TITLE: Good Things Take Time

RATE: M

GENRE: Romance, Humour, Drama

LENGTH: Oneshot

DISCLAIMER : semua tokoh punya YME, yang saya punya Cuma plot dan typo yang bertebaran di ff gaje ini. Jika ada kesamaan plot, nama tempat, dll. Itu semua murni Cuma kebetulan.

SYNOPSIS: semua teman Wonwoo sudah pernah melakukan hubungan 'itu' dengan kekasih mereka. Sedangkan Wonwoo tidak. Wonwoo jadi resah. Padahal kekasihnya itu Kim Mingyu, bujangan paling diminati di Seoul. Sebenarnya apa yang salah? Apa Mingyu sudah tidak cinta Wonwoo lagi, atau bagaimana? MEANIE! GS!

This is a Genderswith. Please just close the tabs if you don't like any of 'genderswitch'. Please do not bash. I was just write my wild imagination into this absurd ff :)) please enjoy :))

.

.

.

Pikiran Wonwoo masih melayang-layang pada kejadian beberapa saat yang lalu. Padahal kini ia sedang duduk berhadapan dengan kekasihnya yang paling tampan, Kim Mingyu.

Mereka sedang menikmati makan malam istimewa.

Ya, istimewa. karena Mingyu yang memasak.

Mereka berdua makan dalam damai, dan sesekali terdengar suara Mingyu yang mengajak kekasih hatinya itu berbicara, meski tidak ditanggapi apapun oleh gadis Jeon tersebut.

Lagi-lagi, tangan kanannya hanya mengaduk isi makanan diatas piring tanpa minat. Isi pikirannya kembali pada ingatan akan perbincangan ia dan teman-temannya siang tadi.

FLASHBACK ON.

Wonwoo sedang berada di basecamp geng-nya. Ya, genk yang terdiri dari Lee Jihoon, Boo Seungkwan, Lee Chan, Xu Minghao, dan dirinya sendiri.

Mereka berteman sangat akrab. Sejak bangku sekolah menengah pertama hingga kini, mereka semua sudah jadi para wanita karir.

Basecamp itu sendiri merupakan apartemen tempat tinggal Lee Jihoon, selain karena tempatnya yang paling luas, tempat itu berada di tengah kota. Sehingga mereka tidak perlu repot berjalan jauh.

Dan kini Wonwoo sedang berjalan menuju laci nakas di kamar Jihoon, sedang mencari sesuatu disana hingga tangannya menyentuh sesuatu didalam laci.

Wonwoo menggapai benda tersebut, dan terperanjat kaget saat mendapati isinya. Semakin penasaran, Wonwoo mengorek laci nakas Jihoon lebih dalam. Dan itu bahkan lebih membuatnya kaget.

"yak! Lee Jihoon!" teriak Wonwoo heboh kepada temannya yang sedang berkumpu di ruang tamu. Biasa, bergosip.

Wonwoo berjalan dengan kecepatan penuh menuju tempat para sahabatnya berada.

"wae Wonwoo-ya?" tanya Jihoon melihat sahabatnya yang biasa super cuek jadi kalang kabut seperti itu.

"apa ini?!" Wonwoo melemparkan sesuatu yang sedari tadi ia genggam keatas coffee table , sesuatu yang membuatnya kaget setengah mati di kamar Jihoon.

Jihoon yang sedan berada disana bersama Chan hanya mengangkat alis mereka heran.

"ehm… kau benar-benar tidak tahu apa itu?" tanya Chan dengan nada santai. Sedangkan Jihoon tetap tidak bereaksi. Ia masih menyandarkan tubuhnya pada sofa, seolah apa yang Wonwoo temukan bukanlah hal hebat.

"itu adalah kondom, aku benar kan?" tiba-tiba saja Xu Minghao, si polos yang seringkali menjadi objek bully mereka datang dan menyebutkan nama benda yang sedang teronggok diatas coffee table tanpa merasa bersalah.

"dan ini juga!" Wonwoo kembali melemparkan sesuatu. Berbentuk sebuah lembaran yang didalamnya terdapat beberapa kapsul.

