Chapter 1
"Ya Wang Jackson! Tangkap ini!"
"Tunggu.. tunggu akhㅡ"
Priiiitt...
"Yaaaahh..."
Dari arah kantin, terdengar suara riuh penonton kecewa melihat kecelakaan kecil yang disebabkan oleh pemain dari kelas seniorㅡWang Jackson. Pertandingan bola basket antar senior-junior pun terpaksa dihentikan. Satu persatu penonton yang mayoritas siswa Kangnam Senior High School, meninggalkan lapangan dan menuju kantin untuk makan siang yang sempat tertunda karena menyaksikan pertandingan basket tersebut.
Di kantin inilah, tepatnya di sudut yang bersebelahan dengan lapangan, terlihat seorang lelaki sibuk menggerutu sambil mengaduk-aduk makanannya. Semenjak pertandingan basket dimulai beberapa menit yang lalu, tak ada satu sendok pun yang masuk ke dalam mulutnya. Ia benar-benar merasa terganggu oleh keributan di sebelah sana.
Lelaki yang bernama Park Jinyoung itu baru saja memasuki sekolah Kangnam Senior High School. Ini adalah hari pertama dimana ia menjadi siswa baru sekolah itu. Karena pekerjaan ayahnya lah yang menyebabkan dirinya pindah ke Kangnam dan mengharuskan ia bersekolah disini. Awalnya Jinyoung menolak untuk pindah ke sekolah barunya. Dikarenakan takut banyaknya siswa disana yang tidak bisa menerima sikap Jinyoung yang bisa dibilang pendiam dan hanya menghabiskan waktu di perpustakaan. Dan semua berakhir dengan adanya pembullyan terhadap dirinya. Tapi apa boleh buat. Ia benar-benar berharap bisa diterima dengan baik oleh siswa-siswa disini seperti sekolah yang ia tempati sebelumnya.
"Kau kenapa?"
Tanpa sadar Jinyoung melirik seseorang yang duduk bersebrangan dengannya. Namja berwajah manis dan luguㅡmenurutnya. Jinyoung bertemu dengan Bambam pertama kali di halte bus yang dekat dengan rumahnya. Ia tidak menyangka ada anak kangnam High School yang juga tinggal dekat dengan rumah barunya. Jika saja ia tidak menolak tawaran ayahnya untuk berangkat bersama, mungkin Jinyoung tidak akan bertemu dengan lelaki yang menjadi teman makan siangnya saat itu.
Oh? Apa kau siswa Kangnam High School?
Ne. Annyeong~
Namaku Park Jinyoung. Aku siswa baru disana. Apa bisa berangkat bersama?
Ah tentu saja. Namaku Kunpimok Bhuwakul. Kau bisa memanggilku Bambam. Ngomong-ngomong kau kelas berapa?
Aku kelas XIII-2.
Ya? Tanggung sekali tinggal satu semester lagi tapi kau pindah sekolah?
Sudah biasa bagiku. Ayahku suka sekali pindah kesana sini karena pekerjaannya. Aku disini juga sepertinya tidak akan lama...
Ah begitu rupanya. Oh ya aku juga sama denganmu kelas XII. Tepatnya kelas XII-3. Kau bisa mampir ke kelasku jika kau mau Jinyoungie?
... terima kasih Bamie..
"Mereka berisik sekali. Aku kehilangan selera makan sekarang" sahut Jinyoung yang langsung disambut tawa kecil dari Bambam.
"Itu memang hal wajar jinyoungie. disini pertandingan basket memang selalu diadakan setiap jam makan siang. Tapi tidak setiap hari sih."
"Benar-benar menyusahkan"
Jinyoung kembali membereskan bekal yang dibawanya dengan wajah masam. Bambam pun yang melihat tingkah anak baru itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tapi apa kau tidak lihatㅡ"
"Lihat apa?"
