MONARCH OF DESPAIR

Rate: M

Disclaimer: Naruto [Masashi Kishimoto], Highschool DxD [Ichie Ishibumi], Grancrest Senki [Ryo Mizuno], Musaigaen no Phantom World [Soichiro Hatano], Tensei Shittara Slime Datta Ken [Fuse]

Ditulis tanpa mengharapkan keuntungan materil sedikit pun

Genre: Fantasy, Hurt/Comfort, Action, Adventure, Family, Romance

Warning: Typo, gaje mungkin, masih jauh dari kata sempurna, OOC

Pairing: ?

Summary: Lahir karena pernikahan politik tanpa dilandasi cinta yang berujung sebuah perpisahan dan penghapusan keberadaannya… anak dari keluarga Earl Namikaze dan keluarga Marquess Lucifuge ini tak hanya dihapus keberadaannya tapi juga dibuang dan ditelantarkan oleh kedua orang tuanya. Namanya adalah Naruto, seorang bocah berusia 5 tahun yang nantinya akan tumbuh sebagai budak sekaligus orang yang terpilih untuk mewarisi gelar Monarch of Despair.

Jangan lupa review, favorite follow!

.

.

.

.

.

Chapter 1, Prolog : Darah Bangsawan yang Tak Menyandang Gelar

Tingkatan Gelar Kebangsawanan:

King/Emperor

Duke

Marquess

Earl

Viscount

Baron

Knight

Semula pikirnya tidak akan seperti ini... Atau bagaimana mungkin bisa jadi seperti ini? Dia lahir dari ayah dan ibu yang mewarisi gelar bangsawan di Kerajaan sebagai Marquess dan Earl. Ayahnya adalah seorang ksatria pemberani, kuat yang lahir dalam silsilah keluarga Earl Namikaze dan terkenal di antara para bangsawan Kerajaan Lamia. Sedangkan ibunya merupakan putri yang lahir dari status bangsawan tertinggi ketiga di Kerajaan setelah keluarga Raja yaitu Marquess. Dia terkenal akan kecantikannya dan bakat sihirnya yang luar biasa di antara para bangsawan.

Dari sudut pandang tersebut bisa dikatakan bahwa anak ini dilimpahi oleh anugerah sejak ia lahir karena mewarisi darah bangsawan terkenal di Kerajaan. Bakat yang dimilikinya tentu saja akan menurun dari kedua orang tuanya. Tapi apa yang terjadi sekarang?

"Ibu?" bocah kecil yang tidak tahu apa apa ini sudah terbangun dalam posisi dibawa oleh kedua orang asing.

"Dimana Ibuku?" tanya bocah kecil berusia 5 tahun ini dengan wajah kebingungan saat dua orang pria akan membawanya pergi entah kemana.

Kedua pria itu bahkan tidak menggubrisnya sama sekali. Sekilas anak laki laki bernama Naruto ini melihat bayangan pemandangan ibunya yang berdiri disana membiarkan dirinya dibawa pergi oleh kedua pria ini.

"Ibu!" panggilnya dengan wajah sumringah senang.

"Cepat bawa dia pergi dari sini! Aku ingin keberadaannya terhapus sepenuhnya dari Kerajaan ini,"

Apa yang dikatakan Ibunya barusan? Ibunya hanya bicara dan tidak bertindak sedikit pun. Raut wajah terkejut ditampilkan bocah yang tak mengerti apa apa pada kala itu. Dia mencoba untuk berontak namun apa daya dia hanyalah seorang anak berusia 5 tahun yang lemah di hadapan dua pria dewasa.

"L-Lepaskan aku! Aku mau Ibuku! Ayah! Ibu!"

