Hai Minna~ gue kembali dengan FF baru, tapi di-rated M. Ini pertama dalam hidup gue lho buat cerita yang kayak gini! Sumpah gue jadi geli ndiri!
Btw, ni FF sumpah OOC banget! Dan juga Gaje plus Garing bukan main!
Tapi mau-mau gue dong, orang ini FF gue. Walau tokohnya dari Oda-sensei sih. Tapi toh Oda-sensei aja nggak marah gue bikin tokoh-tokoh ciptaannya gini!
*Oda : oi.. Sejak kapan loe jadi murid gue hah?*
Loe pada yang baca ni FF mungkin pengen muntah! Tapi ya gimana lagi, kalau mau tetep baca, LANJUT.. Tapi kalau nggak suka, ya udah.. di Tutup aja! Zaman sekarang nggak ada pemaksaan! Tapi kalo loe pada mau Review! Gue sangat menghargainya! Maklum gue kan author baru, Jadi tolong kasih gue saran / pendapat! Kadang kata-kata di FF gue salah mulu, makanya gue butuh review! Review positif maupun negative gue terima. Tapi asal jangan keterlaluan aja! Oke?
Oea, gue cinta banget ama pairing Zoro-Robin-Law.. Jadi loe pada yang juga suka pairing itu, buat FF yang banyak tentang mereka ya! Hoho *Ngarep*
Oke.. just check it out!
HAUNTED : I DO
ROBIN'S POV
Desir angin menerpa rambutku, angin bertiup sepoi-sepoi begitu sejuk kurasakan. Aku terus berjalan melangkah mengukuti hati nuraniku, sampai saat itu tanpa sadar aku telah sampai di tepi tebing yang sangat curam dan dalam. Selintas, aku menatap ke bawah, tampak lautan bebatuan dan pepohonan akan menanti tubuhku apabila sempat saja aku melangkahkan kaki ke bibir tebing. Ku tegakkan kepalaku, tampaklah pemandangan kota yang sangat indah. Dari jejauhan, kota itu terlihat kecil bagaikan miniature. Tapi, diantara sekian banyak bangunan, tampaklah sebuah stadion merupakan bangunan terbesar dan paling mencolok di kota itu. Stadion yang cukup menampung 60ribu orang itu merupakan stadion terbesar di Negara ini. Tak kusangka walaupun berdiri ditempat sejauh ini, aku masih bisa melihat jelas stadion megah itu. Namun, tak bisa dielakkan, sebentar lagi tempat itu akan porak poranda oleh darah hina manusia yang dikutuk tuhan. Bahkan, tanah dan alampun tidak akan mau menerima mereka di bumi ini.
TAP TAP
Aku terbangun dari lamunanku, suara itu.. ya.. suara langkah kaki itu begitu terdengar asing di telingaku. Aku berbalik memastikan siapa pemilik langkah itu, ternyata kulihat seorang pria paruh baya dengan postur tubuh tinggi dan sebuah cerutu di mulutnya berdiri sekitar 4 meter di depanku. Selintas, sebuah senyuman licik menghiasi wajahnya. Aku hanya diam menunggu ia angkat bicara, seperti mengerti apa yang sedang kupikirkan, ia melempar sebuah koper hitam ke depanku.
BRAKK
" Lakukan Yang Terbaik Untuk Ku, Nico Robin! " Ujar pria itu, sebut saja Chrocodile, seorang ketua teroris picik dan sangat diantisipasi polisi maupun agen-agen di Jepang (bahkan sekarang sudah mencakup se-Asia) karena kepiawaiannya mengumpulkan para nasabah nyawa guna meledakkan bom-bom yang ia rakit bersama organisasinya untuk menghancurkan orang-orang yang ia benci atau yang notabenenya adalah Enemy organisasi hitamnya.
Aku tersenyum sinis, tanpa merespon ucapannya, aku memungut koper itu dan memeriksa isinya.
" Kau tahu uang tidak begitu penting bagiku! Jadi jangan bertingkah seolah aku akan menipumu! Lakukan saja perintahku! Kalau tidak kau tahu sendiri apa akibatnya, bukan? " Ancamnya angkuh
" Tsk.. Percayakan saja padaku! Aku bukanlah penghianat! " Ucapku dingin
" Hahahaha! Kalau Begitu Buktikan ucapanmu! " Kata pria itu sembari berlalu menuju mobil Limoushine hitam yang terparkir tidak jauh dari tempat ku berdiri saat ini. Tampak seorang gadis berambut kuning membukakannya pintu mobil dan mempersilakannya masuk duluan. Setelah pria jangkung itu berada di dalam mobil, gadis itupun ikut masuk ke dalam mobil. Lalu, tanpa blablabla, mobil mewah itupun berlalu meninggalkanku.
