Melodi Alam
By : Pena Bulu
Disc : Naruto milik Mk-sensei
Rated : T
Pairing : SasuFemNaru
Genre : Romance, adventure, ? entahlah, tapi lebih ke travelling xD.
Warning : OOC, FemNaru, aneh, gajelas, typo, alur kecepetan, gak sesuai keadaan. Keadaaan dalam ff Cuma berdasarkan pengamatan saya. Cerita gak detail. Kurang lebihnya harap dikoreksi :D
Summary : Dibawah langit senja dia bersedih, dibawah langit senja dia tersenyum, dibawah langit senja hatinya terpatahkan, juga dibawah langit senja semua terasa terabadikan menjadi kenangan tak terlupakan. SasuFemNaru
.
.
.
Yoo^^ saya kembali dengan nama baru. Ucapkan selamat tinggal pada Naome Haruka xD haha. Selamat Ulang Tahun buat Naruto semoga makin langgeng sama si Teme :3 Tadinya, saya mau update sequel I'm Fine karena emang sengaja itu fic buat ultahnya Naru tapi gajadi dan akhirnya update ini lol xD Ini adalah keisengan dan akibat jiwa travelling saya nih jadi kayak gini. Yosh Happy Reading ya^^ Awas Aneh bin lebay :p
.
.
.
Konoha International High School. Sebuah sekolah dengan siswa kalangan elit. Banyak dari mereka adalah anak ataupun cucu dari para pengusaha kaya raya. Walaupun begitu, nilai akademik mereka tetap diperhitungkan. Banyak juga siswa siswi berasal dari luar Jepang. Contohnya Korea, China, Brazil, dan masih banyak lagi. Walaupun begitu, tak memungkiri adanya siswa siswi beasiswa yang mengandalkan prestasinya. Sebuah pemikiran yang dewasa, tak ada perbedaan kasta diantara mereka.
Disebuah ruang kelas yang tidak ada gurunya, terdapat segerombol siswi yang mengelilingi sebuah meja. Menarik kursi terdekat untuk dijadikan tempat duduknya bergosip ria.
"Hei, bukankah sebentar lagi liburan sekolah?" Tanya seorang gadis berambut pirang panjang dikucir tinggi. Kulitnya putih mulus terawat. Dengan kuku-kuku indah dihiasi nail arts yang terlihat cantik di ujung ujung jarinya.
"Kenapa? Kau ingin mengajak kami berlibur?" Tanya Tenten, gadis cantik bercepol dua berwajah ala chinese.
"Sorry guys, tapi aku akan berlibur dengan Tou-san." Balasnya dengan kekehan kecil. Teman-temannya sendiripun memutar matanya bosan. Gadis yang hobi berdandan itu selalu pergi dengan keluarganya saat liburan. Membuat iri kawan yang lainnya.
"Bilang saja kau ingin pamer, Ino." Sindir Naruto. Gadis pirang panjang sepertinya. Bedanya, Naruto bermata safir dan juga di pipinya terdapat 3 garis halus yang akan semakin nampak saat dia tersenyum. Senyum manis dan terkesan imut itu juga di perparah dengan warna kulitnya yang berwarna karamel. Warna kulit yang eksotis nan seksi.
"Hei, adakah yang tidak punya kegiatan saat liburan nanti?" Tanya Tenten tiba-tiba. Semua mata memandang kearahnya. Biasanya saat liburan, dia akan menghilang tanpa kabar.
"Ada apa? Tidak biasanya. Kau tidak berniat mengajak kami untuk menghilang bukan?" Tanya Temari ragu-ragu. Lagi-lagi, gadis pirang. Shit! Ini bukan perkumpulan gadis berambut pirang. Hanya kebetulan saja mereka memiliki rambut pirang ini.
"Ayo travelling." Balas Tenten dengan senyum merekah. Ajakan ini malah di tanggapi dengan tatapan meragukan dari temannya. Bahkan Naruto pun sudah meletakkan dagunya diatas meja.
"Oh ayolah, aku tidak akan membuat kalian menghilang. Hanya saja tiap kali liburan, aku mengunjungi Nenekku. Kali ini aku ingin mengajak kalian. Bagaimana?" Tanyanya lagi.
"Dimana rumah nenekmu? Dan tempat apa yang akan kita kunjungi?" Tanya Naruto sembari memiringkan kepalanya mengarah pada Tenten.