"ah! Kalau ini aku tidak tahu. Mian." Minghao menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Kemudian terkekeh polos.

"itu adalah pil kontrasepsi. Wae?" kini Jihoon yang menjawab pertanyaan Wonwoo.

"aku tahu benda apa itu semua! Yang kutanyakan adalah, kenapa kau bisa memiliki benda seperti itu? Sebenarnya sudah sejauh apa hubunganmu dengan Soonyoung?!" tanya Wonwoo sengit dengan penuh emosi di setiap intonasinya.

Jihoon, Minghao, dan Chan saling bertatapan. Mereka kemudian hanya menyeringai geli. Jihoon kembali bersikap santai seperti biasa.

"Wonwoo-ya. Memangnya kau pikir apalagi yang akan dilakukan oleh orang dewasa jika mereka sudah menyimpan itu semua di kamar mereka? Lagipula kenapa kau kaget sekali? Seperti kau dan Mingyu tidak pernah saja…" jawab Jihoon kelewat santai sambil menyeruput jus jeruknya.

Wonwoo memelototkan bola matanya mendengar ucapan Jihoon. Ia kemudian berkacak pinggang dihadapan semua sahabatnya.

"yak! Jangan bilang kau dan Soonyoung… sudah melakukannya?!" cerca Wonwoo.

"memang sudah. Kami bahkan sering melakukannya. Ah! Apa kau lihat ada sebuah kertas jadwal yang ditempel di dinding kamarku? Itulah jadwal percintaanku dengan Soonyoung." Kali ini sambil mengikir kukunya yang sudah indah Jihoon kembali berbicara.

"ya! Apa kau sadar dengan apa yang sudah kau lakukan?!"

Jihoon mulai jengah dengan tingkah sahabatnya ini. Ia kemudian mendelik dan menuding balik wajah Wonwoo dengan jari telunjuknya.

"ish! Kau ini! Berlebihan sekali! Memangnya kenapa kalau aku dan Soonyoung sudah melakukannya? Chan dan Seokmin juga sudah melakukannya!" ucap Jihoon sambil menolehkan kepalanya memandang Chan yang sedari tadi hanya mendengarkan.

Dengan tatapan tidak percaya, Wonwoo bertanya pada Chan bahwa apakah benar yang dikatakan Jihoon.

"euhm.. ne. aku dan Seokmin sudah pernah melakukannya. Kami bahkan… melakukannya dengan rutin." Jawab Chan malu-malu.

Wonwoo menatap Chan dengan tidak percaya.

"ah! Setahuku Hao juga sudah melakukannya dengan Jun!" tambah Chan seolah tidak ingin disalahkan sendirian. Ia kini menunjuk Hao yang malah menunjukkan wajah memerah malu-malunya.

"benarkah itu, Hao?"

"ehm… ne. aku tidak pernah mengatakannya padamu, tapi aku dan Jun… sudah pernah. Mianhe." Meski tergolong gadis polos, tetapi Hao mengerti tentang topic apa yang sedang mereka bicarakan.

Wonwoo kini menatap tidak percaya ketiga sahabatnya. Ia baru saja ingin kembali mengoceh, namun tertahan oleh suara ceria dari seorang Boo Seungkwan yang melengking.

"annyeong!"

"ya! Seungkwan-ah! Darimana saja kau! Sekarang baru ti-ah!" Chan menghentikan kicauannya untuk Seungkwan Karena tiba-tiba saja matanya menatap sesuatu yang mencurigakan.

Jihoon juga turut memelototkan matanya saat ia mendapati leher Seungkwan penuh dengan bercak merah kebiruan yang tampak dari kerah kemejanya.

"ya! Gadis ini! Apa sebelum kemari kau 'bermain' dulu dengan Hansol, makanya terlambat?!" cecar Jihoon.

Seungkwan segera memerah wajahnya. Kenapa teman-temannya bisa tahu, batinnya.

"lehermu yang seperti digigit vampire itu terlihat, bodoh."

"lain kali kalau habis 'bermain' jangan pakai baju seperti itu. Sepanjang jalan kau memberi tontonan kepada orang banyak."

