lanjutan fic "AITAKUTE"

.

AITAKUTE, AITAKUTE…

Disclaimer : Masashi Kishimoto sensei

This fic belong to : Kanon1010

Pairing : Uchiha Sasuke X (female)Uzumaki Naruto

Rate : T

Genre : Hurt/Comfort, Romance, Poetry

Warning : masih belum bisa lepas dari typo dsb…, AU, (agak) ooc, dan lainnya yang akan kalian temui selama membaca. No BL karena disini Naruto sebagai cewe.

Backsound : kana nishiino – aitakute & Celin dion – all by my self

Have a nice read~

Dozoo~…..

.

Hurt 1:…

.

Sendirian, hanya itu yang melingkupi hidupnya sekarang. Kegelapan selalu menemaninya, padahal ia dulu sangat membenci kegelapan. Tetapi semenjak seseorang yang di cintainya sepenuh hati dan orang itu malah berkhianat, kegelapan telah menjadi temannya kembali.

Sudah tak terhitung berapa jumlah air mata yang diteteskannya begitu mengingat sosok itu. Sosok yang selau memberikan harapan untuk hidupnya, sosok yang selalu memeberikan kehangatan baginya, sosok yang pernah mengisi hidupnya Dan sosok itu yang juga menghancurkannya hingga berkeping-keping.

Apa dia terlihat bodoh jika masih mengharapakan ia kembali? Walaupun secara lisan dirinya telah merestui hubungan sosok itu dengan gadis barunya, tetapi hatinya belum bisa menerima sepenuhnya. Apa kurangnya dia? Apa gadis itu lebih darinya? Mengapa kau tak pernah mau memberikan penjelasan padanya? Pertanyaan itu selalu diajukannya pada dirinya sendiri. Sakit… sakit .. rindu ini menyiksanya..

Kini, apalagi yang bisa dijadikan sebagai penyemangat hidupnya? Kau sudah tidak ada di sampingnya. Hanya kau satu-satunya orang yang menganggap ia ada, hanya kau yang melindunginya saat dulu ia dikucilkan oleh orang-orang disekitarnya. Tetapi sekarang kau tak ada bersamannya, masihkan ia kuat bertahan hidup?

.

seseorang yang bernama Naruto sedang memejamkan mata mengingat apa saja yang telah terjadi selama ini. Seorang gadis yang jika kau lihat dari luar hanya gadis biasa saja yang penuh semangat dan selalu tersenyum ramah. Tetapi taukah kalian bahawa itu hanya topeng yang ia kenakan agar semua orang tak tau betapa rapuhnya dirinya.

Dulu, ia dikucilkan oleh orang-orang disekitarnya karena ia di katakan sebagai anak haram. Ibunya, Kushina yang tak kuat menghadapi cemooh masyarakat, akhirnya meninggal dengan bunuh diri, Naruto disalahkan atas kematian ibunya. Beruntunglah dia, masih ada saudara sepupu yang mau menerimanya. Disekolah tak ada yang mau menemaninya takut menjadi sial. hanya ada beberapa orang saja yang tulus menjadi sahabatnya. Tetapi saat ia duduk di bangku 2 SMA, seorang pemuda bernama Uchiha Sasuke berhasil mendekati hati Naruto.

Berkat usaha tulus Sasuke, akhirnya mereka menjalin kisah cinta yang bisa dibilang cukup lama. Walaupun pihak keluarga Sasuke tak menyetujuinya tetapi mereka tetap bertahan.

Namun kebahagiaan itu hilang ketika sekitar 2 tahun lalu, Naruto yang mengetahui ia terkena Kanker otak stadium 3, memutuskan untuk melakukan perawatan di negri Suna. Ia berbohong kepada Sasuke bahwa akan melanjutkan pendidikan disana. Awalnya Sasuke tak menyetujuinya namun berkat keras kepala Naruto ia mengikhlaskan kekasihnya pergi.