"Indonesia. Kalian lupa, Ibuku orang Indonesia. Sedangkan Ayahku China. Aku besar di Indonesia sebelum aku pindah ke Jepang 4 tahun lalu. Tempatnya aku akan meminta saran Ibuku dulu. Tapi kujamin tidak akan menyesal." Jelas Tenten dengan mata berbinar.
"Tentu saja kami tidak lupa kau orang blasteran Indo-China. Tapi lebih tepatnya kami tidak tahu hal itu. Kau saja belum pernah menceritakannya pada kami." Sungut Ino merasa kesal dengan gadis blasteran tersebut yang dibalas dengan kekehan ringan.
"Hei kalian." Terdengar suara cempreng yang langsung mengalihkan fokus mereka.
"Kiba! Bisa tidak jika tidak usah berteriak?" Kesal Naruto. Entah apa yang membuatnya diam siang ini. Biasanya dia benar-benar hiperaktif dan juga cerewet. Yang ditegur oleh Naruto hanya membalas dengan cengiran tanpa dosanya.
"Mendokusai!" Cibir Shikamaru, si rambut nanas yang langsung mendudukkan dirinya di kursi kosong dan meletakkan kepalanya diatas meja. Terlelap kedalam mimpi.
Naruto memeluk perutnya, memejamkan matanya erat mencoba mengalihkan rasa ini. Perut sebelah kirinya rasanya seperti ditusuk-tusuk. Maagnya kambuh. Lupa makan malam dan juga tidak sempat sarapan tadi pagi, hari yang sangat baik bukan? Menyebalkan!
"Kalian sedang apa?" Tanya Neji, si tampan Hyuuga bermata albus.
"Biasa, membahas liburan besok. Tenten menawarkan untuk liburan ke Indonesia." Jawab Temari datar.
"Hei Naruto. Ada Sasuke tuh." Bisik Ino yang berada tepat di samping Naruto. Seketika Naruto membuka matanya dan reflek menegakan badannya.
"Argh." Rintih Naruto pelan bersamaan dengan duduk tegaknya. Bergerak membuat rasanya semakin sakit saja.
"Kau kenapa Naruto?" Tanya Tenten yang menyadari ada yang aneh dengan Naruto.
Naruto meringis pelan menahan perih di lambungnya. "Tidak, aku baik." Balasnya dengan senyum yang dipaksakan.
"Biar ku tebak. Kau tidak sarapan? Dan sekarang sakit maag kambuh?" Ucap Sakura yang hanya dibalas dengan kekehan pelan Naruto. Sakura memang berbeda kelas, tapi yeah karena semua guru sedang rapat dan berarti ini jam kosong, murid bebas kemana saja.
"Ceroboh. Ayo kuantar kau ke UKS, apa kau bisa berjalan?" Tanya Ino yang sudah berdiri dari duduknya. Naruto tak menanggapi ajakan Ino, dirinya masih sibuk dengan sakit dibagian perut sebelah kirinya.
"Sas, bisa aku minta tolong?" Tanya Temari.
"Harus aku?" Tanya Sasuke tajam.
"Aku tidak mungkin menyuruh Neji, kau lihatkan tangannya sakit. Shika juga sudah tidur. Dan Kiba. .nah itu dia sudah berkutat dengan game." Jelasnya ketika merasa tidak ada yang bisa dimintai tolong lagi.
"Hn." Sasuke mulali mendekat kearah Naruto untuk membantu gadis itu ke UKS.
"Ah ti-tidak usah. Aku ini berat dan aku bisa jalan sendiri." Ucap Naruto yang langsung berdiri dan sukses membuat sakit di perut bagian kirinya semakin menjadi-jadi.
"Hn." Gumam Sasuke ambigu. Entah kapan, tapi yang pasti iris safir itu sudah membulat sempurna ketika dirinya sudah berada pada gendongan Sasuke untuk dibawa ke UKS.
Di perjalanan, Naruto berblushing ria. Uchiha Sasuke, menggendongnya. Walaupun tengah merasakan sakit, tapi hatinya bersorak gembira.
"Terimakasih." Lirih Naruto sesaat setelah Sasuke membaringkannya di ranjang UKS. Pemuda itu berjalan kearah kotak obat, dan mengambil obat maag dan segera menyambar segelas air mineral yang memang sudah disediakan disana.
"Minumlah." Ucap Sasuke tanpa nada, dan disambut dengan senyum dari Naruto. Gadis itu segera meminum obatnya lalu membaringkan dirinya miring kearah kanan. Tidur memang mengurangi rasa sakit diperutnya.
.
.
.