Mulutnya tiba tiba dibekap oleh salah seorang pria yang membawanya. Dia kembali berontak tapi sekali lagi dia hanya seorang anak kecil. Dia melihat Ibunya yang semakin jauh darinya… Dia bingung… kenapa ibunya masih tidak berbuat sesuatu? Perlahan dirinya kehilangan kesadaran… saat melihat Ibunya dari jauh… sambil bergumam dalam hatinya,

"Ibu…"

Sepenggal cerita, bahwa putra Earl Namikaze… Namikaze Minato dan putri Marquess Lucifuge, Grayfia Lucifuge menikah atas landasan politik kedua keluarga ketika usia mereka mencapai 20 tahun. Namun saat mereka sama sama menginjak usia 25 tahun dan Naruto, anak mereka berusia tepat yang kelima… sebuah insiden terjadi dimana Namikaze mengkhianati Lucifuge. Tepat di hadapan Grayfia, Minato membunuh kedua orang tua Grayfia malam itu. Rupanya itu sudah merupakan rencana Earl Namikaze sejak awal untuk membunuh musuh bebuyutannya, Marquess Lucifuge dengan menikahkan anaknya dengan putri keluarga Lucifuge sebagai bentuk perdamaian palsu.

Sebenarnya juga sejak awal Grayfia dan Minato tidak saling mencintai. Diam diam Grayfia memiliki hubungan dengan putra sulung Marquess Gremory sedangkan Minato bahkan tanpa diketahui siapapun sudah memiliki anak berusia 4 tahun dengan seorang putri dari keluarga Marquess Uzumaki.

Semua ini benar benar kejadian tragis yang menimpa Naruto. Sekarang dia bukanlah siapa siapa melainkan aib yang harus ditutupi oleh kedua keluarga bangsawan.

Saat ini dia berada entah dimana… tempat itu seperti sebuah kawasan kumuh yang tidak akan disentuh oleh para bangsawan pada umumnya. Dia terbangun diatas gundukan sampah dengan mata yang masih sayup dan kondisi kebingungan, dia mencoba bangkit. Dia tak menemukan sama sekali jejak kedua pria yang membawanya. Dia juga tak mengenal tempat ini. Naruto memang hanya seorang anak kecil berusia 5 tahun tapi dia ini sangat cerdas dan memiliki daya ingat yang luar biasa.

"Dimana aku?"

Tempat ini bukanlah wilayah Marquess Lucifuge tempat ibunya dibesarkan ataupun wilayah Earl Namikaze tempat ayahnya. Lalu dimana dia sekarang?

"Hey, bocah! Mau kemana kau!?"

Naruto memalingkan wajahnya ke belakang melihat seorang pria tua memanggilnya. "Paman, apakah paman tahu jalan menuju wilayah Marquess Lucifuge?"

"Hah? Wilayah Marquess Lucifuge? Biar kuberitahu, nak! Jarak dari sini ke tempat itu sekitar ratusan kilometer. Tidak mungkin bagi bocah sepertimu untuk kesana sendirian,"

"Aku akan tetap kesana untuk menemui ibuku!"

Pria tua itu malah tertawa entah kenapa dan hal itu sedikit memancing emosi dari Naruto kecil. "Kenapa kau tertawa, paman…!?"

"Biar kuberitahu, nak… Orang tuamu itu baru saja membuangmu," ucapan pria tua itu mengejutkan Naruto.

"M-Membuangku?"

"Kedua pria yang membawamu kemari berpesan kepadaku untuk tidak membiarkanmu berbuat seenaknya. Mulai sekarang kau akan tinggal sebagai salah satu dari kami… para gelandangan,"

Seketika ekspresi Naruto berubah, dirinya tersulut amarah ketika pria tua itu mengatakan bahwa dirinya baru saja dibuang oleh ayah dan ibunya. Yang dia pahami adalah ayah dan ibunya tidak mungkin melakukan hal semacam itu kepada dirinya. Yang dia tahu ayah dan ibunya itu sangat menyayangi nya lebih dari apapun di dunia ini. Tapi yang dia rasakan sekarang…

"Diam! Ayah dan Ibu tidak mungkin membuangku!" teriak Naruto dengan sedikit air mata yang mengalir di wajahnya.

"Hahaha… anak seumuran mu memang sulit ya menerima kenyataan!"

Pria itu tertawa lagi dan membuat emosi Naruto kecil semakin memuncak.

"Grrr… Ayahku pasti akan menangkapmu!" kata Naruto mengancam pria itu sambil menunjuk nunjuknya.

Pria itu hanya menghela nafas sekali sebelum menaruh telapak tangannya di dahi sambil membalas, "Coba saja kau suruh ayahmu menangkapku, nak… Aku tidak yakin hal itu akan terjadi…"

"Dasar pembohong!" teriak Naruto.