"Anak-anak angkatan kita yang menjadi anak basket. Bukankah mereka juga sekelas denganmu ya? Im Jaebum, Wang Jackson, Kimㅡ"
"Berhenti. Berhentilah menyebut nama itu di hadapanku"
Ia mengibaskan tangannya. Mendengar nama-nama itu semua mengingatkannya pada kejadian di kelas tadi pagi. Sepertinya dengan masuk hari pertama di sekolah baru yang diawali dengan apa yang tidak diharapkannya, ia benar-benar akan mendapat masalah di sekolah ini.
"Ya kau anak baru!"
"Kau... memanggilku?"
"Memang kau pikir anak baru di kelas ini ada berapa? Bodoh"
"Apa katamu?! Siapa yang kau sebut bodoh?"
"Kau!"
"Sudahlah Jaebum-ah. Kau ingin mendapat imagemu jelek lagi?"
"Aku hanya ingin kau membersihkan papan tulisnya. Sebentar lagi pelajaran selanjutnya akan dimulai"
"Kenapa harus aku? Memang tidak ada yang piket hari ini?"
"Ya karena kau anak baru disini setidaknya kau membantu sedikit dengan menghapus papan tulisnya. Apa susahnya?!"
"Aku tidak mau. Mengganggu belajarku saja kau"
"Wow wow... Rupanya anak baru ini anak pintar ya? Sombong sekali"
"Ya Jackson-ah. Jangan memulai lagi! Kalian ini benar-benar."
"Hei anak baru! Urusanmu.. belum.. sampai disini. Mengerti?"
"Memang ada apa dengan mereka?"
Suara Bambam menyadarkan Jinyoung dari lamunannya.
"Ya? Ah ti-tidak. Tidak ada apa-apa. Lagipula apa menariknya bermain basket? Lebih baik membaca buku dan belajar. Bukankah itu lebih menarik? Dengan hal itu juga nilaimu tidak akan bermasalah"
"Aku juga tidak tertarik dengan permainan seperti itu sebenarnya hehe. Tapi ada seseorang yang membuatku menjadi tertarik untuk bermain basket..." Bambam mencicit. Tiba-tiba saja wajahnya memerah hingga ke daun telinganya. Jinyoung yang melihatnya hanya menatapnya dengan alis yang saling bertautan ㅡ tidak mengerti apa maksud yang dikatakan Bambam.
Dia.. menyukai anak basket?!
Jinyoung asal mengira.
"Ah! Itu dia"
"Eh?"
Suara Bambam membuyarkan pikiran Jinyoung. Dan tanpa basa-basi Jinyoung membalikkan badannya, mencoba mencari tahu siapa orang yang membuat Bambam jatuh cinta pada permainan yang menurutnya sangat tidak menarik itu. Ia mengedarkan pandangnnya ke penjuru kantin. Tetapi ia hanya melihat tiga orang anak yang sama sekali tidak ingin ditemuinyaㅡJaebum, Yugyeom, dan Jackson. Mereka berjalan beriringan dan siswa-siswi yang berada di sana pun langsung memberi jalan ketiga orang tersebut. Seolah mereka bertiga adalah jagoan di sekolah ini. Jinyoung yang melihatnya hanya mendecakkan lidahnya.
Apa-apaan ini? Tsk, memang mereka pikir mereka siapa?
Tanpa disadari salah seorang dari mereka berdiri di hadapan Jinyoung. Merasa ada sesuatu yang menghalanginya, ia pun mengangkat kepalanya dan mendapati seorang lelaki yang sempat bermasalah dengannya tadi pagiㅡJaebumㅡsedang berbicara dengan temannya yang mempunyai tubuh paling tinggi di antara yang lainnya sambil mengarahkan dagunya ke suatu arah. Seolah sedang menunjuk sesuatu.
"Yugyeom-ah"
Bambam. Jaebum mengarahkan dagunya ke arah Bambam yang sibuk memakan sisa makan siangnya. Entah sejak kapan ia bertingkah seperti itu secara tiba-tiba. Jinyoung menyipitkan matanya menatap Bambam dan Yugyeom bergantian. Ia merasa ada sesuatu yang aneh.