Selama berada di Suna, Naruto merasa ada yang aneh dengan Sasuke. Bulan-bulan pertama mereka berpisah Sasuke masih rajin menghubunginya. Tetapi sekitar 2 bulan kemudian ada yang berubah bahakan ia sudah tak pernah menghubungi Naruto, ketika Naruto menghubungi balik ia menghindar. Akhirnya firasat itu terbukti, Sasuke memutuskan hubungan mereka melalui telepon. Betapa hancurnya hati Naruto yang tak percaya Sasuke melakukan hal itu. Dan tak lama kemudian ia mendapat kabar dari Ino, salah sepupunya bahwa Sasuke telah memiliki pacar baru.

Naruto yang berjuang hidup demi Sasuke, mendengar kabar itu semakin membuat harapan hidupnya hilang… ia menahan rindu demi sang kekasih, tetapi apa yang dia berikan?

Penghianatan…..

.

"Ah, pertemuan dengannya hari ini membuat kepalaku pusing." ujar Naruto sambil mengambil sebuah obat dari dalam tasnya dan meminumya. Obat itu obat penahan sakit di kepalanya, meskipun ia telah berobat selama 2 tahun ternyata peyakitnya tak bisa disembuhkan kanker itu semakin mengganas dan telah mencapai stadium 4.

"Naru-chan, daijoubu ka?" tanya Ino sepupu Naruto.

"Un, aku baik-baik aja kok Ino-chan." Seulas senyum yang dipaksakan terpancar diwajah Naruto.

"Sejak kapan kau bisa membohongiku Naru? Katakan apa tadi ada yang terjadi? Lihat wajahmu pucat, sudah minum obat?" Ino menghampiri Naruto dan meletakan tangannya di kening Naruto.

"Sudah Ino, tadi aku hanya bertemu,… Sasuke." lirih suara yang dikeluarkan Naruto saat menyebutkan nama orang itu.

"Apa! Si cowo kurang ajar itu! Apa kau yang menemuinya Naru?" emosi Ino terlihat sangat meluap ketika Naruto mengatakan nama itu.

"Tidak, aku bertemu dengannya di jalan dan ia bersama gadis barunya dan saat menatapku ia bersikap seolah-olah tak pernah mengenaliku. Perih ya 6 tahun kebersamaan kita begitu mudah dilupakannya dan tergantikan yang lain." Naruto mulai mengeluarkan butiran airmatanya, Ino yang melihat kerapuhan saudara sepupunya hanya bisa memeluk sambil menenangkan Naruto.

"Sudahlah Naruto, masih banyak pria yang lebih baik dari si brengsek Uchiha itu. Kau harus tegar! Masih ada aku,dan teman-teman mu yang selalu ada disampingmu."

"..i-iya, Cuma entah ke-kenapa dada ini sangat sakit. Kapan tuhan mengambil nyawaku ino? Aku lelah, lelah sekali." isak Naruto di dalam pelukan Ino

"Hei hei! Mana Naruto yang ku kenal? Jangan berkata begitu, tuhan masih memberikanmu hidup berarti kau masih dikasih kesempatan untuk menerima cinta sebanyak-banyaknya."

"Sakit ino, sa..k-it…" lalu Naruto jatuh pingsan, tak sadarkan diri. Ino langsung panik dan memanggil suaminya Sai.

"Sai, Sai.. tolong Naru-chan pingsan!" Sai langsung datang ke kamar Naruto dengan segera dan mengangkat tubuh Naruto ke atas ranjang. Dan memanggil dokter pribadi keluarganya.

"Naru-chan.. kamu kuat!" lirih Ino disamping tempat tidur Naruto. Tak lama kemudian Dokter Kabuto datang dan memeriksa Naruto.

.

Dokter mengatakan bahwa Naruto mengalami shock yang lumyan mengguncang jiwanya. Dan disarankan bahwa ia harus menjauhi dari hal-hal yang membuatnya jadi pikiran jika tidak kanker itu semakin menggerogoti sistem kinerja otaknya.

"Apa yang harus kita lakukan, sayang?" Ino bertanya pada sang suami

"Bagaimana kalau kita membawa Naru-chan ke pedesaan. Kebetulan aku mendapat tugas melukis pemandangan desa. Mungkin dengan begitu Naruto akan sedikit melupakan orang itu." saran Sai

"Baiklah, besok kita berangkat, semakin cepat semakin baik."

.

.