Sebulan berlalu, liburan sekolah sudah tiba. Naruto bersiap-siap dan memasukkan bajunya pada koper berukuran sedang. Lusa, mereka akan berangkat ke Indonesia. Walaupun tidak tahu tujuan liburannya, Naruto tetap ikut dengan ajakan Tenten. Jarang-jarang dia berlibur di Asia tenggara. Lagi pula orang tuanya pasti sedang sibuk.
2 hari kemudian di bandara Narita.
Naruto berjalan memasuki bandara, kepalanya melihat kesana kemari mencari gerombolan teman-temannya. Senyum lebar terhias di wajahnya ketika melihat Temari. Kakinya segera melangkah cepat kesana. Terlihat Sasuke, Kiba, Neji, juga Shikamaru sudah berkumpul juga Temari dan juga seorang gadis berambut pink sebahu.
"Hai." Sapa Naruto dengan semangat. "Loh, Sasuke? Kau ikut juga?" Tanya Naruto berusaha menyembunyikan nada senangnya.
"Hn." Balas Sasuke tanpa menatap Naruto.
"Yak! Teme pantat ayam! Kau menyebalkan." Teriak Naruto kesal yang tak dipedulikan pemuda itu.
.
.
.
7 jam 15 menit berlalu, akhirnya mereka sampai di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Mereka menunggu di lobi, menunggu Tenten menjemput mereka, sesuai dengan perjanjian.
Sekitar 30 menit kemudian, Tenten baru terlihat. Berlari dengan tergesa-gesa kearah mereka.
"Gomen ne, aku tadi terjebak macet. Ayo cepat, pasti kalian lelah." Ucap Tenten dengan logat bahasa Jepangnya, sebelum mendapat protes dari teman-temannya.
Mereka menuju kendaraan yang dibawa oleh Tenten di parkiran. Banyak pasang mata menatap kearah mereka, lebih tepatnya kearah Sasuke sih. Tidak Jepang tidak Indonesia, dia selalu menjadi pusat perhatian para gadis.
Sesampainya mereka di parkiran, mereka segera berbegas masuk, tak ada yang mengoceh, bahkan Naruto terlelap di dalam mobil karena terlalu lelah. Mereka menuju kerumah nenek Tenten lalu segera beristirahat untuk perjalanan mereka besok pagi. Untungnya, Tenten sudah memesankan tiket tujuan mereka untuk esok hari.
.
.
.
Sektiar 1.5 jam, akhirnya mereka sampai di Aceh. Mereka bergegas menuju Pelabuhan Ulee Lhee, Banda Aceh dan menaiki Kapal tradisional masyarakat setempat dengan waktu tempuh 2 jam untuk sampai ke tujuan mereka. Walaupun begitu, daripada menggunakan fast boat, lebih asik dengan perahu tradisional. Karena pemandangan yang didapat akan lebih lama mengingat dibutuhkan waktu 2 jam untuk sampai tujuan.
Pulau Weh. Pulau paling barat Indonesia. Pulau yang dulu menjadi pusat perdagangan pada masa penjajahan. Pulau ini masih terasa aura-aura kolonial karena peninggalan-peninggalannya. Kota terbesarnya adalah Sabang. Kota Sabang masih terbagi menjadi dua yaitu kota Atas yang terletak di bagian Utara kota Sabang. Juga Kota Bawah yang terletak di selatan Kota Sabang. Kota Atas memiliki deretan gedung kolonial peninggalan Belanda pada masa penjajahan Kota Bawah, merupakan pemukiman tradisional yang banyak restoran, toko, dan warung yang menyajikan Kopi khas Aceh. Luasnya pulau ini kurang lebih hanya sekitar 156,3 km saja, kalau tidak salah.
"Jadi ini yang kau maksud Tenten?" Ucap Naruto yang masih terpana akan keindahan dan kesejukan Pulau Weh. Pulau yang masih asri dan belum banyak pengunjung ini menambah kenyamanan disini. Suasana lenggang dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan sangat cocok untuk refreshing pikiran.
"Yeah, Welcome to my paradise." Balas Tenten dengan senyum bangga.
Indonesia, negara dengan gugusan kepulauan dengan laut yang mengelilinginya. Keindahan alam Nusantara yang belum banyak terdengar publik memilik kesan tersendiri. Masih dapat menikmati keindahan surga dunia Indonesia dengan damai dan tenang merupakan keberkahan sangat besar.