"kenapa kau tidak rapih sekali, mainnya? Seungkwan-ah?"

Ketiga temannya yang sudah berpengalaman memberikan komentar mereka, kecuali Wonwoo. Dan hal itu membuat Seungkwan bersyukur sekaligus heran.

"ada apa, Wonie? Tidak biasanya kau diam begini."

Tiba-tiba saja Wonwoo menjatuhkan tubuhnya diatas sofa empuk milik Jihoon.

"jadi kalian semua… sudah pernah melakukan hubungan… hubungan intim?" tanya Wonwoo seperti menyangsikan.

Mereka berempat saling bertatapan kemudian mengangguk tanpa rasa bersalah.

"sebenarnya ada apa, Wonu-ya? Kenapa kau kelihatan kaget sekali, memangnya kau dan Mingyu tidak pernah melakukannya?" tanya Chan mulai penasaran.

"eyy… mana mungkin belum pernah. Wonwoo dan Mingyu itu sangat mesra. Mereka juga sangat serasi. Yang satu tampan, dan satunya cantik." Seungkwan turut menimpali.

"uhm! Terkadang aku suka ngeri melihat cara Mingyu menatap Wonwoo! Seperti Mingyu ingin memakan Wonwoo bulat-bulat!" kali ini ucapan Hao yang membuat mereka mendelik lucu.

"kau belum pernah melakukannya, ya? Wonwoo-ya?"

TEPAT. Ucapan Lee Jihoon 100% tepat!

Wonwoo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia menganggukkan kepalanya pelan. Namun segera berkata,

"tapi aku dan Mingyu tidak perlu melakukannya. Hubungan kami didasari cinta!"

Mendengar ucapan Wonwoo, ketiga temannya jadi kesal. Sehingga mereka berniat memanas-manasi Wonwoo.

"ya! Jadi menurutmu aku dan Soonyoung tidak melakukannya karena dasar cinta? Hanya karena nafsu, begitu?!" cerca Jihoon.

"uhm. Lagipula, Wonwoo-ya. Aku pernah baca di sebuah majalah, riset membuktikan bahwa seorang pria yang sudah pernah berhubungan intim dengan kekasihnya, akan lebih mencintai kekasihnya tersebut!" Chan yang juga kesal mulai mengikuti permainan.

"yeah, dan dengan melakukannya secara rutin, akan mengurangi resiko pacar selingkuh. Benar tidak?" kali ini Seungkwan.

"uhm! Maja! Dan yang pasti… rasanya nikmat." Minghao mengatakannya dengan wajah merah merona. Membuat mereka bertiga merasa sangat senang karena baru kali ini Minghao berhasil diajak kerja sama meski tanpa persetujuan dahulu.

Wonwoo gelagapan. Ia sudah kalah telak. Tapi ia masih saja mencoba mencari alasan.

"tapi… apakah cinta harus dibuktikan dengan sex? Bisa saja tidak, kan?" ucap Wonwoo pelan.

"justru aneh kalau tidak. Ah! Maksudku, di zaman modern seperti sekarang ini hal seperti itu sudah tidak lagi tabu, Wonwoo-ya. Dan menurutku sex bisa jadi lambang sebuah cinta?" Jihoon berusaha menerangkan dengan suara lembut. Ia hanya mengatakan apa yang otaknya pikirkan.

"menurutku juga begitu. Percayalah, Wonie. Hubungan kalian akan terasa berbeda setelah melakukan 'itu' kau harus mecobanya sesekali dengan Mingyu." Seungkwan turut berusaha mengotori otak seorang Jeon Wonwoo.

"aku bukannya berusaha menakuti dirimu, Wonu-ya. Tapi menurutku Jihoon ada benarnya. Jika pasangan kita tidak mau diajak untuk berhubungan seperti itu, kesetiaan mereka patut dipertanyakan. Bisa saja bukan, mereka memiliki orang lain dibelakang kita?" ucapan Chan tanpa sadar membuat hati Wonwoo menjadi gundah.

Dan Minghao yang menyadarinya hanya mengelus bahu Wonwoo perlahan, berusaha menghiburnya.