"Hei, nak… Untuk apa aku berbohong kepadamu?"

"Paman sudah pasti bohong! Tunggu saja! Ayahku pasti akan datang menjemputku dan menangkapmu karena sudah berkata seperti itu!" kata Naruto sambil menunjuk pria tua itu dengan air mata yang tak henti hentinya mengalir.

Pria itu hanya mendengus kemudian dia berdiri dan menghampiri Naruto. Dengan sekali pukulan tepat di wajah, pria itu membuat Naruto kecil terlempar beberapa meter dengan wajah penuh darah. Pada saat itulah, anak kecil berusia 5 tahun ini tahu apa itu rasa sakit sebenarnya di tubuhnya. Dia terkejut dan tidak bisa berkata kata setelah menerima pukulan semacam itu dari pria ini.

"Ughh…"

Masih dengan ekspresi terkejut, Naruto mencoba memahami situasinya sekarang. Di sekitarnya banyak sekali laki laki dan perempuan yang entah lebih tua atau lebih muda berpakaian lusuh tengah menatapnya dingin.

"Hadapi kenyataan nak… Kau salah satu dari kami sekarang,"

Naruto terdiam mendengar ucapan pria itu sekali lagi…

"T-Tidak… Ayah dan Ibu pasti hanya sementara membiarkanku disini… Mereka… mereka pasti akan menjemputku besok! A-Aku ini adalah keturunan bangsawan Earl Namikaze dan bangsawan Marquess Lucifuge! J-Jika kalian mengantarku pulang, kalian pasti akan mendapat hadiah dari Ayah dan Ibuku!"

Naruto begitu yakin dengan kata katanya akan tetapi orang orang yang kini berdiri di sekitarnya nampaknya memiliki persamaan saat mereka memandang Naruto. Tatapan itu bukanlah tatapan yang Naruto lihat biasanya di kediaman Lucifuge… tatapan itu adalah tatapan mengasihani dimana mereka semua melihat Naruto sebagai anak yang menyedihkan.

"K-Kalian…" kata Naruto terputus.

Perlahan kerumunan gelandangan yang melihatnya mulai bubar meninggalkan Naruto yang terdiam hening dalam kebingungannya. Tersisa seorang gadis bersurai pirang yang seumuran dengannya dan kini tengah memberikan senyuman hangat kepadanya. Gadis itu perlahan menghampiri Naruto di kala hujan mulai turun.

"Hei, siapa namamu?" tanya suara lembut gadis kecil itu.

"Eh? N-Namaku… Naruto," jawab Naruto dengan wajah memerah.

Gadis itu mengelus kepala Naruto dan bertingkah seperti seorang kakak meskipun sebenarnya mereka sebaya.

"Yosh, yosh… Mulai hari ini kita akan jadi keluarga, Naruto-kun. Nama kakak adalah Mai…"

"Mai… oneechan?"

"Ha'iiii…"

Begitulah awal pertemuan Naruto seorang anak dari dua bangsawan terkenal di Kerajaan yang terhapuskan keberadaannya dan tak diakui entitasnya di dunia dengan gadis berambut pirang misterius yang ia panggil 'oneechan'.

"Mulai sekarang kalian akan bekerja sebagai budak di wilayah pembangunan ini! Tidak ada kata malas, lelah atau apapun jika kalian masih ingin makan dan hidup!" begitulah ocehan seorang pria tua yang membawa Naruto serta rombongan anak anak wilayah kumuh.

"Eh? Bekerja? Tapi umurku masih 5 tahun… kenapa harus bekerja?" tanya Naruto kebingungan.

"Tentu aja kau harus bekerja, bocah bodoh!" kata penjaga itu kemudian memukul Naruto hingga ia jatuh tergeletak.

Naruto memegangi kepalanya di bagian luka yang dia dapatkan setelah mendapat pukulan dari penjaga barusan. Jantungnya berdegup kencang karena ketakutan dan emosi bercampur jadi satu. Di benaknya dia merasa bahwa dia tak seharusnya mendapatkan perlakuan seperti ini apalagi mengingat status kebangsawanannya.

"Ukh…"

"Tenang, Naruto… Oneechan akan melindungimu.." ucap gadis bernama Mai menghampiri dan mencoba menenangkan Naruto dengan lembut.