Aku menekur merenungkan apa yang baru saja kukatakan. Apa benar aku akan melakukannya? Menjadikan diriku sebagai anjing peliharaan pria hina itu dan merelakan nyawaku hanya demi uang 5 Milliar Rupiah?.
Tiba-tiba, Kakiku terasa lemas, tubuhku bergetar, tanpa sadar akupun ambruk ke tanah. Rasa kesal dan emosi bercampur aduk di dadaku, rasa menyesal dan takut ikut menggerogoti otakku. Aku sungguh tidak kuat menahan semua ini. Aku sudah terjerumus ke lubang hitam yang sangat dalam, Tiada yang bisa ku lakukan lagi. Tiada yang bisa membantuku. Aku panic, semua jalan tampak buntu dimataku. Dan memang inilah satu-satunya cara, Aku sudah terlanjur terperosot. Untuk itu, Aku tidak bisa mundur lagi. Aku harus melakukannya. Walau nuraniku masih tetap saja menolak. Tapi aku harus tetap melakukannya.
" HAAAAAAAAAAAAAAAH! " Teriakku membahana
AUTHOR'S POV
" Sial! Kenapa orang itu mengikutiku terus? " Batin Zoro curigaan sembari melangkah menelusuri gang kecil menuju apartemennya.
TAP
Zoro menghentikan langkahnya. Tampak, orang yang sedari tadi mengikutinya ikut berhenti dan segera bersembunyi di balik dinding gang.
" Keluar kau, pengecut! " Ucap Zoro kalem
Sontak, orang yang mengikuti Zoro tadi keluar dari tempat persembunyiannya dan berdiri dibelakang pria berambut lumut itu.
Zoro tersenyum sinis, ia pun berbalik ke hadapan orang barusan.
" KAU? " Teriak Zoro shock saat menyadari Sanji, teman kantornya sedang berdiri gagah di depannya.
" Yo! Apa kabar marimo? " Sapa Sanji melambaikan tangan kanannya ke depan wajah Zoro
" Grr… jangan memanggilku dengan sebutan seperti itu lagi, alis pelintir! " Ujar Zoro marah
" Kalau gitu jangan panggil aku alis pelintir juga dong,bodoh! " balas Sanji lemes
" Nah..nah..nah.. ayo kau ngaku! Untuk apa kau membuntutiku sedari tadi,hah? "
" Oh~ Ternyata kau sudah menyadarinya sedari tadi ya? Padahal aku sudah cukup berhati-hati lho! "
" Dasar bodoh! "
" KAU YANG BODOH! Oh ya.. tadi kau bilang aku pengecut? Aku hampir saja menjudomu dari belakang tahu! " Ujar Sanji kesal sembari mengangkat kaki kanannya yang tonjang
" Huh! Kau pikir aku akan membiarkannya? Dasar bodoh! "
" Hei! Sudahlah! Sepertinya saat ini tidak saatnya kita untuk bertengkar! Bagaimana kalau kita bersenang-senang di Pub? Hari ini ulang tahunmu, kan? " Tawar Sanji merangkul bahu Zoro
" Heh? Kenapa kau bisa tahu? "
" Tentu saja! Memory otakku kan kuat, tidak seperti otakmu yang usang itu! "
" Huh! Terserah lah mau bilang apa! Tapi tadi untuk apa kau mengikutiku seperti itu? "
" Ya untuk ini, aku kan ingin memberimu surprise! Tapi sepertinya gagal begitu saja karena instingmu yang terlalu kuat itu! "
" Hahaha! Sudahlah! Kalau ingin mentraktirku bir, ayo pergi! "
" Hei.. siapa bilang aku mentraktirmu? "
" Mana ku tahu! Ini kan hari ultahku! Kewajibanmu dong mentraktirku! "
" Nggak mau! Aku traktir Nami-swan saja! NAMI-SWAAAAN~ "
Di lain tempat,
" Uhuk.. Uhuk! Adu~h… siapa nih yang ngomongin gue? Jadi kesedak deh! " Omel Nami
.
.