"ah, aku minta maaf Wonu-ya. Aku tidak bermaksud begitu. Tapi, apa kau sudah pernah mengajak Mingyu melakukan hal 'itu'?" Chan kembali berucap setelah menyadari ada kesalahan dalam ucapannya.

Sambil menyandarkan kepalanya di bahu Hao, Wonwoo menggelengkan kepalanya ringan.

"kalau begitu tidak ada salahnya kau ajak dia." Saran Jihoon.

Tiba-tiba saja Hao memekik keras, membuat mereka semua terkaget-kaget.

"ada apa, Hao-ya?"

"aku punya rencana! Bagaimana bila kita…" Minghao memberikan gerak isyarat agar teman-temannya mendekat dan membisikkan idenya itu kepada mereka.

FLASSHBACK OFF.

Wonwoo terus memikirkan rencana yang Hao lontarkan tadi sore kepadanya. Ia merasa sangat malu untuk melakukan hal itu. Ia bahkan sudah mempersiapkan rencananya dengan baik dan matang. Hanya tinggal menjalankannya saja.

Tapi tetap saja, Wonwoo adalah wanita yang punya harga diri. Dan jika ingin menjalankan rencana Hao, maka ia harus merelakkan harga dirinya jatuh untuk malam ini.

"ada apa, sayang? Makanannya tidak enak?" tanya Mingyu tiba-tiba membuyarkan lamunan Wonwoo.

"aniya! Makanannya enak. Hanya saja… aku sudah kenyang. Tadi sore aku dan yang lain mencoba makanan baru di café. Hehehe. Maafkan aku.." Wonwoo berucap dengan lirih. Ia merasa tidak enak hati pada Mingyu yang sudah capek memasak untuknya.

Tapi Mingyu hanya tersenyum maklum. Ia pastinya sudah mengerti siapa itu 'yang lainnya'. Akhirnya ia hanya mengelus kepala Wonwoo pelan dan berkata

"ya sudah kalau begitu, jangan dipaksakan. Sisanya bisa dimasukkan kedalam refrigerator."

Kemudian Mingyu bergegas membawa piringnya dan Wonwoo ke westafel dan mencucinya, meninggalkan Wonwoo yang menggigit bibirnya gugup.

Wonwoo mengikuti langkah Mingyu. Ia kemudian memeluk Mingyu dari belakang. Menempelkan pipinya pada bahu Mingyu yang tegap.

"malam ini menginap disini, ya?" ujar Wonwoo penuh dengan nada manja.

Dan Mingyu sangat hafal kebiasaan Wonwoo yang seperti ini.

"wae? Kau mimpi buruk lagi?" tanya Mingyu sambil mengusap tangan Wonwoo yang mengait erat di perutnya.

"aniya. Aku hanya merindukanmu."

Mingyu terkekeh geli. Ia kemudian membalikan tubuhnya mengahadap Wonwoo setelah selesai mencuci piringnya.

"arraseo. Aku akan menginap. Tapi karena aku punya beberapa pekerjaan, aku akan berada di ruang kerja sebentar. Kau tidurlah duluan. Arrachi?"

"eum!" Wonwoo menganggukkan kepalanya imut, membuat Mingyu lagi-lagi terkekeh dan mengecup dengan gemas ujung bibir Wonwoo.

"cha! Sekarang mandilah. Aku akan membereskan ini dulu. "

"aniya! Kau saja yang mandi! Aku yang akan membereskannya. Sebagai calon istrimu, sudah seharusnya aku yang melakukannya." Tolak Wonwoo. Tentu saja Ia harus mulai membiasakan dirinya sebagai calon istri sejak dini.

Mingyu tahu Wonwoo sama sekali tidak bisa memasak. Dan pria itu sama sekali tidak mempermasalahkannya. Tapi untuk urusan bersih-bersih, Wonwoo harap Mingyu mau mengandalkannya, karena ia sudah bertekad akan menjadi istri yang baik bagi suaminya kelak.

"aigoo.. calon istriku sangat baik. baiklah kalau begitu. Calon suamimu ini akan mandi duluan." MIngyu mengusak surai lembut Wonwoo dengan gemas, kemudian beranjak menuju kamar mandi didalam kamar.

