasihnya, menenggelamkan wajahnya di tengkuk Taemin. Tak lupa kebiasaannya mengendus wangi vanilla kembali ia lakukan.
"Selamat ulangtahun, Sayang." Kai berkata—setengah berbisik—kepada Taemin.
Dan yang diucapkan selamat ulangtahun hanya tersenyum, lalu balas memeluk kekasihnya. "Terimakasih."
Kai tersenyum tipis, menutup matanya—sangat tenang. Membiarkan suasana sunyi berada di antara mereka. Merasakan kehangatan tubuh Taemin, merasakan bau vanilla yang sudah menjadi candunya.
...dan, entah mereka sadar atau tidak. Dua pasang mata sedang memperhatikan mereka berdua—sejak Kai menggoda Taemin soal hadiah ulangtahun yang akan ia berikan kepada Taemin—dengan wajah yang tak kalah merahnya dengan Taemin saat dicium oleh Kai. Yang satu siswa bertubuh kurus, memegang handycam. Dan yang satu siswi berambut panjang.
.
.
Tambahan
.
.
[SM School's main gate]
"Hei, tidak lupa merekamnya kan?" Gadis berambut pirang—Kim Hyoyeon—menyikut pelan lengan teman sekelasnya, Lee Hyukjae.
"Sudah kurekam, tenang saja." Hyukjae mengancungkan jari ibunya di depan Hyoyeon dengan wajah berapi-api. "Dengan ini aku bisa balas dendam sama Minho seharian besok. Hohoho~" Siswa kelas 12 itu mulai membayangkan wajah cemburu teman sekelasnya, Choi Minho, orang yang diam-diam menyukai adik Hyukjae: Taemin.
"Khukhuhu, kalau aku mau balas dendam ke Kyungsoo~" Hyoyeon jadi ikut-ikutan membayangkan wajah cemburu Kyungsoo kalau melihat video yang lumayan panas—tepatnya, video ciuman Taemin dan Kai di kelas—sambil bergumam tidak jelas. "Oh, iya. Jae, nanti langsung kirim kepadaku, ya—video yang kau rekam tadi."
"Pasti~" Hyukjae mengangguk sambil tersenyum lebar. "Kalau begitu aku pulang duluan ya. Mereka kan katanya mau jalan-jalan dulu setelah ini, jadi kurasa percuma saja menunggu mereka berdua di sini," tutur Hyukjae. "Sampai jumpa besok, Hyo~"
Hyoyeon tertawa. Lalu menepuk beberapa kali pundak Hyukjae. "Hehehe, baiklah. Sampai jumpa!"
.
.
.
END. DENGAN. GAJENYA. SEPERTI. BIASA.
.
.
.
.
A/N: AKHIRNYA KESAMPEAN BIKIN FF KAI-TAEMIN (dengan level abal seabal-abalnya) AAAAAAA~~~~! *peluk KaiTaem* Akhirnya mood ngetik saya balik lagi! xD Setelah sebelumnya keasikan nyomotin foto-foto sama fancams pas JAT event, plus kesibukan saya di dunia nyata—sekolah—udah mulai normal lagi. :"D
Dan, (setelah saya re-read kilat) kayaknya ide cerita mirip-mirip sama ff saya yang pairing-nya SuLay -_-v Ehem, sedikit curhat. Jujur saya agak mupeng pas bagian mendeskripsikan bagian lidahnya-membasahi-bibir-bawahnya-sendiri. Bzz, otak yadong saya langsung connect gitu(?)
...Duh, saya mulai lagi curcolnya. Ya sudahlah, yang jelas, happy birthday to my lovely mushroom, Lee Taemin! Long life, all the best for you! I love you! We love you! SHINee World love yooou!—dan maafkan atas terlambatnya saya mempublikasikan fanfiksi ini ke ffn. Maklum, saya bingung mau nulis ending gimana -_-
Anw, mind to gimme review—concirt or flame? Thanks! xD
.
Ahn Ah-ra. [18/07/2013 — 23.50 WIB]