Sanji dan Zoro telah sampai di bar. Saat mereka masuk ke bar, semua pandangan tertuju pada mereka. Zoro yang merasa aneh berbisik pada Sanji,
" Kenapa mereka menatapi kita seperti itu? "
" Mungkin karena kita ganteng kali! Cuek aja lagi! " Jawab Sanji santai sembari celingukan mencari gadis cantik
Zoro menghela nafas,
" Baiklah, kalau begitu.. "
" LET'S PARTY! " Teriak Sanji memotong ucapan Zoro sembari berlari histeris menuju lantai dansa dan mulai menari dengan gadis-gadis cantik plus sexy di sana.
Zoro hanya sweatdrop dan lemas.
" Huh! Sepertinya ultahku hanya dijadikan alasan agar dia bisa ke tempat ini saja! Dasar alis pelintir mesum! " Omel Zoro dan berjalan ke lantai 2.
PRANGG
Tiba-tiba, Saat Zoro sedang menaiki tangga, terdengar suara gaduh dari lantai dansa. Semua matapun tertuju ke sumber suara.
" KALAU JALAN PAKE MATA DONG! " Teriak seorang gadis berambut pink kepada gadis berambut orange yang sepertinya adalah pelayan di Pub itu.
" Maafkan aku, nona! Aku benar-benar ceroboh! " Ucap gadis pelayan itu merungkuk 90 derajat sembari membersihkan pakaian gadis berambut pink itu dengan kain lap
" LEPAS! BERANINYA KAU MENYENTUHKU, SHIT! " Gadis berambut pink itu mendorong si gadis pelayan ke lantai.
" Sudahlah Perona-san.. nggak usah di ambil hati! Namanya juga orang kampung! Ya gitu deh, BEGO! " Timpal seorang gadis berambut hijau menarik gadis bernama Perona itu.
" Tapi Camie-san…. "
" Sudahlah! Ayo pergi dari sini! " Potong gadis bernama Camie itu membawa Perona keluar Pub. Semua orang masih terdiam menatap kepergian mereka. Lalu, setelah mereka keluar dari Pub, semua mata kembali tertuju pada gadis pelayan yang masih terduduk di lantai.
Sanji yang sedari tadi berada di dekat gadis itu merasa kasihan melihat gadis itu. Ia melangkahkan kaki menghampiri gadis itu, lalu bersimpuh ke depannya. Semua orang menatap aksi Sanji was-was.
" Nona.. apa anda baik-baik saja? " Tanya Sanji sembari menjulurkan tangannya pada gadis itu guna membantunya bangkit
Gadis itu mengangkat kepalanya, lalu ia mencibir.
" Aku baik-baik saja! Hehe " Jawab gadis itu nyengir
Semua orang kaget dengan respon gadis itu. Tapi, Sanji lebih kaget berjuta-juta kali.
" K..KAU? " Teriak Sanji shock
" Ssstttt~~ " Ucap gadis itu membungkam mulut Sanji
Semua orang yang melihatnya terheran-heran. Begitupun Zoro yang dari tadi masih berdiri di tangga.
" Ngapain lagi si alis pelintir itu? Huh! " Omel Zoro sembari kembali berjalan ke lantai 2
.
.
" NAMI-SWAANNN! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI? " Teriak Sanji marah melihat Nami yang berdiri di depannya.
" Ssst~ Kecilkan suaramu, bodoh! " Ucap Nami sembari kembali menyumpal mulut Sanji dengan tangannya dan celingukan sana-sini memastikan keadaan
" Ba..baiklah! Tapi, Nami-swaann.. jelaskan padaku kenapa kau bisa menyamar menjadi pelayan di sini? " Tanya Sanji mulai tenang dan menyingkirkan tangan Nami dari mulutnya.
" Sebenarnya, aku diutus oleh Rayleigh-sama untuk mengawasi gadis berambut pink tadi! "
" Apa? Tapi kenapa aku tidak diberitahu? "
" Kau kan juga punya tugas yang lain! "
" Ya.. tapi kau bisa merundingkannya denganku, kan! " Ujar Sanji memelas
" Sanji-kun, aku ini juga seorang agen rahasia! Jadi sudah tugasku untuk ikut menjalankan misi! Kau jangan terlalu over protektiv padaku! Aku seperti orang lemah saja! " Ucap Nami kesal
" Tapi aku tidak mau kau terluka, Nami-swaaan~ "
" Hei! Jangan buat aku muak padamu! "
" Baiklah.. tapi apa kau sudah mendapatkan informasi tentangnya? Dia sudah keburu pulang kan? "
" Fufufu.. Aku sudah berhasil dari tadi! Bukan Nami namanya kalau tidak bisa mencuri benda kecil ini! " Ujar Nami mencibir sembari menunjukkan sebuah Handphone ke depan Sanji.