.

.

Wonwoo sudah berada di dalam kamar mandi sejak empat puluh lima menit yang lalu. Sesungguhnya ia sudah menyelesaikan ritual mandinya sejak tadi. Tapi ia tetap sibuk didalam kamar mandi mempersiapkan segala rencana yang sudah ia dan teman-temannya buat untuknya.

Wonwoo kembali melihat helaian pakaian yang baru saja ia beli sore tadi bersama temannya.

Ya, sebuah lingerie hitam berbahan satin yang bisa dengan jelas memperlihatkan tubuh mulus siapapun yang mengenakannya. Dipadu bersama dengan celana dalam berenda yang bisa terlihat dengan mudah jika saja kau sedikit menungging atau berjongkok.

Wonwoo mencoba pakaian tersebut. Ia kini mematut dirinya didepan cermin. Wonwoo hanya mengenakan celana dalam dan lingerie tersebut. Tanpa bra. Maka dari itulah belahan dadanya terlihat jelas. Putingnya juga tercetak.

Teman-temannya berkata bahwa Wonwoo terlihat luar biasa. Pria manapun pasti tergoda. Tentu saja. Tapi Wonwoo merasa ia terlihat murahan. Ia terlihat seperti wanita jalang yang sangat membutuhkan belaian seorang pria.

Wonwoo hampir saja membatalkan rencananya, ia berniat untuk memakai piyamanya kembali, namun entah bisikan setan dari mana, tiba-tiba saja ia memantapkan hatinya dan mengepalkan kedua tangan didepan dada sambil berteriak menyemangati diri didalam hati.

Memakai kimono luaran lingerie tersebut yang juga berbahan satin, ia melangkahkan kakinya menuju ruang kerja tempat Mingyu berada.

Saat ia membuka pintu ruangan tersebut perlahan, ia bisa melihat Mingyu dengan jelas. Lelaki itu sedang mengenakan kacamata yang hanya ia pakai jika sedang bekerja. Dan itu tetap membuat Mingyu terlihat sangat tampan.

Wonwoo berjalan perlahan, saat tiba dihadapan Mingyu, ia dengan gerakan pelan, namun terkesan erotis membuka kimono luarannya, membuat Mingyu yang sedang minum kembali memuntahkan airnya Karena tersedak melihat penampilan Wonwoo.

Bibir, dagu, hingga pakaian bagian atas Mingyu basah. Namun pria itu sudah tidak peduli lagi. Matanya terus menelusuri tubuh Wonwoo yang hanya dibalut kain tipis yang bahkan tidak bisa menutupi bentuk putingnya dengan baik.

Wonwoo berjalan dengan gerakan lambat mendekati Mingyu. Dan setelah tiba disisi pria itu, ia sedikit menundukkan tubuhnya, kemudian memeluk leher Mingyu erat dari samping.

"sayang, apa kau masih lama?" tanya Wonwoo dengan suara lirih, lebih mirip desahan, lebih tepatnya. Didepan telinga Mingyu.

Bulu kuduk MIngyu merinding mendengar suara Wonwoo yang tidak seperti biasanya. Terlebih saat gadis itu berbicara, harum nafas Wonwoo yang hangat dan beraroma strawberry bisa ia rasakan dengan jelas.

"aku…" MIngyu tercekat. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Tentu saja, ia merasa sangat tergoda dengan pemandangan dihadapannya ini. Ia adalah pria normal. Sangat normal. Apalagi yang menyuguhi pemandangan ini adalah perempuan yang kau cintai.

Mingyu sadar bahwa ia tidak bisa mengalihkan pandangan matanya dari seluruh tubuh Wonwoo. Matanya dengan jelas melihat belahan dada yang terekspos, paha yang mulus, kaki jenjang, leher yang indah, dan itu – puting Wonwoo yang tercetak jelas dihadapannya. Ia tidak munafik. Ia suka itu.

Tetapi sesaat setelah alarm dalam kepalanya berbunyi, dan jiwa kelelakiannya mulai terjaga, ia akhirnya mendapatkan kesadarannya kembali.