Dirinya dan anak anak lainnya dipaksa bekerja sebagai budak di wilayah pembangunan semacam benteng dan pabrik dimana dia tidak diberikan upah dan hanya diberi makan sekali dalam sehari. Jika mereka beruntung, mereka akan mendapat jatah dua hingga tiga kali sehari. Jika mereka membuat kesalahan… itu artinya tidak ada makanan hari itu.

Setiap harinya setelah dirinya dibuang pun Naruto masih terus berharap bahwa orang tuanya akan menjemputnya dari sana… hingga hari berganti… minggu berganti…

"Terus bekerja, bocah!" teriak seorang pria menampar Naruto yang berjalan keletihan setelah membawa barang barang yang akan diangkut ke pusat kota itu.

Naruto langsung tergeletak tak berdaya. Penampilannya kini benar benar sudah tak mencerminkan seorang anak bangsawan melainkan budak gelandangan yang setiap harinya bekerja sebagai pesuruh dan terkadang juga harus mencuri uang dari orang orang di kota. Tubuhnya kurus seakan benar benar tak terurus. Dia tak berbeda dengan anak anak yang menjadi budak lainnya saat ini.

Hanya malam hari saja waktu dimana dia bisa istirahat dan melepaskan segala bebannya dengan menangis di samping Mai…

"Mai-oneechan… Kapan ini berakhir?"

"Hmm… Aku juga tidak tahu…"

"Aku berharap orang tuaku akan segera menjemputku…" harapan Naruto setiap malam selalu sama. Mai yang selalu mendengar itu setiap malamnya hanya bisa melihat Naruto dengan tatapan sedih.

Sejujurnya dia juga berharap hal yang sama. Mai memiliki orang tua dan dia juga berharap kalau orang tuanya akan datang untuk menjemputnya tapi entahlah, dia sudah berada disini setahun dan sudah lama juga dia membuang harapan itu. Yang ada di benaknya sekarang adalah dia harus bekerja setiap harinya dan hidup lalu setelah beranjak dewasa dia akan meninggalkan kota ini bersama Naruto dan mencari pekerjaan yang layak untuk menghidupi dirinya dan Naruto.

"Ah, aku akan minta ke ayah dan ibu untuk membawa onee-chan juga!" kata Naruto tersenyum lebar saat menoleh ke arah Mai.

"Hmm… Terima kasih Naruto…" jawab Mai dengan senyuman yang sama.

Hari hari berikutnya pun semakin buruk untuk dirinya…

Tiba waktunya dimana Naruto dan Mai harus melegalkan dirinya masing masing sebagai budak pekerja. Semua budak pekerja termasuk anak anak berbaris di depan wilayah konstruksi pabrik perusahaan pengiriman barang, penjualan perbudakan dan sekaligus benteng kota. Tujuan mereka dibariskan sesuai rencana awal pihak perusahaan perbudakan yaitu untuk melegalkan mereka sebagai seorang budak. Bagaimana caranya?

"Selanjutnya!"

"Arrrggghhh… Sakittt! Panas! Ini sakitt paman!" itu adalah suara teriakan Naruto ketika dirinya harus menerima cap tanda sebagai budak di punggungnya menggunakan alat semacam timah panas.

Dirinya mencoba berontak tapi kedua tangan dan kakinya terikat oleh rantai yang membuatnya terkekang dan tak bisa pergi dari sana. Dirinya jatuh tergeletak tak berdaya dengan tatapan kosong dan wajah yang penuh dengan air mata.

"O-O.. nee… chan…" panggil Naruto saat melihat tiba giliran Mai untuk menerima cap tanda budak itu. Meski dia akan menerima penderitaan yang sama dengan Naruto, gadis itu hanya menatap Naruto dengan sebuah senyuman hangat sambil menahan rasa sakit yang luar biasa.

"Akkkkkhhh!"

"O… nee… chan…"

Kesadaran Naruto menghilang saat itu. Dia tidak tahu apa yang terjadi kepada Mai pada saat itu. Yang jelas saat dia terbangun siang sudah berganti malam dan dia sedang tidur di bangkuan Mai. Dia membuka kedua matanya dan melihat wajah tak asing yang selalu menemaninya setelah dirinya dibuang.

