Seorang remaja laki-laki berlari kecil menyusuri jalanan lengang. Tangan kanannya memegang sebuah skateboard yang ia gunakan untuk menutupi kepala. Hujan yang turun deras dengan sangat tiba-tiba telah membuat pertandingannya berantakan. Padahal ia hampir saja menang.
Sambil menggerutu dalam hati, pemuda berkepang satu itu terus berlari menembus tirai hujan. Seluruh tubuhnya telah basah kuyup. Meskipun begitu, ia tak menunjukkan keinginan untuk berteduh.
Demi mempersingkat waktu, akhirnya ia menggunakan papan skate-nya untuk meluncur. Ia biarkan tetesan air masuk ke tiap celah rambutnya. Wajah pemuda bermata emas itu tampak senang. Pertandingan boleh gagal, tapi gejala alam yang satu ini tak akan pernah bisa ia abaikan.
Hujan akan selalu menjadi salah satu hal favorit Ggio Vega.
Bangunan bertingkat yang menjadi tujuan mulai nampak. Ggio mempercepat laju skateboard-nya. Ia ingin segera tiba di kamarnya. Segelas coklat panas akan cukup ampuh untuk mengusir dingin, pikir pemuda berwajah tampan itu.
Intensitas hujan semakin meningkat, ketika laju papan skate Ggio tiba-tiba terhenti. Pemiliknya menengadah ke arah langit. Butiran-butiran air yang jatuh dari kanvas hitam di atas sana tak membuatnya berkedip sedikit pun . Sepasang matanya justru semakin melebar melihat apa yang sedang ia saksikan.
Ggio Vega terpaku. Dengan bibir yang hanya mampu mengucap dua kata, sebagai pertanda keterkejutannya.
"Apa itu?"
.
.
.
BLEACH©Tite Kubo
Warning: AU, Typo(s), OOC
Presented by Zumey Black-Wings
.
.
"BINDING CHAIN"
Prolog
.
.
"Siapa kau?"
"Eh? Aku? Err…ano…eto… Mu-mungkin ini agak tidak masuk akal. Tapi…"
"Bagaimana kau bisa muncul dari dalam lemariku?"
"Euh, itu…bisa kujelaskan. Ta-tapi… mmm…bi-bisakah kau… euh, memakai dulu bajumu?"
.
"Apa yang kaupikirkan, Bodoh?"
"Hei, apa kau tidak bisa berterimakasih? Aku sudah menolongmu, tahu."
"Jangan harap aku akan memaafkan pelecehan yang telah kaulakukan!"
"Hah, terserah. Kau memang perempuan paling keras kepala yang pernah kutemui."
Mereka bertemu
"Jangan sembarangan memanggilku."
"Kau memang bukan temanku. Tapi aku tahu kau adalah orang yang baik."
"Pujian seperti itu tidak akan membuatku senang."
"Aku tidak peduli."
"Kenapa?"
"Karena aku mempercayaimu."
.
"Dengar, jangan pernah berkeliaran sembarangan lagi. Aku bisa dikeluarkan dari sekolah jika ketahuan menyembunyikan perempuan di dalam kamar."
"Lepaskan tanganku, Manusia. Jangan halangi aku."
"Sudah kubilang aku akan membantumu. Hanya saja tidak sekarang, kau paham?"
"Aku akan mencarinya sendiri. Manusia sepertimu, tidak seharusnya ikut campur."
"Hei, Penyihir... Akan kubuktikan bahwa aku bukan manusia lemah seperti yang kau bayangkan."
Saling menolong
"Aku… harus menemukannya."
"Siapa?"
"Ksatriaku…"
.
"Kudengar kau telah menyebarkan pasukan. Apa kau sudah menemukan mereka?"
"Begitulah."
"Oh, ya? Di mana?"
"Di dunia manusia."
Mereka mencari dan dicari
"Darah."
"Apa?"
"Kubilang…darah."
"Hah? Kau sedang bicara atau berbisik? Suaramu kecil sekali, Wahai Gadis yang Jatuh dari Langit."
"Diam! Jangan membuatku mengulang kata-kataku, Baka."
.
"Kembalilah, Hime-sama. Jika Anda menyerah, maka hukuman Anda bisa diringankan."
"Aku tidak aka pernah kembali. Aku tidak akan berhenti sampai aku bisa mencapai tujuanku."
"Mohon jangan mempersulit hamba, Hime-sama. Hamba harus membawa Anda pulang dengan cara apapun. Jangan paksa hamba untuk berbuat kasar."
"Aku mengerti. Kau adalah tentara kerajaan. Dan aku menghargai loyalitasmu. Jadi, lakukanlah tugasmu dengan baik."