Tak jauh dari pelabuhan Balohan, terdapat sebuah pantai dengan pasir hitam khas tanah vulkanik. Pulau ini terdapat gunung berapi kecil yang aktif di tengah-tengahnya. Tapi, saat ini bukan waktunya untuk menikmati keindahan Pantai Anoi Itam ini.
Mereka segera menuju ke penginapan yang telah dipesan. Beristirahat sebentar lalu saatnya untuk menikmati liburan mereka. Menuju arah timur pelabuhan Balohan, merekai kembali sampai di Pantai Anoi Itam. Paduan tanah vulkanik hitam dengan batuan kapur yang sangat kontras warnanya terlihat semakin indah. Berjarak 13 km dari pusat kota Sabang. Dapat ditempuh dengan kendaraan lokal selama 30 menit.
Air laut dibibir pantai berwarna aquamarine yang indah. Semakin jauh memandang air laut akan semakin nampak berwarna biru safir indah.
Gulungan ombak menjadi pemandangan yang sangat memanjakan mata, suara ombak dan suara gesekan daun kelapa menjadi melodi yang mengalun indah. Detak jantungpun seolah ikut menyatu dengan melodi alam ditanah Nusantara. Bisikan sang raja klana menjadi pelengkap melodi alam indah ini, di tanah Sabang. Desiran dalam diri ketika mata menatap semuanya. Rasanya seperti bebas dari beban-beban.
Naruto terduduk diatas sebuah batu karang dipinggir pantai. Menikmati pemandangan indah yang sangat nagih dan terasa rugi jika meninggalkan untuk menikmati pemandangan ini. Angin yang tidak terlalu kencang khas pantai menerbangkan surai pirang itu. Senyum manis terus terukir diwajah Naruto.
"Tidak bergabung?" Sapa sebuah suara baritone yang mengacaukannya untuk menikmati melodi alam ini. Naruto mengalihkan pandangannya, terlihat Sasuke dengan kaus oblong dan celana selutut dengan kamera yang mengalung dilehernya.
"Nanti, kau sendiri tidak bergabung?" Balas Naruto berusaha menutupi rasa gugupnya. Perlu sedikit bocoran, Namikaze Naruto kita ini menyukai Uchiha Sasuke. Pemuda tampan, yang seperti robot tanpa ekspresi. Mereka sangat dekat satu sama lain. Maklumlah, orang tua mereka bersahabat.
"Hn." Balas Sasuke tidak jelas. Naruto tak ambil pusing, dirinya berdiri dan berjalan menuju bibir pantai. Angin disini kembali menerbangkan surai pirangnya. Kaus tipis berwarna orange dipadukan dengan celana sebatas lutut.
Naruto mulai berdiri diam, menikmati sapuan ombak pada telapak kakinya yang telanjang. Dirinya mulai berjongkok, membasahi tangannya dengan air pantai Anoi Itam yang dingin ini. Dingin, tapi rasanya benar-benar memabukkan, terasa ingin terus menikmati dinginnya air pantai ini.
Tiba-tiba, tubuh Naruto terdorong kedepan dan jatuh terduduk lalu terhantam ombak pelan, yang langsung membasahi seluruh tubuhnya.
"TEMEEEE!" Teriak Naruto ketika disadarinya orang yang mendorongnya itu si pantat ayam. Naruto segera mengayunkan tangannya agar air membasahi badan Sasuke. Pembalasan yang tidak masuk akal.
"Ck, aku tidak berniat bermain sebenarnya, tapi karena sudah terlanjur basah lebih baik di tuntaskan." Ucap Sasuke dengan seringai menyebalkan lalu membalas Naruto mencipratkan air kearah Naruto.
.
.
.
Sasuke kembali dengan keadaan basah, duduk dipinggir pantai dengan kameranya. Memotret objek yang menyita perhatiannya.
"Hei Sas, Tolong foto kami semua." Teriak Kiba. Sasuke segera berdiri dan memposisikan dirinya untuk memotret teman-temannya. Tangan kirinya memutar sedikit demi sedikit lensa kameranya untuk mendapatkan hasil dengan view yang baik.
"Bagaimana hasilnya? Coba aku lihat." Teriak Kiba semangat, lalu meraih kamera milik Sasuke.
"Wuih, keren." Lirih Kiba takjub, langit biru dengan goresan awan putih juga air gulungan ombak menjadi background foto mereka.
"Sudah hampir sore, tapi aku lapar, bagaimana kalau makan dulu? Tadi siang kita belum makan, ingat?" Tanya Sakura ketika dirasa perutnya sudah berbunyi minta diisi.
"Hmm, ide bagus. Baiklah ayo." Timpal Temari menyetujui.