"Kau sudah bangun, Naruto?"

"Mai-oneechan?"

"Ya, Naruto?"

"Kau baik baik saja…?"

Mai tertawa dengan senyuman… di balik itu tanpa diketahui oleh Naruto, punggung Mai tak berbeda jauh sebenarnya justru Naruto lebih baik karena setelah menerima cap tanda budak itu, Mai langsung merendam Naruto di air dingin. Sayangnya dirinya tak mendapat kesempatan untuk merendamkan dirinya di kolam air dingin karena perbuatan jahat para penjaga.

"Ya… Onee-chan baik baik saja, Naruto."

Begitulah setiap harinya mereka lalui bersama hingga tak terasa tiga tahun berlalu sejak perjumpaan pertama mereka. Sekarang Naruto berusia 8 tahun dan Mai genap berusia 9 tahun. Keduanya tetap disiksa setiap harinya meski begitu mereka saling mengobati satu sama lain. Naruto tak pernah lepas dari Mai dan Mai juga selalu berada di samping Naruto. Setiap hari pun Naruto masih terus berharap bahwa suatu hari ayah dan ibunya akan kembali menjemput dirinya. Dan saat itulah dia pasti akan membawa serta Mai bersamanya.

Tapi semua impian, harapan dan kebersamaan itu sirna ketika rombongan dari wilayah Earl Meletes datang ke wilayah tersebut untuk menjemput Mai karena suatu alasan. Saat itu Mai sedang sibuk dengan pekerjaannya di tempat tinggalnya dan Naruto lalu mendadak dia melihat rombongan tersebut datang bersama para penjaga.

"Kalian sudah melabeli nya dengan tanda cap budak!?" kata salah seorang ksatria yang murka kepada salah seorang penjaga yang menuntun mereka bertemu dengan Mai.

"M-Maaf, Tuan… tapi kami tidak tahu jika kalian akan datang mengambil kembali gadis ini,"

Para ksatria hanya bisa pasrah dengan apa yang sudah terjadi. Mai tidak begitu mengerti tapi nampaknya mereka tengah membicarakan mengenai tanda budak yang terpasang di punggungnya.

"Permisi nona… Apa nona mengenal kami?"

Mai yang tiba tiba diberi pertanyaan seperti tentu saja bingung harus menjawab apa karena dia benar benar tidak mengenali wajah wajah itu sebelum akhirnya lirikan matanya terfokus pada sebuah lambang di baju besi ksatria tersebut. Matanya membulat dan dirinya terkejut menemukan lambang itu.

"Nona, harus ikut bersama kami…" kata seorang ksatria yang diutus dari wilayah Marquess Meletes.

"Eh?"

Para ksatria itu sudah memberikan surat resmi dari Kerajaan Lamia untuk menobatkan Mai sebagai pewaris sah sekaligus pemimpin selanjutnya dari keluarga Earl Meletes. Alasannya tak lain karena sebenarnya Mai adalah anak hasil pernikahan yang tak disetujui oleh keluarga Earl Meletes. Ibunya berasal dari keluarga Meletes dan dia merupakan anak kedua sedangkan ayahnya adalah seorang petualang.

Oleh karena itu, dia dibuang. Alasan lainnya adalah Siluca Meletes yang merupakan kakak sepupu Mai mengundurkan diri dari posisi tersebut karena dirinya sudah mengajukan diri sebagai penyihir sekaligus pendamping seorang Viscount muda yang terkenal baru baru ini karena di usianya yang masih 16 tahun dia berhasil menumbangkan kekuasaan Viscount Rossini.

Kabarnya dia pun mendapat dukungan dari Earl Villar dari Artuk, Marquess Alexis dari Jalucia, Marquess Gremory dari wilayah Gremory dan bahkan Duke Marinne Kreische dari wilayah Factory pun mendukungnya. Nama lengkapnya adalah Theo Cornaro, pemuda yang setelah ini akan mencapai usia 17 tahun dan sudah memiliki banyak dukungan untuk maju sebagai seorang bangsawan Earl di usia semuda itu.