-next day-

Keadaan Naruto telah stabil, maka Ino dan Sai langsung berangkat pagi-pagi sekali menuju sebuah desa bernama Amegakure. Disana mereka akan tinggal di rumah salah seorang keluarga Sai. Hari ini Naruto mengenakan pakaian terusan berwarna putih selutut, rambut pirang cerahnya dibiarkan tergerai dengan jepitan kupu-kupu menghiasi sisi kanan rambutnya. Membuat Naruto terlihat sangat manis sekali, walaupun begitu perhatikan sorot matan birunya sangat kosong dan hampa.

"Kamu sudah siap Naru-chan?" Ino berdiri di samping mobil sambil memasukan koper-koper.

"Iya, Ino-chan. Adakah yang bisa kulakukan? Aku bosan jika hanya duduk menunggu kalian, padahal aku kan mau ikut bantu-bantu." Naruto merengut seperti anak kecil

"Hei, kau itu baru sembuh Naru, bagaimana kalau kamu buatkan Nii-san teh untuk diperjalanan." Sai tiba-tiba muncul dari belakang dan mengacak-ngacak rambut Naruto.

"Un, baiklah akan Naru buatkan teh paliing enak dan menyegarkan. Ino-chan mau juga?" tawar Naruto dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

"Baiklah, aku juga buatkan ya." Ino berkata sambil menghampiri suaminya di depan pintu.

"Siapp!."

Danzo Sai, adalah suami dari Yamanaka Ino, sepupu Naruto. Umur Sai dan Ino hanya beda 3 tahun. Sai berumur 28 sedangkan Ino 25. Mereka bisa dikatakan pasangan muda dan masih baru. Naruto yang masih berumur 22 menganggap Sai seperti sosok kakak baginya, makanya ia sangat menghormati Sai.

.

3 jam perjalanan di tempuh dari Konoha menuju Amegakure. Beberapa kali sempat berhenti di rest area. Dan sampailah mereka di sebuah desa yang tenang, meskipun ini desa tetapi keadaan disini sama halnya seperti di kota, yang membedakan hanyalah udara disini sangatlah sejuk. Beberapa orang lewat saling memberi salam dan senyum. Desa yang penuh keramahan.

-Naruto POV-

Amegakure, lumayan jauh dari Konoha. Tetapi suasana disini membuatku nyaman dan tenang. Kulihat Ino dan Sai nii-chan masih tetap fokus memandang jalan, sesekali mereka saling tertawa mesra. Ah.. aku sangat iri pada kedekatan mereka, seandainya saja orang itu masih bersamaku apakah aku akan seperti Ino dan Sai nii-chan?.

Sudah, aku harus tegar! Ini belum seberapa kan Naru? Aku pernah mengalami hal yang lebih buruk dari sekedar ditinggalkan olehnya.

"Naru-chan kita sampai." Suara Ino memecahkan lamunanku. Syukurlah Ino menyadarkanku dari lamunan, jika tidak pasti aku akan terbawa suasana lagi.

Begitu kubuka pintu mobil, udara sejuk pegunungan langsung menerpa pipiku. Dingin memang, tetapi tak sedingin hatiku sekarang. Di hadapanku berdiri sebuah rumah bergaya tradisional jepang sekali. Pintunya terbuat dari kayu, dan ada beberapa pembantu yang sedang membersihkan halaman. Rumah ini mungkin paling besar diantara yang lain.

Kemudian saat aku sedang membantu Ino mengeluarkan barang, sorang pemuda berambut seperti err.. nanas? Hump- aku menahan ketawa melihat model rambut aneh nya itu. Tetapi pertahananku jebol juga.

"Whahahha.." tawaku dengan kencang hingga membuat Ino dan Sai nii-chan menatapku bingung.

"Cih, apa yang kau tertawakan Onna?" si pemuda nanas itu membuka suara.

"Hehhe, maaf habis, rambutmu sangat aneh hihihihi." Gelak tawaku terdengar lagi, tak lama kemudian kulihat wajahnya yang menatapku heran membuatku menghentikan tertawa.

"Maaf hehe, ano.. kamu siapa ya?"

"Nara Shi-."

"AH! Naru-chan.. Ino-chan..Sai-kun, Selamat datang ayo masuk-masuk," Seorang pria berumur sekitar 40 tahunan dengan luka melintang diwajahnya menyambut kami dengan ramah, ya dia adalah Iruka jii-san saudara jauh Sai.

