Halloo! Enggak tau kenapa pengen buat cerita kayak gini.
Judul : Kesalahan Fatal
Cast : Chanyeol, Sehun, Baekhyun (GS), dan lainnya
Sub Cast : Temukan saja
Pairing : HunBaek, ChanBaek and other
Rate : T / M
Warn of typo(s) dan ini genderswitch. DLDR*
.
.
Hari-hariku tak pernah suram sebelumnya. Setiap waktunya memiliki kenangan tersendiri. Baik yang sangat menggembirakan atau hanya sekedar mendapat traktiran dari temanku. Tapi, aku selalu memandang semua itu sebagai kenangan yang tak akan kulupakan. Mulai dari yang paling menyedihkan ketika aku kehilangan ayahku sampai yang paling menggembirakan ketika aku bersekolah di sekolah elite bersama dengan para anak-anak tajir Korea.
Namaku Baekhyun. Byun Baekhyun. Aku masih duduk di sekolah menengah atas. Aku tidak pernah menyangka tahun seperti ini datang juga. Aku kira aku takkan mampu melanjutkan pendidikanku sampai jenjang yang seperti ini. mengingat bagaimana keadaan ekonomi orang tuaku.
Umurku tujuh belas tahun dan beruntung karena terlahir di tengah-tengah keluarga yang sangat menyayangiku. Oke, meskipun orang tuaku bukan orang kaya raya yang hartanya takkan habis hingga tujuh turunan, tapi selama mereka selalu mendukungku dan ada di saat-saat terpurukku suatu saat nanti, aku kira sudah cukup yang Tuhan berikan padaku. Termasuk untuk kebaikan keluarga Wu padaku.
Selama kurang lebih tiga tahun terakhir ini, aku diasuh oleh keluarga Wu. Ayahku meninggal karena kecelakaan bersama Tuan Wu. Sayangnya, saat itu Tuhan hanya menyelamatkan Tuan Wu Yifan saja. Tapi aku tak bersedih karena itu. Tuan Wu tahu kalau ayahku meninggal karena bisnis bersamanya. Oleh sebab itu, semenjak kematian ayahku, Tuan Wu mengasuhku. Ibuku juga diberi pekerjaan oleh Nyonya Joonmyeoan, istri Tuan Wu. Pekerjaan ibuku juga lumayan. Dia bekerja sebagai pengelola butik Nyonya Joonmyeon, tapi sayangnya, butik itu ada di Paris. Jadi intinya, ibuku berada di Paris dan aku di Korea, tentunya bersama dengan keluarga Wu.
Kegemaranku dan Nyonya Joonmyeon sama membuat kami begitu dekat. Kami sering menghabiskan waktu bersama untuk berlama-lama di kebun belakang rumah keluarga Wu. Kebunnya begitu luas. Bahkan luas kebun ini lebih luas dari rumahku. Dan kedua orang baik hati itu menyayangiku seperti mereka menyayangi anak-anak mereka.
Nah, sekarang apa lagi yang kurang? Aku benar-benar gadis yang paling beruntung di dunia ini 'kan?
.
.
"Hai, Nyonya. Selamat siang." Sapaku sopan nan hormat kepada istri Tuan Wu.
Aku baru saja pulang sekolah dan sekarang masih berdiri di ambang pintu melepas sepatuku. Meskipun berulang kali Nyonya Joonmyeon menyuruhku tidak perlu melepas sepatu, tapi aku tak pernah menurutinya. Aku yakin harga marmer lantai ini lebih mahal dari rumahku yang dulu.
Tak lama setelah itu, aku dan Nyonya Wu saling pandang untuk beberapa menit dengan segala keheningan, telepon berdering dan segera membuat Nyonya Wu beranjak dari sofanya. Dengan cara jalan yang anggun nan cantik, Nyonya seperti gambaran dewi dari planet Venus yang menurut kabarnya begitu menawan, berjalan dengan ujung dressnya melambai membuat siapa saja dibuat iri dengan kemolekan tubuhnya. Tapi tidak denganku.
Nyonya Joonmyeon sudah mengangkat telepon itu dan melambai untuk menyuruhku masuk. "Halo." Kata Nyonya Joonmyeon dengan anggun dan sangat keibuan.
"Apa?!" terdengar nada terkejut di sana. Nyonya Joonmyeon melirikku dan aku jadi semakin tidak enak. Ekspresi wajahnya tidak biasa. Dia seperti begitu terkejut dan tak menyangka. Apa mungkin itu kabar buruk? Tetapi aku segera memalingkan muka supaya tidak dikira menguping, padahal ya, aku masih bisa mendengar perkataan Nyonya Joonmyeon.