"Nona, anda harus ikut bersama kami sekarang. Ibu anda sudah menunggu di rumah keluarga Meletes… Dia sudah menunggu saat saat ini ketika keberadaan nona akhirnya diakui oleh keluarga,"

"T-Tapi… Naruto…"

Kata Mai terputus ketika dia mengingat ingat masa masa tersiksa nya ini selama tiga tahun. Jujur sebenarnya selama tiga tahun ini dia benar benar sudah tidak tahan lagi hidup seperti ini. Dia jelas akan menerima ajakan ksatria Meletes di hadapannya tapi dia khawatir pada Naruto. Bocah berusia 8 tahun itu masih bergantung kepadanya. Dia tahu siapa anak itu setelah Naruto menyebutkan dirinya siapa, oleh karena itu dia tidak bisa membawa serta Naruto bersamanya karena nantinya akan berbahaya untuk Naruto sendiri jika identitas nya tercium oleh Marquess Lucifuge atau Earl Namikaze.

"Baiklah… Aku akan pergi…"

Begitulah bagaimana Mai meninggalkan Naruto tanpa mengucapkan perpisahan sedikit pun. Selama perjalanan dengan kereta kuda pun Mai terus saja melihat ke belakang dengan air mata berlinang. Dia memikirkan bagaimana nasib Naruto tanpa dirinya mulai sekarang. Apakah Naruto akan makan secara teratur? Apakah dia bisa menjalani hari harinya dengan baik sekarang? Bagaimana jika ada orang yang akan mengganggu Naruto disaat dirinya pergi meninggalkannya? Lalu yang paling dia khawatirkan adalah bagaimana respon atau perasaan Naruto saat mengetahui bahwa dirinya sekali lagi harus ditinggalkan oleh orang yang berharga baginya? Sejujurnya Mai sudah menganggap Naruto seperti adiknya sendiri, dia bahkan tak bisa membayangkan saat keesokan paginya dia tak melihat wajah manis itu setelah bangun dari tidurnya.

"Paman, paman! Apa paman melihat Mai-oneechan?" tanya Naruto kepada penjaga setelah dirinya kesana kemari dan tak menemukan keberadaan Mai.

"Ah, gadis yang bersamamu itu kan?"

Naruto mengangguk menanggapinya.

"Kalau kau mencari gadis itu, gadis itu baru saja dibawa pergi oleh pasukan Earl Meletes…"

Kata penjaga tersebut dengan seringaian di wajahnya. Ketika mendengar hal itu, Naruto mengerutkan keningnya lalu memasang wajah yang sedikit panik dan terkejut. Dia tak lantas begitu saja percaya dengan apa yang dikatakan penjaga di depannya. Walaupun masih kecil tapi dia mengetahui gelar Earl dan seberapa tinggi tingkatan Earl. Itu adalah tingkatan yang sama yang dimiliki oleh keluarga ayahnya.

"P-Paman bercanda kan?"

"Ha? Tidak… aku tidak bercanda sama sekali, gadis itu memang baru saja diambil oleh keluarga Earl Meletes. Ternyata gadis itu merupakan anak buangan dari putri Keluarga Meletes… haha.. yang benar saja,"

Ketika mendengar kata kata buangan barusan sebenarnya hal itu memancing emosi Naruto kecil tapi dia mencoba kembali menenangkan dirinya dan berusaha agar tidak terperangkap oleh emosi kali ini. Dia harus berpikir jernih… yang ada dipikirannya adalah tidak mungkin Mai… akan meninggalkan dirinya sama seperti yang dilakukan orang tuanya kepadanya.

"Tidak mungkin oneechan akan meninggalkanku…"

Kata Naruto masih tidak percaya dengan yang diucapkan penjaga tersebut.

"Hahaha… Ini membuatku nostalgia tiga tahun yang lalu. Bukankah ini sama persis ketika kau ditinggalkan orang tuamu, nak?"

Perkataan penjaga barusan jelas jelas keterlaluan dan melewati batas kesabaran Naruto. Tiba tiba kabut hitam muncul di sekitarnya lalu kabut hitam itu seolah olah masuk ke dalam raga Naruto kecil entah bagaimana caranya. Apa yang dirasakannya sekarang sedikit berbeda dengan yang dirasakannya dulu saat dibuang orang tuanya. Perasaan yang dia rasakan sekarang adalah sebuah keputusasaan. Akibat dari ditinggalkan dua kali oleh orang yang dia anggap berharga di hidupnya.