"Naruto, kami akan pergi kesana untuk memesan makanan. Kau akan ikut atau tidak?" Tanya Tenten setengah berteriak, karena Naruto masih berada di pinggiran pantai.
"Nanti aku menyusul." Balasnya diiringi dengan lambaian tangan.
Semburat orange di langit menambah keindahan pulau ini. Sunset disini tak kalah indah dengan sunset yang ada di daerah Eropa tapi menurut saya, Indonesia tetap terbaik^^. Matahari berwarna orange sedikit tertutup gumpalan awan menambah kesan indah dilangit senja Nusantara.
Efek cahaya matahari, membuat pandangan hanya tertuju padanya, menyita seluruh fokus untuk terus menatapnya. Apalagi di Pantai Anoi Itam, melihat sunset ditambah dengan simfoni alam yang indah memaksa untuk berdiam menikmati senja ini. Sedangkan manusia dibawahnya, hanya terlihat sebagai siluet gelap tidak jelas.
"Menikmati yang kau lihat, dobe?" Ujar Sasuke menghampiri Naruto dan mendudukkan dirinya dibibir pantai. Membiarkan air laut membasahi kaki dan celana mereka.
"Teme, foto aku sekarang!" Titah Naruto yang segera berdiri.
"Malas." Jawab Sasuke polos bak tanpa dosa. Naruto mengerucutkan bibirnya dan menggembungkan pipinya. Menggerutu pelan, kesal karena jawaban Sasuke.
Ckrek
Naruto membulatkan matanya ketika dia sedang menggerutu tak jelas, Sasuke malah memotretnya.
"Kyaaaa! Teeeemeeeee! Kau ini. Cepat hapus!" Teriak Naruto kesal. Tangannya sudah menarik-narik baju Sasuke sehingga memperlihatkan bahu berkulit putih milik Sasuke.
"Hn." Sasuke menepis tangan Naruto, lalu pergi meninggalkan Naruto yang masih mengamati sunset dengan gerutuan kesal.
"UCHIHA SIALAN!" Teriak Naruto mengiringi kepergian Sasuke. Naruto kembali mengarahkan pandangannya kearah matahari senja, gadis itu mencoba untuk memperbaiki moodnya yang sedikit turun karena Sasuke.
Secara tiba-tiba, Sasuke kembali lagi dan berdiri disamping Naruto, kembali menikmati indahnya cahaya matahari sore.
Naruto segera berdiri dan merapatkan jarak diantara mereka. Terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang menikmati sunset. Romantis bukan? Tapi sayang mereka hanya sebatas sahabat.
Sasuke mengulas seringai miring ketika menyadari perubahan jarak diantara mereka.
.
.
.
Keesokan harinya, agenda mereka adalah keobjek wisata Air terjun Pria Laot. Air dari sungai Pria Laot yang bersumber dari danau Aneuk Laot. Air terjun yang berhulu dari Gunung Sarung Keris berada di tengah-tengah hutan. Jarak dari pusat kota hanya sekitar 13km. Menuju kawasan Air Terjun Pria Laot tak semulus ke kawasan wisata lainnya. Letaknya yang berada di tengah hutan, membuat udara lembab dan dingin tapi sejuk bebas dari polusi. Jalanannya pun berbatu juga licin.
Terkadang, akan ditemukan jejak kaki hewan. Kemungkinan babi hutan. Tapi, dibalik itu semua, di air terjun Pria Laot terdapat keunikan tersendiri yaitu spa alam. Spa yang dilakukan oleh ikan yang ada di kolam air terjun.
Air terjun Pria Laot tingginya hanya berkisar antara 10m. Air terjun menghempas kearah batu dibawahnya sebelum masuk kedalam kolam yang dalamnya sekitar 1m sampai 1,5m.
Naruto segera melepas sandal gunungnya, juga meletakkan tas ranselnya dipinggiran kolam. Kedua kakinya segera dicelupkan kedalam kolam yang langsung dikerubungi ikan-ikan.
Naruto terkekeh geli, ketika merasakan sensai yang baru pertama dia rasakan. Dirinya sudah tak berfikir tentang apapun, yang difikirannya hanyalah kekaguman pada tempat indah ini. Gadis itu juga tak menyadari ada yang ikut menikmati senyumannya.
Tanpa aba-aba tubuh Naruto terdorong kedepan dan otomatis membuat Naruto masuk kedalam air. Badannya basah kuyup, dan ketika dirinya sedang berusaha mengenyahkan air yang masuk kedalam hidungnya, telinganya mendengar tawa tak terlalu keras dari seseorang.