"sebenarnya apa yang sedang kau lakukan, Jeon Wonwoo?" tanya Mingyu frustasi. Ia memalingkan wajahnya dari tubuh Wonwoo.

Mendengar nada suara Mingyu yang terdengar emosi, Wonwoo terperanjat. Ini tidak sesuai ekspektasinya. Tiba-tiba saja keberaniannya menciut. Sehingga ia diam saja saat Mingyu berusaha melepaskan pelukan yang Wonwoo lakukan pada leher Mingyu.

Pria itu bangun dari duduknya, kemudian beranjak mengambil kimono luaran yang Wonwoo tanggalkan begitu saja.

Ia kembali merentangkan kimono tersebut untuk menutupi tubuh Wonwoo.

Tiba-tiba hati Wonwoo terasa seperti ditusuk belati.

Karena dengan itu, Wonwoo tahu. Bahwa ia sudah ditolak. Bahwa pria yang berkata bahwa ia mencintai Wonwoo tidak mau melakukan hal 'itu' dengan Wonwoo.

Wonwoo menampik tangan Mingyu yang berusaha menutupi tubuhnya, ia kemudian menatap wajah Mingyu dengan matanya yang terasa berkaca-kaca, kemudian memukul dada pria itu sekali, dan berjalan dengan kecepatan luar biasa meninggalkan pria itu sendirian.

.

.

.

"wonwoo-ya, sayang. Kumohon, buka pintunya." Mingyu berjalan mondar-mandir didepan pintu kamar Wonwoo. Sudah satu jam lebih gadis itu mengurung diri didalam kamar.

Hanya terdengar isakan memilukan dari dalam sana. Membuat Mingyu sedikit merasa menyesal. Sungguh, ia paling lemah dengan tangisan wanita. Apalagi jika yang menangis adalah wanita yang ia cintai.

"sayang, jebal… buka pintunya." Masih tanpa reaksi. Mingyu menjambak rambutnya frustasi. Ia mulai kehilangan akal.

"Wonwoo-ya, buka pintunya atau aku akan mendobraknya secara paksa." MIngyu mulai kehilangan kesabaran. Ia mulai menggedor pintu kamar Wonwoo, yang mana malah membuat tangisan Wonwoo terdengar semakin kencang.

Mingyu jadi kembali merasa bersalah. Ia terdiam sesaat, hingga otaknya tiba-tiba saja teringat akan kunci cadangan kamar Wonwoo yang selalu gadis itu simpan didalam laci dapur, membuat Mingyu berjalan tergesa menuju dapur.

Dapat. Mingyu kini sedang berusaha membuka kamar Wonwoo dengan kunci cadangan, dan alangkah terkejutnya ia saat membuka pintu kamar tersebut.

Keadaan kamar yang berantakan, seprai yang sudah tidak terpasang di tempatnya lagi, dan lain-lain.

Wonwoo sedang terbaring memunggunginya, masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi, namun sedang menangis terisak. Membuat Mingyu tidak tega.

Ia berjalan mendekati Wonwoo, kemudian mendudukan dirinya disebelah Wonwoo. Ia mengusap lengan Wonwoo lembut, namun gadis itu memberontak. Ia menampik tangan Mingyu.

Terus begitu hingga akhirnya Mingyu kesal dan ia memutuskan untuk merebahkan dirinya dibelakang Wonwoo, dan mendekap tubuh gadisnya erat, sehingga ia tidak bisa melakukan perlawanan.

"begini lebih baik." ucap Mingyu saat merasakan perlawanan yang Wonwoo berikan, namun terasa sia-sia.

"tenanglah, sayang… eoh? Sayangku…" masih sambil mendekap Wonwoo, tangan Mingyu bergerak untuk mengelus sayang lengan Wonwoo. Ia juga berkali-kali mencium puncak kepala Wonwoo, tak ayal membuat gadis itu sedikit lebih tenang.

Merasa sudah sedikit lebih 'jinak', Mingyu mencoba untuk memutar tubuh Wonwoo agar gadis itu mau menatap wajahnya.

Ia menatap mata Wonwoo yang merah dan basah, kemudian mengusap bagian ujungnya. Dikecup perlahan, kemudian mengecup dahi Wonwoo.