"Oy Shika! Ayo cepetan bantuin Naru-chan ngangkatin barang, jangan tidur mulu kerjaanmu." Teriak Iruka jii-san pada pemuda yang tadi bersamaku dan ternyata ia sudah tertidur sambil menyender di mobil.

"Iya iya, cih merepotkan saja." Jawabnya malas-malasan.

"Hai, aku Naruto tadi kamu belum selesai memperkenalkan diri." Aku coba mengakrabkan diri pada pemuda dihadapanku ini dan memberikan senyuman ter—palsuku.

"Hentikan senyuman itu, bertingkahlah menjadi dirimu sendiri."

JLEP! Perkataannya serasa menusuk kedalam hatiku, bagaimana ia tau? Selain Ino dan Sai nii-chan tak ada yang bisa mengenaliku saat aku berakting. Apa dia bisa membaca….

"Aku tak membaca pikiranmu, hanya terlihat jelas di wajahmu. Namaku Nara Shikamaru, murid dari Iruka sensei." Pemuda itu mengenalkan dirinya padaku.

"Uzumaki Naruto, salam kenal Shika-kun." Kulihat wajahnya sedikit merona, entah arena udara yang dingin atau apa. Kemudian ia mengangkat semua bawaanku ke dalam rumah.

-End Naruto POV-

.

.

Di sebuah gedung perkantoran yang terletak di pusat kota Konoha, terlihat para pegawainya sibuk mondar mandir di sepanjang jalan. Di salah satu sudut meja kerja editor seorang gadis bercepol dua sedang menelpon temannya.

"Ah, baiklah Ino aku akan katakan pada Neji mengenai ijinmu ini. tenang saja jika ia tak mengijinkan ia tak akan dapat jatah kencan! Ahhahah. Salam buat Naruto ya." Suara gadis itu terdengar memenuhi ruangan editor.

'Baiklah kuserahkan padamu ya Tenten. Jaaa.'

Kemudian telpon itu ditutup. Gadis bernama Tenten itu segera menuju ruangan atasannya yaitu Neji Hyuuga.

"Ada apa?" jawab sang pemimpin tanpa melihat ke objek yang datang

"Aku hanya ingin menyampaikan bahwa Yamanaka Ino, mengambil cuti selama seminggu untuk pergi ke suatu tempat menemani sepupunya terapi."

"Maksudmu? Naruto?"

"Yup! Naruto kan sudah kembali dari Suna sekitar 4 hari lalu." balas Tenten langsung duduk dihadapan sang atasan.

"Bagaimana keadaannya, ia sembuh total?" Neji mulai memfokuskan pandangannya pada Tenten. Bagaimanpun ia adalah sahabat Naruto dan juga sahabat orang itu.

"Buruk, apa boleh ku katakan sudah tak ada harapan. Kau tau terapinya di Suna gagal. Kanker itu semakin menggerogoti otaknya. Makanya Ino mengajak Naruto ke desa agar ia bisa melupakan orang itu." Tenten terlihat malas ketika harus membicarakan hal yang menjurus ke orang itu. Sebagai sahabat Ino, ia mengenal Naruto dengan baik juga.

"Maksudmu?"

"Menurut Ino, kemarin Naruto tak sengaja bertemu dengan sahabat baikmu itu. Dan kau tau ia bertemu ketika orang itu bersama kekasih barunya dan seolah-olah tak mengenal Naru."

"…"

"Neji, jika kau bertemu dengannya tolong katakan. Jangan sakiti Naruto lagi, kau tak mau kan sampai 'orang itu' tau dan mengamuk?"

"Baiklah…" Neji masih terdiam

"kalau begitu aku permisi.."

.

Saat ini Naruto dan lainnya sedang duduk ruang tengah di dalam kotatsu. Maklum karena cuaca di Amegakure sangat dingin dan juga dirumah Iruka tak menyediakan sofa atau sejenisnya, maka mereka menghangatkan diri disana sambil menikmati ocha dan senbei.

"Jadi, kalian akan menginap sampai kapan? Jangan katakan hanya beberapa hari, karena aku tak akan mengijinkan kalian pulang!." Ancam Iruka pada Ino dan Sai.