"K-Kau kenapa, nak?"

"Kalian semua pembohong… kalian menipuku kan!?"

Suara yang keluar bukan lagi suara Naruto saja tapi entah bagaimana caranya suara itu seperti tercampur dengan suara yang lebih berat dan lebih mengerikan. Bahkan hanya dari mendengarnya saja pun, para penjaga di sekitar sudah bisa merasakan bahaya yang akan mendatangi mereka. Kabut hitam itu menyebar luas hingga hampir menutupi seluruh area pembangunan disana. Orang orang disekitar mulai panik dan para penjaga mulai bersiaga untuk menghentikan Naruto kecil.

"Kupastikan kalian akan membayar ini semua!"

"Tolong hentikan, nak!"

"Bocah! Sadarkan dirimu!"

Naruto menganggap nya menyebalkan, dengan secepat kilat dia menoleh melihat para penjaga yang biasa menyiksa nya setiap hari lalu dengan sebuah hasrat dan keinginan saja, dia membentuk sebuah tangan raksasa dari kabut hitam yang mengelilingi tubuhnya dan hampir menutup seluruh raganya. Penjaga itu panik karena dalam sekejap dirinya berada dalam cengkeraman wujud tangan hitam yang diciptakan Naruto.

"Hiiiiii! Tolong aku!"

Lalu tak lama kemudian terdengar suara retakan yang benar benar tidak enak untuk didengar. Setelah suara retakan itu berlalu, penjaga itu sudah kehilangan nyawanya dalam sekejap. Tentu saja Naruto tak lantas berhenti sampai disana, penjaga yang sudah kehilangan nyawanya itu ia lempar jauh jauh hingga penjaga itu berhenti tepat di salah satu sudut kota kecil itu dengan tubuh yang sudah tak berbentuk.

"Monster! Tolong!"

Para penjaga yang tadinya bersiap untuk menyerang Naruto sekarang malah kacau setelah barisan mereka runtuh. Mereka lari kemana saja tak tahu arah. Tampaknya Naruto atau setidaknya kesadaran yang sekarang ada di tubuh Naruto sekarang tidak berniat menyakiti warga kota atau budak budak yang senasib dengannya, terbukti dia hanya membantai para penjaga yang selama ini sudah menyiksa nya.

"Ini karena kalian! Onee-chan pasti pergi karena kalian!"

"Tidakkk! Tolong aku!"

"Guhhhh!"

Naruto menangkap banyak mangsa hari ini meski sebenarnya dia kehilangan kesadarannya. Yang mengendalikan tubuhnya sekarang adalah suatu entitas aneh yang seharusnya tidak ada di dunia ini. Dia tak memiliki wujud tapi ketika dia muncul dari dalam hati dan tubuh Naruto, itu membuat raga Naruto jadi sedikit berubah. Matanya menghitam, rambutnya memutih di sekitar bagian atas mata kanan hingga ke bagian bawah muncul sebuah tato. Makhluk ini sendiri nampak cukup puas membantai para penjaga.

"Toloooongggggg!"

Dua setengah jam kota ini menghadapi serangan buas dari makhluk tak dikenal yang merasuk ke dalam tubuh Naruto. Selama masa itu banyak orang yang tewas terutama para penjaga dan warga yang tertimpa reruntuhan… Tak satupun warga kota ini yang masih hidup akan melupakan kejadian ini. Karena nantinya kejadian ini akan dikenal sebagai salah satu pembantaian massal paling terkenal oleh makhluk misterius selama sejarah berdirinya Kerajaan Lamia.

Kejadian ini hampir mencapai akhirnya saat seseorang muncul di hadapan makhluk yang menguasai Naruto. Wujudnya adalah pria dewasa berambut putih dengan wajah tampan dan terlihat masih berumuran sekitar dua puluhan. Dia menatap Naruto dengan ekspresi iba. Entah bagaimana caranya tapi pria misterius ini mampu memblokir serangan Naruto dengan satu pedangnya.

"Banyak orang yang tewas… tapi kebanyakan yang tewas hanya para penjaga… sisanya adalah warga yang tak sengaja tertimpa reruntuhan kemudian tewas… Setengah kota pun bahkan hancur… ledakan kebakaran dimana mana… Benar benar mengerikan,"

"Kalian semua pembohong! Ayah! Ibu! Mai-oneechan!"