"sebenarnya ada apa, eoh? Kenapa tiba-tiba seperti ini?" tanya Mingyu masih menatap wajah Wonwoo dalam.

Gadis yang ditanya hanya mendengus, ia kemudian memalingkan wajahnya dari Mingyu.

"tatap mataku dan jawab aku, sayang." MIngyu menarik dagu Wonwoo agar pujaan hatinya mau menatapnya kembali.

Berhasil. Wonwoo kembali menatap Mingyu. Namun tatapan tajam yang diberikannya.

"tidak usah memanggilku sayang. Kenyataannya kau tidak pernah menyayangiku." Ucap Wonwoo dengan suara sengau yang terdengar lucu. Sesungguhnya Mingyu ingin tertawa mendengar suara Wonwoo saat ini. Namun ia tahu resikonya. Wonwoo pasti akan semakin marah karena itu.

"kenapa kau menyimpulkan seperti itu, baby? Memangnya apa yang kau tahu?"

Merasa kesal dengan pertanyaan Mingyu, Wonwoo kembali memelototkan matanya.

"aku tahu! Kau sudah tidak mencintaiku lagi!" ucap Wonwoo sambil menyingkirkan tangan Mingyu yang sedang berada di pipinya.

Mingyu menghela nafasnya perlahan. Mencoba mengendalikan diri demi menghadapi perempuan dihadapannya kini yang terkadang bisa sangat keras kepala.

"Jeon Wonwoo, dengarkan aku. Kita sudah menjalin hubungan selama hampir tiga tahun. Apa itu kurang bagimu untuk mengenali karakterku lebih jauh? Kenapa pikiranmu bisa sedangkal itu? Kenapa pula aku mau menghabiskan waktuku disini jika nyatanya aku sudah tidak mencintaimu?" ucap Mingyu lirih, namun sarat akan penekanan.

Membuat Wonwoo merasa gelagapan. Karena pasalnya Mingyu tidak pernah berbicara dengannya menggunakan nada itu.

"itu.. itu.." wonwoo tidak bisa menjawab pertanyaan Mingyu. Ia memalingkan wajahnya kembali.

Mingyu kembali menarik dagu Wonwoo, kali ini tangan kanannya turut bekerja untuk mendorong punggung Wonwoo agar gadis itu mendekat padanya.

"apakah karena aku menolak untuk melakukan hubungan intim denganmu, makanya kau menyimpulkan demikian?" tanya Mingyu lagi. Dengan suara yang serak.

Wonwoo serba salah. Ia malu untuk mengakuinya. Namun memang itulah sebabnya. Tidak lain dan tidak bukan.

Ia hanya menggigit bibirnya. Dan dengan itu Mingyu tahu jawabannya.

Pria tan itu segera memeluk erat wanitanya. Ia menelusupkan kepala Wonwoo di perpotongan lehernya, dan mencium puncak kepala gadis itu.

"astaga… Jeon Wonwoo. Hanya karena itu, kau marah sampai seperti ini?" ucap Mingyu terdengar lega, namun malah membuat Wonwoo mendelikkan matanya.

"hanya karena itu, katamu?! Kau tidak mengerti perasaanku! Aku uring-uringan sepanjang hari, memikirkan kenapa kau tidak juga 'menyentuhku'! padahal teman-temanku yang lain sudah melakukan hal itu dengan kekasih mereka!" cecar Wonwoo, mencoba melepaskan diri dari pelukan Mingyu.

"jadi karena teman-temanmu?" tanya Mingyu setelah melepaskan pelukan Wonwoo.

"kau iri? Kau ingin melakukannya karena teman-temanmu melakukannya?" kembali Mingyu bertanya pada Wonwoo. Kali ini pria itu menatap Wonwoo dengan pandangan tidak percaya.

Wonwoo menundukkan kepalanya. Isak tangis kembali terdengar. Mingyu juga bisa melihat tetesan air mata kembali jatuh.

"a-aniya… aku bukannya iri. Aku hanya…." Wonwoo mencoba menjawab disela tangisannya.

"hanya apa?"