Lamat-lamat aku mendengar Nyonya Joonmyeon mengatakan. "Iya, saya benar-benar minta maaf atas kejadian itu. Saya akan mengatakan pada suami saya untuk segera mengganti kerugiannya. Sekali lagi, saya minta maaf."
Sejenak aku berfikir mungkin hanya masalah pekerjaan atau lainnya. Tetapi fikiranku berubah ketika Nyonya Joonmyeon mengatakan. "Iya, baiklah. Kalau begitu apa boleh saya titip salam untuk ibu dan anak saya?"
Kurang lebih lima detik, Nyonya Joonmyeon kembali melanjutkan. "Katakan saya sangat merindukan mereka dan saya menyayangi Sehun penuh."
Sehun? Apa maksudnya?
"Baekhyun, kenapa?"
Bodoh. Sudah berapa lama aku melamun? Dasar, aku memang anak ceroboh. Bagaimana kalau Nyonya Joonmyeon sadar kalau aku mengupingnya? Tidak. Bisa-bisa biaya sekolahku ditarik dan aku juga keluargaku akan hidup menjadi gelandangan selamanya.
"Hei, Nak? Ada apa?"
"Ugh-" aku mengerutkan kening dan tersenyum kikuk. "Tidak apa-apa."
Nyonya Joonmyeon mengangkat alisnya dan meraih pundakku. "Aku harus menghubungi Yifan. Kami akan pergi ke Kanada hari ini. apa aku bisa minta tolong padamu untuk menyampaikan kabar ini pada Chanyeol dan Jongin, bukan?"
Aku masih tertegun dengan permintaan Nyonya Joonmyeon. APA?! Dia akan pergi ke Kanada? Yang benar saja? memang sih, bagi orang kaya sepertinya mudah sekali memutuskan akan melakukan apa. Tapi, kenapa harus mendadak seperti itu? lagipula, aku kan tidak pernah berani berbicara dengan Chanyeol. Apalagi diberi mandat untuk menyampaikan kabar seperti ini. bagaimana aku mengatakannya?
Baru saja aku akan bertanya, tetapi Nyonya Joonmyeon sudah berkata "Ya sudah, terima kasih." Dan kemudian pergi menuju kamarnya.
Nyawaku seakan masih belum sepenuhnya terkumpul akibat pernyataan Nyonya Joonmyeon. Setahuku, Nyonya Joonmyeon beberapa menit yang lalu, dia tidak ada ancang-ancang akan pergi dan sekarang dia dan Paman Yifan akan ke Kanada? Yang benar saja?.
Di lain sisi aku juga bingung memikirkan bagaimana aku mengatakannya pada Chanyeol. ya, dia adalah anak sulung keluarga Wu, sekaligus pewaris seluruh perusahaan keluarga Wu. Dia juga adalah pangeran di sekolah, asal tahu saja. Yah, meskipun menurutku dia tidak lebih tampan ketimbang adiknya, Wu Sehun (tetapi, anak sekolah kan tidak tahu kalau Chanyeol punya adik yang astaga, gantengnya minta ampun) ditambah lagi Chanyeol ini sangat percaya diri dengan charisma yang dikeluarkannya. Tapi sayangnya, sikapnya itu tidak sebagus rupanya. Dia jarang sekali membaur dengan temannya. Bahkan mungkin dia juga jarang bicara dengan siapapun, termasuk ayah ibunya. Yang aku lihat, Chanyeol sangat pendiam dan sedikit sombong (jadi pernah suatu hari aku lihat dia dikasih hadiah sama adik kelas, dan dengan muka belagunya, dia buang hadiah itu langsung di depan adik kelas yang sepertinya pengen nangis waktu itu. Dan lagi, aku juga pernah lihat dia ngasih hadiah dari fans-nya ke anak lain, juga sama dilakukannya di depan si pemberi).
Dan untuk Wu Sehun. Aku tidak tahu pasti, tapi semenjak aku diasuh oleh keluarga Wu, tiga tahun lalu, aku tidak pernah bertemu dengan Sehun. Nyonya Joonmyeon pernah menceritakan kalau anaknya ini sakit dan harus dirawat di rumah sakit yang canggih dan lebih modern ketimbang rumah sakit yang ada di Korea. Lagipula, kalau dirawat di Korea, siapa yang akan merawat Sehun setiap waktu? Nyonya Joonmyeon tidak mau kalau anaknya dirawat oleh sembarangan orang, jadi keputusannya, Sehun harus tinggal di Kanada bersama orang tua dari Tuan Yifan. Meskipun ini menjadi keputusan yang berat, tetapi Nyonya Joonmyeon beserta suaminya harus mau melepaskan Sehun. Dan menurut Nyonya Joonmyeon, tahun ini Sehun akan pindah sekolah ke Korea. Katanya, penyakit Sehun sudah pulih dan aku sudah sangat menantikan Sehun.