"UCHIHA SIALAAAAAN!" Teriak Naruto ketika disadari yang mendorongnya adalah Sasuke.
.
.
.
Ketika siang hari, mereka kembali dari wisata air terjun Pria Laot. Perut yang keroncongan meminta untuk segera diisi. Sepiring Mie Jalak khas Sabang dan segelas es teh menjadi menu santap Naruto siang ini. Mie yang di lengkapi dengan olahan ikan mirip daging dipotong dadu, juga telur setengah matang juga kuah mie yang bening. Rasanya benar-benar memikat lidah. Sekali coba, rasanya memang ingin untuk terus menikmatinya.
Berbagai macam menu tersaji dihadapan mereka, menggiurkan memang. Kopi saring khas Aceh yang terlihat seperti kopi susu terasa seperti cappucino, tapi nyatanya kopi ini lebih nikmat. Entah apa motivasi pemesan minuman panas ini disiang bolong.
Tak lupa, Rujak Aceh. Bahan-bahannya sama dengan rujak biasanya tetapi gulanya menggunakan gula aren merah. Juga tambahan buah Rubiah. Buah yang hanya tumbuh di Pulau Rubiah dekat Pulau Weh. Awalnya, rasa buah ini terasa pahit untuk orang yang pertama kali memakannya, tetapi semakin dimakan, rasanya benar-benar membuat ketagihan.
Juga tak lupa Keumamah atau ikan kayu. Dibuat menggunakan ikan tuna yang telah direbus, lalu dikeringkan dan diiris kecil-kecil. Rasa dari rempah-rempah khas Nusantara benar-benar terasa dilidah. Mungkin makanan khas Nusantara kurang pas dilidah orang Jepang, ini dikarenakan masakan Jepang lebih terkesan tawar, sedangkah di Indonesia biasa menggunakan banyak bumbu. Saat jaman perang antara Aceh dan Belanda, makanan ini paling populer karena mudah untuk dimasak. Nama lain dari makanan ini adalah Katshiobushi.
Selesai bersantap siang, mereka menuju kota Atas. Disana, masih banyak bangunan sejarah peninggalan kolonial Belanda. Bekas pusat perdagangan Hindia Belanda ini, sudah kembali diaktifkan, jadi katanya produk mancanegara sudah dapat ditemukan disini. Jadi, jangan khawatir untuk berkunjung ke sini ^^
.
.
.
Siang menjelang sore, mereka kembali. Berikutnya, mereka menuju Pantai Iboih. Pantai dengan pasir putih yang sudah tak asing di jepang. Tapi, yang membedakan adalah airnya. Air laut yang dangkal dan benar-benar jernih. Perahu nampak melayang diatasnya.
"Ayo!" Ucap seorang pemuda yang langsung menarik tangan dengan warna kulit karamel ini. Yang ditarik pun juga tidak ambil pusing, dirinya tetap melangkah mengikutinya.
Disini, diatas perahu. Nampak seperti melayang. Air laut dangkal dan sangat jernih, membuat keadaan bawah laut yang indah terlihat.
Hening, mereka masih dalam keheningan yang tak sengaja tercipta. Pesona bawah laut seolah mengunci rapat bibir mereka untuk berkata.
Naruto masih sibuk dengan pandangannya kearah air dikala Sasuke sibuk dengan kameranya.
"Sas, pinjam sebentar." Ucap Naruto tiba-tiba. Dengan malas, Sasuke mengulurkan kameranya kearah Naruto. Semua seolah terbalik, Naruto sibuk dengan kamera Sasuke.
Ketenangan ini, membuat mereka lupa akan waktu. Naruto yang sangat menyukai sunset, mengalihkan fokusnya pada objek lingkaran berwarna orange diatas langit.
"Sas?" Panggil Naruto tanpa mengalihkan pandangannya.
Sasuke melirik Naruto sekilas. "Hn?" Balasnya dengan gumaman tidak jelas.
"Apa. .apa kau pernah menyukai seseorang?" Tanya Naruto cepat.
Sasuke mengalihkan tatapannya penuh, berfokus pada Naruto yang kini memandangnya taku-takut. Alisnya mengernyit heran, tidak biasanya Naruto bertanya tentang topik seperti ini.
"Kenapa?"
"Ah, tidak. Hanya ingin bertanya saja." Balas Naruto kikuk karena dipandangi Sasuke. Walau sudah berteman lama, tapi semenjak perasaan ini mengalir dalam dirinya, semua seolah berjungkir balik. Naruto jadi sering salah tingkah dihadapan Sasuke.