"aku hanya takut. Kau kelihatan tidak ingin melakukannya denganku, aku jadi berpikir bahwa kau tidak mencintaiku lagi. Karena mereka bilang bahwa hubungan sex dalam sebuah hubungan itu penting…" jawab Wonwoo sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Tanpa Wonwoo ketahui, Mingyu tersenyum. Ia kemudian memeluk kembali gadis itu yang kini sedang dalam posisi duduk.

"aigoo… gadisku yang polos…" mingyu memeluk Wonwoo erat, mengusap lembut surainya, sambil sesekali mencium puncak kepalanya.

"sayang, aku bukannya tidak mau melakukan hubungan 'itu' denganmu, hanya saja…"

Wonwoo menatap wajah Mingyu yang kelihatan kebingungan memilih kata.

"hanya saja… aku tidak mau melakukannya sebelum kita resmi menikah. Kau mengerti, kan? Aku punya prinsip untuk tidak merusak sesuatu yang bukan milikku. Aku belum secara resmi menjadikanmu istriku, maka dari itu aku masih belum bisa menyentuhmu."

Wonwoo masih menatap mata Mingyu dalam, masih berusaha mencari sesuatu disana yang ia sendiri tidak tahu apa.

"sayang, aku harap kau mau mengerti, oke? Karena bagiku, jika kau memberikan hal itu padaku setelah kita menikah, maka itu merupakan hadiah terindah untukku."

"kau mau menjaganya sampai nanti, kan? Untukku?" tanya Mingyu pelan, sambil mengusap pipi Wonwoo dengan sayang.

Wonwoo menatap kedua mata MIngyu, kemudian ia menganggukkan kepalanya dan memeluk Mingyu erat. Sambil menggumamkan kata bahwa Wonwoo akan menjaga mahkota miliknya hanya untuk Mingyu.

Wonwoo terus memeluk Mingyu erat, membuat pria itu juga turut gemas dengan tingkah kekasihnya. Ia mencium dahi, mencium puncak kepala gadisnya dengan tenang.

"haaaah… Jeon Wonwoo. Kau tidak tahu saja betapa aku menginginkanmu. Kau tidak tahu betapa sengsaranya aku harus bersolo karir di kamar mandi hanya dengan memikirkanmu." Batin Mingyu sambil terus mengusap lengan gadisnya.

Wonwoo kelihatan mulai mengantuk. Mingyu akhirnya kembali merebahkan tubuhnya dan memeluk Wonwoo erat.

Tiba-tiba ide jahil terlintas di otaknya. Ia menyeringai geli memikirkan bagaimana reaksi nona Jeon ini.

"ah! Sayang, lagipula kau harus menikmati masa-masa bebasmu." Ucap Mingyu.

"memangnya kenapa?" tanya Wonwoo dengan mata yang sudah berat, namun masih belum menutup sempurna.

Mingyu mendekat dan berbisik pada Wonwoo dengan suaranya yang rendah dan terdengar seksi.

"karena jika kita sudah menikah nanti, akan kupastikan aku mendapatkan jatahku setiap hari dan aku pasti akan sulit berjalan" kemudian diiringi kekehan yang hanya dibalas dengan wajah merona Wonwoo dan pukulan ringan di dadanya.

"dasar mesum!"

TBC / FIN ?

Halo semuaaa.. kali ini aku nyoba bener-bener bikin oneshot. Aku bikin ini karena otak lagi suntuk banget. Butuh refreshing, tapi apa daya saat keadaan berkehendak lain : (

Maaf ya bukannya update yang enchante, tapi malah publish yang baru.. hehe

Maafin juga ya endingnya gini doang, php emang. Iya soalnya aku ngetik ini jam setengah sebelas malem.

Oia aku juga mau minta pendapat kalian! Ff ini mau dilanjut ga? Aku udh kepikiran jalan cerita selanjutnya,sih. Tapi liat dulu responnya gimana. Kalau memuaskan insaolo aku mau bikinin sequelnya. Tapi kalo ngga, yaudah? Bye.

Pokoknya review dari kalian sangat berharga! Mwach!

SEE YOU NEXT TIME!