Kalau Jongin. Dia adalah keponakan Nyonya Joonmyeon. Ibunya meninggal bersama ayahku waktu itu dan ayahnya Jongin menjadikan kesempatan itu untuk kabur dan melepas tanggung jawabnya terhadap Jongin. Kasihan sekali kan? Tapi Paman Yifan dan Nyonya Joonmyeon selalu ada dan menjadi tempat Jongin untuk bersandar.
.
.
.
"Aku tidak tahu. Nyonya hanya mengatakan padaku untuk memberitahumu saja." Kataku dengan nada pelan.
Dua anak ini pulang dua jam yang lalu. Aku tidak berani langsung memberitahu mereka. Karena wajah keduanya yang babak belur, aku yakin mereka habis tawuran. Entahlah kali ini dengan siapa. Yang jelas, aku tidak akan ikut campur.
"Kenapa tidak bilang dari tadi, sih?!"
Chanyeol melempar remote TV ke depan yang mengakibatkan bunyi beradu antara marmer dengan remotenya menggema di ruangan itu.
Aku bergetar. Memang sudah biasa Chanyeol bersikap kasar seperti itu, tapi sekali lagi aku tetap saja takut. Apalagi, di rumah sebesar lapangan sepak bola ini hanya ada aku, Chanyeol dan Jongin saja. aku berfikir bagaimana kalau dua laki-laki ini berbuat jahat padaku? Oh, ayolah Baekhyun! Memangnya kau ini siapa?
Oke, kembali pada dunia nyata. "Aku lihat kalian datang dengan wajah babak belur, aku takut kalau akan semakin merusak suasana. Jadinya aku tunggu kalian sampai—"
"Ah, diam!" bentak Chanyeol tepat di wajahku.
Dia beranjak setelah membentakku. Aku menunduk saja tak berani menatapnya langsung. Itulah kelemahanku, aku tidak pernah berani menatap langsung lawan bicaraku apalagi kalau dia sedang marah.
Jongin menghampiriku dan mengusuk pundakku pelan. "Sabar."
Aku mengangguk sambil mengusap setitik air mata yang ada di sudut mataku.
.
.
Dan apakah aku pernah mengatakan kalau hidupku tak pernah suram? Kenyataannya, hal itu tak berlaku hingga sekarang. Terus, apa aku pernah bilang kalau aku menantikan Sehun? Sekedar informasi, aku menarik kembali omongangku.
Setelah Sehun dijemput dari Kanada oleh kedua orang tuanya, semua yang ada dalam hidupku menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Aku tak pernah lagi bisa hidup tenang dan damai setelah itu. Hari-hariku selalu dibayangi olehnya dan asli, itu membuatku tak tahan untuk berlama-lama dengannya. Ada perasaan yang aneh dalam diriku hingga membuatku tak bisa untuk bernafas tenang. Setiap waktuku menjadi seperti kejar-kejaran dengan deadline. Aku benar-benar berubah. Termasuk Chanyeol dan Jongin.
Dua orang itu menjadi sering tertimpa kemalangan karena Sehun. Jongin harus didepak keluar dari geng motornya dan Chanyeol harus lengser dari jabatannya sebagai pangeran sekolah. Chanyeol tentu saja tak terima, dia selalu mengusili Sehun bersama Jongin tapi di situlah aku yang selalu melindungi Sehun. Tapi sayangnya, Sehun bukan manusia normal. Dia tak bisa tersenyum, berbicara, dan berekspresi. Terkadang aku takut sendiri tapi sudahlah.
Dan orang yang selama ini aku kira tidak punya gairah hidup semacam Sehun ini, ternyata memiliki sebuah rahasia besar. Sangat-sangat besar dan sungguh mengerikan. Inilah alasan mengapa hidupku berubah.
.
.
.
TBC—
Saya kembali dengan new story. Setelah lama enggak ada kabar, saya datang lagi dengan prolog ini. Buat Hanya Perlu Kau Jujur-nya, akan segera saya update. Enggak tahu, otak saya bener-bener buntu dan malah muncul ide ini.
Maksud saya, setiap Chap itu POV-nya beda-beda. Dan saya nunggu tanggapan kalian bagaimana, kalau baik dan review ramai saya akan usahakan update kilat tapi kalau enggak, ya udah. Bye-bye deh sama Baekhyun, Chanyeol, Sehun, dan Jongin.
Review kalian mengubah segalanya….. TTTTTTTTT thanks kiss
p.s : ada yang setuju kalau ini pake 'gue-elo'? menurut saya dengan begitu lebih enak dan enggak terlalu baku gitu. Atau kalau enggak, ya pake 'Kau-aku' saja gapapa kok.