Anak itu menyukai Yugyeom? Atau sebaliknya?
Lagi-lagi Jinyoung asal mengira.
"Ah nanti saja" balas Yugyeom malas.
"Kau menghalangi pandanganku"
Tiba-tiba Jinyoung membuka suaranya setelah sibuk dengan pikirannya yang mencoba mencerna situasi di sekelilingnya saat itu. Ia menyingkirkan badan Jaebum dengan kasar.
"Kau lagi.. Anak baru" Jackson melirik Jinyoung sinis.
"Apa masalah tadi pagi belum cukup? Sebenarnya apa mau kalian?"
Ia memandang ketiga orang itu satu persatu. Terlihat peluh-peluh keringat seolah mengguyur badan Jaebum, Jackson, dan Yugyeom. Jinyoung dapat memastikan kalau pertandingan yang membuatnya tidak menghabiskan makanannya tadi ialah berasal dari mereka. Bambam tiba-tiba saja langsung menghentikan makannya begitu mendengar ucapan Jinyoung tadi. Dilihatnya Jinyoung yang mulai menunjukan amarahnya dengan wajah yang tidak biasa dilihatnya itu.
"Jinyoungie.."
"Tidak menjawab? Apa mau kaliㅡ"
BRAAAKK
Jaebum mengebrak meja yang menghasilkan suara yang tidak pelan. Bahkan terlalu keras hingga siswa-siswa yang lewat pun langsung menghentikan jalan mereka untuk melihat apa yang terjadi di sudut kantin itu. Jinyoung dan Bambam memejamkan matanyaㅡ terkejut dengan apa yang didengarnya baru saja. Suasana kantin itu kini mulai hening. Meskipun tidak semua siswa yang peduli dengan apa yang terjadi saat jam makan siang itu.
"Ji-jinyoungie.. Kau tidak apa-apa? Lebih baik kitaㅡ"
"Kau tidak lihat apa yang kau perbuat? Memalukan sekali"
Jinyoung bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Jaebumㅡmenatapnya tajam. Jaebum terdiam sesaat lalu menghela napas panjang yang diikuti mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sejujurnya dirinya juga tidak ingin bertengkar dan lagi-lagi mencari masalah. Semenjak ia dan kedua temannya. Tidak, melainkan ketiga temannyaㅡ Yugyeom dan Jacksonㅡ tertangkap basah telah menindas anak yang tidak tahu apa-apa, mereka pun berhenti melakukan kebiasaan tersebut. Apalagi Jaebum, Yugyeom, dan Jackson adalah siswa yang dipandang baik dalam bidang non-akademik. Salah satunya dalam basket tadi. Jadi, Jaebum sendiri tidak mau "image"nya buruk hanya karena ia ketahuan melakukan kebiasaannya lagi.
Ekhem..
Jaebum berdeham sedikit guna membersihkan tenggorokannya. Ia tahu anak-anak yang berada di sekitarnya kini tengah memperhatikan dan menunggu aksi apalagi yang akan diperbuatnya. Ia memandang sekitarnya dengan mata yang melotot. Seolah menyuruh anak-anak itu bubar.
"Apa yang kalian lihat? Bubar sekarang."
Dan tentu saja dalam hitungan detik anak-anak yang tadinya berkerumunan di sekitar meja Jinyoung dan Bambam, kini satu persatu mereka pergi meninggalkan tempat itu dengan suara bisik-bisik disana sini.
Setelah merasa aman, Jaebum kembali memandang Jinyoung yang masih diam menatapnya.
"Duduklah. Aku perlu bicara denganmu" ucapnya dingin sambil mendorong bahu Jinyoung hingga ia benar-benar terduduk di bangkunya. Lalu Jaebum duduk di seberangnya. Tepat di sebelah Yugyeom yang ternyata sudah duduk bersama Bambam entah sejak kapan. Dilihatnya oleh Jinyoung ㅡ Bambam menundukkan kepalanya.