Ketika mendengar itu, mata pria itu heran dengan makhluk ini. Bentuk yang ia lihat sekarang adalah bentuk raksasa berukuran 3 meter dengan kulit hitam namun setelah ia lihat baik baik, sebenarnya inti tubuhnya hanyalah seorang anak kecil berusia sekitar 8 tahun yang terselimuti di dalamnya.

"Ayahku adalah bangsawan Earl Namikaze dan Ibuku adalah bangsawan Marquess Lucifuge! Bersiaplah kalian menerima hukuman!" teriaknya dalam tangisnya.

Mendengar kedua nama itu, pria misterius ini terkejut. Barusan makhluk ini menyebutkan dua nama bangsawan yang sangat ia kenal betul…

"Siapa kau sebenarnya…?"

Dia membulatkan mata ketika wujud raksasa itu menyusut dan kembali memperlihatkan sesosok anak kecil berusia 8 tahun dengan rambut pirangnya serta ekspresinya yang saat ini benar benar murka. Pria itu sekali lagi terkejut melihat sosok itu.

"Tidak mungkin…"

"Guaaaaahhhh!"

Pria ini menangkis serangan Naruto berkali kali. Harus dikatakan bahwa orang ini sangat handal dalam bermain pedang karena dia mampu bertahan bahkan membalas serangan makhluk yang menguasai Naruto.

"Wajah itu… anak dari Grayfia-neesama?"

"Tapi neesama mengatakan dia sudah mati tiga tahun yang lalu!"

Pria itu seakan termakan oleh emosi dan ingatannya sendiri saat kakak perempuannya mengatakan bahwa keponakannya atau anak dari kakak perempuannya sudah meninggal di insiden tiga tahun yang lalu. Dia bahkan menyesali dirinya yang tak bisa berbuat apa apa untuk keponakannya yang saat itu masih berusia 5 tahun dan mungkin tidak mengingat dirinya.

"Jadi… begitu?" kata pria itu dengan sedikit genangan air mata di wajahnya. Dia mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang telah dilakukan kakaknya kepada anaknya sendiri.

"Kau…"

Pria itu menatap wajah Naruto ketika dia menyelesaikan serangannya kepada Naruto. Dia menebas Naruto pada satu titik yang cukup fatal. Wajah yang polos, lugu dan tidak bersalah itu sekarang menunjukkan ekspresi tersiksa seperti ini.

"…dibuang kan… Naruto?" wajah sedih pria itu tak tertahankan.

TBC

.

.

.

Tes tes… Shiba desu. Ini adalah project yang kupikirkan dari lama yang akan ku publish di Naruto crossover X-Over karena fic ini membawa masuk Highschool DxD, Grancrest Senki, Musaigen no Phantom World dan nantinya mungkin nantinya Tensei Shittara Slime.. kebetulan aku sudah baca WN nya hingga tamat haha.. Untuk sementara kutaruh di fandom Naruto DxD karena ku gatau gimana caranya biar bisa X-Overs

-Mai disini kuambil dari Musaigen no Phantom World, Kawakami Mai

-Theo Cornaro, Siluca Meletes, Earl Villar dari Artuk, Marquess Alexis, Duke Marinne Kreische itu dari Grancrest Senki. Tentu saja gelar mereka juga beberapa kuubah contoh Marinne dia itu aslinya Margrave atau Marquess aku lupa.

Dan disini ibunya Naruto adalah Grayfia sedangkan pria misterius itu adalah adik kandung Grayfia yaitu Euclid.

Fic ini mungkin akan jadi fic penutup atau fic terakhir yang akan kupublish di ffn dan aku pengen fic ini jadi fic pamungkas yang nantinya kuharap bisa menggeser Symbol of Revenge ku sendiri dari daftar favorit readerku kebanyakan. Karena aku benar benar ingin fic ini lebih terstruktur dan lebih bagus dari fic ku yang lain. Katakanlah aku ingin fic inilah yang akan diingat oleh reader saat ingat pen name ku selain ya Symbol of Revenge.

Besok aku mau update Lord of Apocalypse dulu.. rabu baru mungkin Symbol of Revenge