"Gomennasai, Hime-sama. Bersiaplah."
.
"AWAS!"
BLAM!
Mereka bertempur
"Gunakan darahku."
"Apa kau serius?"
"Apa aku terlihat bercanda?"
"Kau tidak perlu memaksakan dirimu. Sungguh, sebenarnya―"
"Aku bersedia menjadi ksatriamu."
.
"Dengan ini, kau akan terikat padaku. Kehidupanmu akan berubah total."
"Ah, satu pertanyaan. Boleh?"
"Apa?"
"Ketika aku meminum darahmu, apakah aku akan jatuh cinta padamu?"
Mereka melakukan sesuatu yang dilarang dan terkutuk
"Ini hanya luka kecil. Jangan sia-siakan waktumu untuk mengkhawatirkan hal yang tidak penting."
"Tapi kau bisa mati. Sihir tadi bisa membunuhmu."
"Tugasku adalah melindungimu. Hanya itu, benar, kan?"
"Ya. Kau memang benar. Dan sebagai seorang Putri yang kau lindungi, aku memberi perintah kepadamu."
"Katakan."
"Lindungilah dirimu sendiri. Jangan sampai kau terluka lagi."
.
"Kekacauan ini harus segera diakhiri."
"Kupikir kau sependapat denganku."
"Maksudmu?"
"Jika rencana pertamanya gagal, maka dia akan menggunakan rencana yang kedua. Itu berarti, dia membutuhkan sumber kekuatan yang baru."
"Dan rencananya tidak akan berhasil sebelum dia menemukan… Hougyouku?"
"Bingo!"
.
"Panggung yang baru telah tersedia. Tirai penutup juga telah terangkat. Pertunjukkan yang sebenarnya, akan segera dimulai."
.
"Ini dia... Hougyoku."
Dan mereka semua terikat oleh rantai yang menjerat
Gemericik air dari shower yang menyala telah berhenti lima menit lalu, namun pintu kaca yang menjadi penghubung kamar mandi baru saja terbuka. Sesosok tubuh maskulin muncul dengan handuk putih tersampir sembarangan di kepala.
Pemuda berkulit pucat itu melangkah menuju jendela. Tetesan air yang menetes di sana menunjukkan bahwa hujan belum berhenti. Sama seperti tetesan air hangat yang menetes dari ujung rambut hitamnya.
Mata emerald pemuda itu beralih, seiring dengan gerakan tangannya yang mulai mengusap kepala dengan handuk. Jam dinding di sudut ruangan menunjukkan pukul tujuh malam. Waktu yang cukup larut bagi siswa SMA sebagai jam pulang sekolah.
Satu hari yang melelahkan telah dilalui oleh seorang Ulquiorra Schiffer.
Pelan, Ulquiorra menghela napas. Sekalipun wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun, namun ia tetap manusia yang butuh istirahat. Dan tidur sejenak sepertinya cukup ampuh sebagai penghilang lelah, sebelum ia kembali terbangun tengah malam nanti. Apalagi kalau bukan belajar?
Tapa berlama-lama, pemuda pendiam itu menyingkirkan handuk lembap dari tubuhnya. Ia meraih kaus berbahan katun sebagai pengganti piyama. Belum sempat Ulquiorra memakai kaus itu, sebuah suara keras terdengar tiba-tiba. Spontan, kepalanya pun menoleh ke arah sumber suara.
Dan tanpa bisa ditawar lagi, sepasang mata hijau zamrud membulat ketika menemukan penyebab suara keras itu.
.
.
*To Be Continued*
Yo-ho, minna, coba tebak siapa dibalik penname ini? Hihi oke, kami akan memperkenalkan diri secara langsung saja. Zumey Black-wings adalah sebuah akun collab Koizumi Nanaho dan relya Schiffer.
Mungkin kalian lebih kenal dengan relya Schiffer karena dia lebih aktif di UlquiHime sementara koizumi nanaho tidak *pundung* Tapi, fic ini kami persembahkan bersama untuk KALIAN semua yang mencintai Ulquiorra dan Orihime.
Genrenya tetap, hihihi agak kelam, karena pada dasarnya kita menyukai yang kelam-kelam. Yosh, kami rasa perkenalannya cukup.
Ini baru prolog saja, kami berharap akan tanggapan dari kalian semua, jadi, tolong tinggalkan kesan dan pesannya, ya biar kami dapat mengerjakannya dengan lebih baik.
Yups, terima kasih bagi yang menyempatkan diri untuk membaca. Salam kenal dari kami, sampai jumpa di chapter berikutnya, bye bye