"Tunggu tunggu.. Kau bilang ingin bicara denganku? Apa lagi yang ingin kau bicarakan? Sudah cukup masalah tadi pagi Im Jaebum. Dan aku tidak ingin berurusan denganmu lagi"
"Tidak bisakah kau tidak mengungkit masalah tadi pagi? Kau tidak lihat sekarang sudah siang bukan pagi lagi Park Jinyoung. Sekarang ya sekarang. Tadi pagi ya tadi pagi. Kau ini benar-benar…"
"Sulit juga.." gumam Jackson yang langsung disambut tatapan tidak senang oleh Jinyoung.
"Hhhh… Baiklah baiklah. Sekarang apa yang ingin kau bicarakan? Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu hanya untuk hal seperti ini"
Jaebum diam sebentar, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk di bicarakannya pada Jinyoung. Ia menatap Jinyoung lurus dengan kedua alis yang saling bertautan. Jinyoung yang mulai merasa tidak nyaman akan tatapan Jaebum, langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kauㅡ"
Kruyukk… Kruyuk..
Tiba-tiba terdengar sesuatu yang membuat Jaebum seketika menghentikan perkataannya. Suara yang dapat dipastikan berasal dari arah Jinyoung itu terdengar cukup jelas. Jackson, Bambam, Yugyeom, dan Jaebum yang duduk di meja itu langsung menoleh ke arah Jinyoung yang memasang wajah tenangnya seolah tidak tahu apa yang terjadi baru saja. Meskipun ia sebenarnya merasa malu tetapi ia tidak terlihat seperti itu. Jinyoung menatap satu-satu orang yang berada di hadapannya.
"Kau kelaparan huh? Apa kau belum makan siang? Sedari tadi ngapain saja kau di sini?!" Jaebum menahan tawa.
"Berisik! Aku tidak makan gara-gara kau juga! Pertandingan bodohmu tadi membuatku tidak nafsu makan, ribut sekali!"
"Apa katamu? Kau ini. Mencari masalah lagi rupanya Park Jinyoung" Jackson bangun dari duduknya dan hampir saja ia ingin memukul wajah Jinyoung tapi tiba-tiba Jaebum langsung menahannya. Terlihat Jaebum menggelengkan kepalanya bermaksud agar Jackson tidak terbawa emosi dan berakhir dengan pertengkaran (lagi). Jinyoung hanya terdiam. Ia benar-benar tidak ingin mendapat masalah lagi dengan ketiga orang itu.
"Begini sajalah. Lebih baik kau menggantikan makanku saja bagaimana? Toh aku juga harus mendengarkan bicaramu yang tidak penting itu juga kan"
"Apa? Hei aku bahkan belum makan apa-apa sedari pagi dan kau memintaku untuk membelikanmu makan?"
"Kalau tidak mau juga tidak apa-apa. Aku tidak memaksa. Aku pergi dulu kalauㅡ"
"Arassoe.. Arassoe.. Kau ingin makan apa biar aku pesankan"
Jaebum mengertakan giginya menghadapi tingkah Jinyoung yang menyebalkan itu. Ia lalu mengeluarkan beberapa lembar won dari dompetnya.
"Kalau aku jadi kau, aku akan membiarkan anak ini pergi Jaebum" ucap Jackson sambil melirik malas Jinyoung yang tersenyum puas. Sebenarnya jika ia mau mengeluarkan uangnya untuk membeli makan siang pengganti, ia tidak usah pusing sampai seperti ini kejadiannya. Hanya saja Jinyoung merasa penasaran hal apa yang ingin dikatakan Jaebum sampai dia mau membelikan makan siang untuk dirinya.
"Yang benar saja. Bahkan ia sendiri tidak pernah mentraktir kita makan siang" timpal Yugyeom tiba-tiba yang diikuti anggukan kepala oleh Jackson.