"Ah, Jii-san kami akan lama kok disini. Terutama Naruto tapi kalo aku mungkin seminggu lagi sudah kembali karena masih ada pekerjaan disana." Ino menjelaskan pada Iruka sambil menyeruput teh hijaunya.

"Benarkah itu Naru-chan?"

"Iya," Naruto menatap wajah Iruka dengan datar. "Maaf paman, apakah disini ada supermarket ada yang ingin kubeli."

"Ada di ujung jalan, Shikamaru bisa menemanimu kesana."

"Hum. " Naruto beranjak dari tempat duduknya dan berjalan dengan tatapan masih datar dan pandangan kosong. Ketiga orang yang menyaksikan itu tersenyum miris melihat Naruto kembali ke sosoknya yang dulu. Sosok yang dingin, tanpa perasaan.

.

-di tempat lain-

Sepasang mata onyx memandang serius layar laptop dihadapannya, tangannya tak berhenti mengetikan beberapa kalimat. Sesekali ia mengacak rambut ravennya yang mencuat ke atas. Akhirnya tak berapa lama kemudian ia menghentikan aksi pertarungannya di depan layar laptop.

Pikirannya kembali pada kejadian 2 hari yang lalu, saat ia bertemu lagi dengan 'Mantan kekasihnya'. Ia tak menyangka gadis itu akan kembali secepat ini, ia mengira gadis itu akan kembali beberapa bulan lagi. Di hati kecilnya ia merindukan sosok gadis itu. Tetapi godaan setan mengalahkan hati kecilnya. Ia merasa gadis itu tak cocok untuk hidup bersamanya.

6 tahun memang bukan waktu yang sebentar, ia sadar betul akan hal itu. Kebersamaan susah dan senang mereka lalui. Tetapi apa boleh dikata, salahkan dia yang pergi dengan alasan melanjutkan pendidikan di negri Suna. Ia tak kuat mengahadapi hubungan jarak jauh. Ia membutuhkan sosok yang ada selalu disampingnya dan itu tak di dapatkan dari gadis itu.

Tok..tok..

"Masuk." Jawabnya datar

"Hai, Sasuke. Apa kau sibuk?" Neji salah seorang sahabat baiknya datang mengunjungi kantornya seperti biasa.

"Hn."

"ih, kau ini. ow ya apa kau tau Naruto sudah kembali?" Neji membuka pembicaraan yang membuat sang direktur utama Uchiha Sasuke mengeluarkan 4 kedutan di dahinya.

"Hn."

"Kudengar kalian kemarin lusa bertemu ya?."

"Buka urusanmu dan itu tak sengaja. Aku tak mengenalinya sudah kuanggap ia tak ada." Sasuke menjawab dengan wajah tetap menghadap ke layar laptop.

"Ckckck kejam sekali kau Sasuke, hanya karena kau tak kuat menjalani hubungan jarak jauh kau mencampakannya dan sekarang bersama si nona Haruno itu." Neji melipat kedua tangannya di dadanya dan duduk dengan bersila kaki.

"Dia duluan yang meninggalkanku, bahkan sempat sebulan lebih tak menghubungiku. Dimana dia saat aku membutuhkannya, sekarang apa aku salah meninggalkannya?"

"Salah. Apa kau tak pernah mencari tau apa yang ia lakukan disana?"

"Tak penting."

"Hah~ Sasuke kutanya satu hal lagi. Apa kau masih mencintainya?" Neji menatap Sasuke dnegan tajam.

"Tidak."

"Yakin?"

"Hn, lebih baik dia menghilang selamanya. Aku sudah tak mengharapkannya lagi." Jawab Sasuke mantap.

"Kalau begitu ku harap setelah ia pergi meninggalkanmu- ah tidak meninggalkan kita semua tak ada penyesalan dalam hatimu."

"Apa maksudmu Neji?" Sasuke memperhatikan lawan bicaranya dengan menaikan sebelah alisnya.

"Karena kau sudah yakin tak akan menemuinya, kuharap kau benar-benar menepati perkataanmu tadi. Aku tak mau melihat Naruto pergi dengan penuh kesakitan dan aku tak mau mengambil resiko juga kalau orang itu akan mengamuk."