"Ehm, tipe wanita yang kau suka seperti apa?" Tanya Naruto yang lalu mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan rona merah dipipinya.
"Cantik, baik, lembut, tidak berisik, pintar, manis, pintar memasak, perhatian dan kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang ini?" Balas Sasuke santai. Pemuda itu seolah tak menyadari perubahan air wajah Naruto.
"Tidak, hanya penasaran." Balas Naruto dengan senyum canggungnya.
"Jangan berharap kau masuk dalam tipeku. Kau terlalu berisik." Ucap Sasuke datar yang membuat Naruto semakin merasa ditolak sebelum bertindak.
"Ck! Jangan harap aku menyukaimu, ayam!" Balas Naruto sinis yang hanya dibalas dengan lirikan dan senyum miring Sasuke.
.
.
.
"Kau kenapa Naru?" Tanya seorang pemuda berambut nanas to the point. Naruto mendongakkan pandangannya, dilihatnya seorang pemuda yang menjulang tinggi. Pemuda itu dengan cepat mendudukkan dirinya di sebelah Naruto.
Angin malam dan taburan bintang juga deburan ombak didekat penginapannya menambah kesan tersendiri.
"Kulihat tadi kau senang, kenapa mendadak diam? Pasti karena Sasuke?"
"Jangan sok tahu, Shika!" Sinis Naruto.
"Kau tidak pandai berbohong Naru." Balas Shikamaru sembari mengacak surai pirang. Baginya, Naruto sudah dianggapnya sebagai adik perempuannya. Tingkahnya mengingatkan pada adiknya yang sudah lama tertidur dalam tanah.
Naruto menghela nafas, menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya. Tidak, gadis itu tidak menangis. Jangan berharap dia untuk menangis karena cinta. Hell ! itu bukan gayanya.
"Kenapa tidak coba mengatakan yang sejujurnya Naruto?" Tanya Shikamaru lagi.
"Tidak semudah itu Shika, aku hanya takut." Lirihnya yang masih dapat didengar oleh Shikamaru.
"Takut? Kau takut si Uchiha itu? Setahuku kau tidak takut siapa pun."
"Bukan itu, aku hanya takut jika aku mengatakannya apa yang kurasakan, tidak sama dengan yang dia rasakan . ."
"Tidak selamanya cinta itu terbalas Naruto." Potong Shikamaru gemas. Gadis ini entah bagaimana jalan fikirnya.
"Bukan itu baka! Maksudku adalah, jika dia tidak menyukaiku, bagaimana jika dia malah menjauhiku? Bagaimana dengan persahabatanku dengannya?"
"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?"
"Entahlah, diam saja atau menyerah mungkin." Jawab Naruto dengan nada enteng seolah tanpa beban walaupun matanya menyiratkan kesedihan. Iris safirnya beralih menatap gugusan bintang-bintang dilangit malam. Satu kata yang dapat mendeskripsikannya, indah.
"Menyerah sebelum perang? Kau terlihat seperti pengecut Naru." Sindir Shikamaru yang mencoba membangkitkan semangat Naruto.
"Itu lebih baik dari pada mengacaukan semuanya. Sebenarnya, aku merasa Sakura menyukai Sasuke selama ini." Balas Naruto dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Hm? Bagaimana bisa? Apa dia tahu kau juga menyukai Sasuke?"
"Tidak. Sakura tidak tahu akan hal ini, dan akan aku pastikan dia tidak tahu tentang ini. Tadi, aku sempat bertanya pada Sasuke, tentang tipe gadis yang dia sukai. Dan aku tidak termasuk. Jadi, bukankah itu alasan yang tepat untuk menyerah sebelum jatuh terlalu dalam?" Jelas Naruto.
"Dan kau percaya perkataannya begitu saja?" Shikamaru menaikkan alisnya heran.
"Sudah sewajarnya aku percaya, dia kan yang punya perasaan bukan aku, jadi sudah seharusnya aku percaya."
"Terserah kau. Apapun keputusanmu, aku akan mendukungmu."
.
.
.
Pagi harinya, Naruto sudah kembali ceria. Senyum terus menghiasi wajahnya. Gadis itu kembali menjadi Naruto yang hiperaktif. Gadis itu menyantap sarapannya dengan semangat membara, tidak sabar untuk snorkeling di pulau Rubiah. Pulau dekat dengan Pulau Weh.