Tak lama Jaebum pergi meninggalkan meja Jinyoung, ia kembali dengan membawa satu mangkuk jajangmyun. Jaebum menaruh mangkuk itu dengan asal tepat di hadapan Jinyoung lalu duduk kembali di tempatnya.
"Nih sudah kubelikan. Makanlah sepuasmu!"
"Tsk, dengan cara kau memberikanku jajangmyunnya dengan seperti itu haruskah aku berterima kasih padamu?" Jinyoung berkata dengan datar sambil membuka bungkus sumpit dan mulai memakannya. Jaebum mendecakkan lidahnya.
"Tidak perlu. Kau cukup mendengarkan dan mematuhi apa yang ku perintahkan. Mengerti kan?"
"tidak ditanya begitu juga dia akan mengerti. Bukankah dia anak… pintar?" Yugyeom tersenyum memandang Jinyoung. Entah apa arti senyumannya itu. Yang pasti perkataanya itu tidak bermaksud untuk memujinya. Melainkan untuk menyindirnya. Jinyoung yang mendengarnya langsung menyerang dengan tatapan tidak suka. Dia.. benar-benar sudah tidak tahan dengan situasi sekarang ini. Bahkan jajangmyun yang tadinya terlihat enak dan ingin menghabiskan semuanya tanpa sisa, tetapi kini ia malah membiarkannya. Lagi-lagi dia tidak menghabiskan makan siangnya.
"Sudahlah tidak perlu bertele-tele, katakan saja apa yang ingin kau katakan"
"Hmm.. dari mana aku harus memulai ya? Dengan situasi yang kaku seperti ini, aku jadi ikut tegang sendiri. Tidak bisakah kau bersantai sedikit Jinyoung? Mukamu terlihatㅡ"
"Kau..."
Jinyoung bangkit dari duduknya lalu menaruh sumpitnya dengan kasar hingga menimbulkan suara dari meja itu. kedua tangannya terkepal di sebelah pahanya. Dan amarahnya pun sudah memuncak sampai ke ubun-ubun. Jinyoung tak mengerti lagi dengan Jaebum. Entah orang itu hanya ingin mempermainkannya atau dirinyalah yang memang terlalu menganggap serius dengan semua yang dilakukan Jaebum dan selalu terbawa emosi. Pertemuannya pertama kali dengan anak ituㅡJaebumㅡjuga sama sekali tidak bagus. Sepertinya selama 1 tahun kedepan, Jinyoung akan terus menghadapi masalah dengannya. Im Jaebum. Jinyoung benar-benar membenci anak itu.
"Sebenarnya apa maumu huh? Kau ingin mencari masalah lagi?! Hahh?!" bentak Jinyoung tiba-tiba sambil memegang erat kerah Jaebum. Ia menatap ke dalam mata orang yang ada di hadapannya itu seolah tengah memancarkan sinar api dari matanya. Jaebum tetap diam, tak ingin membalas perbuatan Jinyoung. Lelaki itu menjauhkan sedikit wajahnya. Sedangkan Bambam yang sedari tadi hanya membungkam mulutnya, langsung mengambil tindakan dengan mendorong Jinyoung kembali ke tempat duduknya. Begitu juga Jackson. ia menarik badan hingga Jinyoung terduduk di tempatnya. Tetapi matanya masih tidak lepas dari pandangan Jaebum.
"Ya ya ya santai sedikit broo. Kita tidak bermain kekerasan disini."
"Aku hanya ingin memperingatkan kau untuk tidak sekali-sekali "bermain-main" di gudang. Tepatnya gudang bawah perpustakaan" ujar Jaebum dengan sedikit memberi penekanan saat mengatakan kata 'perpustakaan'. Ia tahu, Jinyoung adalah tipe-tipe orang yang suka sekali mampir ke tempat seperti itu. tapi dirinya berharap Jinyoung juga tidak mampir ke "gudang" yang letaknya tepat berada di bawah perpustakaan itu.