"Jelaskan apa maksudmu!" Sasuke mulai kesal dengan Neji yang berbelit-belit

"Kanker otak. Naruto selama ini menjalani terapi kanker di Suna. Ia sengaja meyembunyikan darimu agar kau tak merasa kasihan padanya. Ia berjuang melawan kematian disana sendirian," Neji memotong pembicaraannya sebentar. Sedangkan Sasuke menunjukan wajah keterkejutan. "Tetapi saat ia sedang dalam amabang hidup dan mati, kau memutuskan jalinan hubungan kalian dan akhirnya ia jatuh dalam jurang kematian. Kanker itu semakin menggerogoti otaknya hingga ia gagal menjalani terapi disana, maka ia memutuskan kembali ke Konoha."

"Kau bohong kan? Kau hanya mengarang cerita agar aku merasa bersalah!" bentak Sasuke di hadapan Neji sambil mencekram kerah baju Neji.

"Tidak, sejak kapan aku bisa bercanda di hadapanmu Sasuke. Naruto memang menderita Kanker, dan sekarang ia telah mencapai stadium 4. Aku kesini untuk mengatakan padamu bahwa jangan lagi kau menyakitinya, walaupun aku sahabatmu tapi tak kubiarkan kau menyakiti Naruto. Sudah cukup ia menderita jangan ditambah dengan kau lagi Sasuke." Neji melepaskan cengkraman Sasuke dan pergi meninggalkannya.

"Na-naruto…." Lirih Sasuke sambile menatap kepergian Neji.

.

.

Bulan menampakan cahayanya yang lembut, menyinari kegelapan di malam hari. Sayangnya cahaya itu tak bisa menembus kegelapan hati Naruto. Saat ini ia sedang duduk di jendela, memandangi langit malam yang bertaburan bintang. Ia ingat dulu ia selalu menghabiskan waktu bersamanya di balik jendela aprterment orang itu. Saling berbagi kehangatan satu sama lain.

Sekarang? Biarpun angin malam menerpa tubuh mungilnya, tetapi tak bisa mengalahkan dinginnya hati Naruto. Perlahan tetesan air mata itu kembali meluncur dari kedua bola mata safirnya. Ia terisak perlahan agar tak ada seorangpun yang bisa mendengar ia menangis.

Entah sudah berapa banyak air mata yang dikeluarkannya hanya dengan mengingat sosok itu. Sangat susuah melupakan sosok yang telah bersamanya selama 6 tahun. Susah sekali…semakin ia memikirkannya, semakin sakit dadanya. Seakan-akan hatinya sudah tertancap puluhan jarum.

"Arghh..ahh.." Naruto memegangi kepalanya yang mulai terasa sakit. Ia tau bahwa kanker itu mulai bereaksi lagi. Dengan merangkak ia mencoba mengambil sekotak obat di dalam tasnya. Tetapi belum sampai ke arah tas yang hanya tinggal beberapa centi lagi. Kepalanya kembali di serang rasa sakit yang amat sangat hingga Naruto tertidur di lantai dengan memegangi kepalanya dan air mata terus menerus keluar dan bibirnya sudah pucat.

Ia sudah tak tau air mata itu untuk Sosok itu atau karena kesakitan. Ia hanya berharap tuhan segera mencabut nyawanya, ia sudah pasrah ia terlalu lelah menghadapi cobaan ini.

"Ah…arrrgaahhhh…." Naruto kembali mengejang kesakitan. Ino yang mendengar raungan dari kamar sebelah segera membangunkan Sai dan menuju ke kamar Naruto.

Brak! Pintu kamar naruto di dobrak oleh Sai, alangkah terkejutnya mereka melihat Naruto teletak di lantai dengan memegangi kepalanya.

"Naru, Naru! Tahan sebentar akan ku ambilkan obat." Ino terlihat panik mencari-cari obat di dalam tas Naruto.

"I-i-ino…" Naruto jatuh tertidur tak sadarkan diri dengan mulut yang mengeluarkan darah.

"Narutooooo!."

.

.

TBC/

masih boleh publish cerita kan?

hum ceritanya, kependekan ya? ntr chap depan kanon usahakan di panjangin.

ditunggu saran, kritik, sanggahan, sumbangan, di kotak REVIEW hheheheh xp

sankyuu +hugs+