" Eh? Jangan-jangan… "
" Ya.. ini adalah Handphone gadis itu! Aku tadi sengaja menabrak dan membersihkan pakaiannya. Padahal aku sudah mengincar Handphonenya dari tadi! Aku pintar,bukan? "
" Uhuh~ Mellorine~ Nami-swaaanku sangat pintar~ " Puji Sanji sembari berputar-putar seperti badai dan menyemprotkan tanda hati kesegala arah.
ZORO'S POV
Aku duduk di sofa yang terletak menghadap ke lantai dansa. Dengan ditemani oleh sebotol ukuran jumbo bir, aku menatap kerumunan orang-orang yang sedang menari di bawah. Sontak, terpikir di benakku,
" Dimana alis pelintir itu? "
Aku bangkit dari sofa, lalu ku tatap kerumunan orang itu seksama guna mencari si mesum itu. Tapi, sejauh mata memandang, aku memang tidak bisa menemukannya. Kemana dia? Bukankah sebentar ini dia masih berdansa di bawah sana?
Aku menghela nafas berat, lalu kembali duduk di sofa.
" Baiklah.. sepertinya saat ini dia sedang bersenang-senang dengan gadis-gadis sexy itu! " Prediksiku sembari meneguk segelas bir di meja.
" Hai ganteng! Mau ditemenin nggak? "
Tiba-tiba beberapa orang gadis cantik bertubuh bohai menghampiriku dan menawarkan diri. Aku tersenyum sinis,
" Baiklah.. kalau koki itu bisa bersenang-senang. Kenapa aku tidak? " Batinku
" Tentu saja, gadis-gadis cantik! " Jawabku sembari bergeser sedikit guna memberikan mereka tempat lowong untuk duduk di sampingku.
" GYAAAA~ " Teriak mereka centil sembari berhamburan duduk di sampingku dan membelai-belai tubuhku.
" Siapa namamu? " Tanya seorang dari mereka yang berambut pink panjang
" Aku Zoro! " Jawabku santai
" Oh.. nama yang keren! Perkenalkan, Aku Bonney! " Desis gadis bernama Bonney itu berbisik di telingaku sembari membelai pipiku.
" Dan Aku Margareith, sayang! " Timbrung gadis berambut kuning pendek memeluk tubuhku dari samping
" Hei.. Jangan memonopolinya dong! Zoro.. Aku Tashigi! " Ujar gadis berambut biru pekat sembari duduk dipangkuanku dan langsung mengecup bibirku. Walaupun awalnya sedikit kaget, akupun membalas ciumannya. Kamipun ber-passionate kiss ria. Merasa tidak kebagian, Bonney pun mendorong Tashigi dari pelukanku dan menarik kepalaku ke hadapannya. Sehingga kini aku dan Margareith lah yang ber-Passionate kiss. Tidak kalah, Tashigi yang tidak kebagian apa-apa mengelus-elus dada bidangku dan pelan-pelan menyusupkan tangannya ke dalam kemejaku.
Baiklah.. semua tubuhku sudah di kuasai para gadis-gadis cantik ini. Aku hanya bisa mengikuti permainan mereka. Kubiarkan mereka menjamahi tubuhku. Bahkan mulai memegang juniorku dari balik celanaku. Tidak mau kalah, aku yang sedari tadi sudah merengsang menyusupkan tanganku ke dalam kaos Bonney di sela-sela ciuman kami. Ia sedikit bergejolak dan berdesis saat jemariku meraba punggungnya yang halus bin mulus. Margareith dan Tashigi yang melihat wajah merona Bonneypun tertawa histeris. Mereka menuangkan segelas bir dan bersulang satu sama lain menunggu giliran. Bisa kurasakan, semua orang seakan tidak peduli dengan apa yang sedang kami lakukan. Padahal kami telah bermesum di depan umum. Tapi, ini lah Pub. Semuanya sibuk berhentai ria di depan orang banyak. Tidak ada rasa malu atau keberatan, karena kepuasan adalah yang terpenting saat ini.
Bisa kurasakan desah Bonney makin menjadi saat jemariku mulai berangsur ke dadanya yang gempal dan kenyal. Ia menarik krah kemejaku dan kembali menciumku liar.
PRANGGGGG
Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca dari sofa sebelah. Aku dan Bonney yang sedang asyik tidak mengindahkan bunyi itu. Kami masih sibuk dengan urusan kami berdua. Namun, lain dengan Tashigi dan Margareith yang langsung berdiri dan bergabung dengan kerumunan orang untuk melihat kejadian itu.
Apa yang terjadi?
TBC