Sesaat keadaan yang sebelumnya sempat ribut di meja itu, tiba-tiba saja hening. Hanya terdengar suara keributan siswa yang sedang makan siang saat itu. Jinyoung memiringkan kepalanya memandang Jaebumㅡtidak mengerti ucapannya.
"Hahaha.. Apa ini? Kau hanya ingin mengatakan itu saja? Setelah lama beradu mulut dan kau hanya mengatakan ini? Kau hanya ingin bermain-main ya?" Jinyoung tertawa garing. Dilihatnya Jaebum yang memasang wajah seriusnya. Ia juga sempat melirik dua orang teman JaebumㅡJackson dan Yugyeomㅡsama-sama memasang wajah yang tidak sama seperti dirinya.
Ada apa ini? Kenapa situasinya berubah menjadi seperti ini? Gudang katanya? Memang ada apa disana?
"Dia tidak bercanda Jinyoungie"
"Ya?"
Bambam tiba-tiba buka suara yang membuat Jinyoung mengalihkan pandangan ke arahnya. Jinyoung terdiam sesaat.
"Omong kosong macam apa ini? Memang ada apa disana? Apa gudang itu angker? Ada hantu? Kalian... takut?"
"Ah sudahlah. Percuma saja bicara dengan kau tidak ada habisnya. Menyebalkan" Yugyeom menggerutu sendiri melihat respon Jinyoung. Bukannya mendapat respon seperti "Aku mengerti" atau "Baiklah" tetapi mereka malah diserang dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.
"Tidak ada apa-apa. Hanya saja kamiㅡ"
"Hei asal kau tahu, kami sudah memberi tahumu untuk tidak datang kesana meskipun ada sesuatu atau gerak-gerik yang mencurigakan dari sana. Karena bukan kami saja yang celaka nantinya, tapi kau juga Jin..young-ssi!"
Jinyoung lagi-lagi terdiam membatu di tempatnya. Di pikirannya sudah banyak pertanyaan yang menumpuk membuat ia harus memutar otaknya untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya itu. Tetapi, tidak sampai beberapa detik, Jinyoung menemukan jawaban yang belum diketahui kebenarannya itu. Ia baru mengira kalau ada yang tidak beres dengan sekolah yang baru saja ditempatinya itu. Tanpa disadari bulu kuduknya tiba-tiba berdiri dan merasa tidak nyaman setelah berpikiran terlalu jauh tentang apa yang dikatakan Jaebum dan Jackson tadi. Ia tahu, dirinya adalah orang yang termasuk penakut dalam hal mistis. Tapi karena tidak ingin diketahui sebagai orang penakut, Jinyoung terpaksa mengatakan hal seolah ia tidak takut dengan masalah "gudang" itu.
"Hhhh… Baiklah aku tahu. Aku tidak akan kesana. Lagipula siapa yang mau menghabiskan waktu di dalam gudang? Konyol."
Mencari aman, akhirnya Jinyoung menyerah dan mencoba untuk menuruti perkataan ketiga orang itu.
"Ya ya ya terserah kau ingin berkata apa. Yang penting kami sudah memperingatkanmu" ujar Jackson malas. Ia lalu bangun dari duduknya, begitu juga dengan Jaebum dan Yugyeom.
"Ayo pergi" sahut Jaebum.
Merasa sudah selesai menyelesaikan misinya dengan anak baru ㅡ Jinyoungㅡakhirnya ketiganya meninggalkan Jinyoung dan Bambam. Tetapi, belum jauh mereka melangkah, Jinyoung melihat Jackson membuat sebuah garis vertikal di leher sambil menatap tajam dirinya. Jinyoung bergidik ngeri. Entah kenapa ia merasa mulai khawatir apa yang selanjutnya terjadi dengan dirinya dan ketiga anak itu. Dan juga dengan "gudang" yang baru saja dibicarakan.