Sebelumnya, mereka menuju ke tugu Km 0 Indonesia. Untuk menghemat waktu, karena di pulau Rubiah akan sangat memakan waktu. Tugu 0 Km ini adalah sebuah bangunan setinggi 22m dengan bentuk lingkaran berjeruji. Dipuncak tugu, teradapat patung garuda perlambang sakti Indonesia jaya (Salah itu lirih lagu Manuk Dadali xD). Juga dilengkapi dengan prasasti marmer yang menunjukkan posisi geografisnya. Disini, juga berkeliaran babi hutan. Tapi tak perlu takut, kata warga sekitar babi-babi itu baik (?) dan juga katanya tinggal beli kacang supaya mau difoto.
Setelahnya, mereka berangkat menuju Pantai Teupin Layeu dengan kendaraan lokal. Sementara itu, untuk mencapai pulau Rubiah, mereka memilik untuk menggunakan perahu kaca. Selama perjalanan, mereka dapat melihat keindahan bawah laut melalui kaca. Ikan yang berenang hilir mudik kesana kemari menambah semangat untuk snorkeling.
Tak berapa lama, sampailah mereka di Pulau Rubiah. Dengan perlengkapan yang sudah disewanya, peralatan cukup lengkap mulai dari mask, snorkel, pelampung, dan fin.
Dengan baju dan perlengkapan lengkap, Naruto menceburkan dirinya berenang diantara ikan-ikan hias yang berwarna-warni. Ikan-ikan itu banyak yang mengerubungi Naruto, seolah sudah akrab dengan manusia.
Berenang disini, dapat membuat kita lupa waktu. Nyatanya sekarang, sudah menjelang siang dan Naruto masih berenang bersama ikan-ikan, seolah dirinya seorang putri duyung yang dikelilingi para ikan-ikan cantik. Semua bebannya malam tadi terasa hilang bersama aliran air disini.
.
.
.
Seminggu berlalu, berbagai objek wisata yang masih jarang didatangi orangpun sudah mereka kunjungi. Memang benar cerita dari buku yang berjudul Imago Mundi atau yang lebih dikenal dengan Book of Various Experiences yang menceritakan perjalanan Marcopolo ke dunia timur. Sebuah buku yang mengisahkan tentang betapa kaya dan indahnya dunia timur.
Hari ini, saatnya mereka berpisah untuk kembali ke Jepang. Negara dengan keteraturan yang luar biasa. Keindahan alam yang tak kalah dari Indonesia. Negara dengan 4 musim dan bunganya yang terkenal, bunga sakura.
"Ah! Aku pasti akan merindukan tempat ini." Keluh Naruto ketika mereka akan pulang ke Jepang.
"Belum tentu mereka senang dengan kunjunganmu Naruto. Kau terlalu berisik." Sindir Sasuke tanpa dosa.
"Apa pedulimu Teme." Balas Naruto kesal yang hanya dibalas dengan tepukan pelan dikepala Naruto.
Mereka menaiki kapal menuju Sumatera lalu menuju bandara, mengambil penerbangan Indonesia-Jepang dari Sumatera dan akan transit di Jakarta.
.
.
.
"Bagaimana liburanmu Naruto?" Ucap seseorang berusaha membangunkan seorang gadis yang masih meringkuk kelelahan dibawah selimut tebalnya yang bergambar nemo. Seorang wanita paruh baya, berambut merah membuka semua tirai membiarkan cahaya matahari masuk kedalam ruangan.
"Enghh." Erang Naruto ketika sinar matahari mengganggu tidurnya. Mau tidak mau, dirinya membuka matanya. Menguceknya sebentar lalu mendudukkan dirinya di pinggir kasur.
"Ohayou." Sapa wanita paruh baya tersebut.
"Kaa-san?" Lirih Naruto ketika menyadari yang membangunkannya pagi ini adalah ibunya.
"Bagaimana liburanmu?" Tanya Kushina selaku ibu Naruto dengan senyum lembut diwajahnya.
"Menyenangkan." Balas Naruto semangat. Dirinya mulai mengoceh menceritakan bagaimana keadaan alam dan apa saja yang dia lakukan selama berlibur di Pulau Weh.
Kushina hanya menanggapinya dengan senyum lembut, lalu mengacak surai pirang anak bungsunya.
"Lain kali, ajak kaa-san dan tou-san kesana. Sudah cepat mandi dan turun sarapan."
Naruto dengan senyum mengembang segera meraih handuk dan melesat masuk kedalam kamar mandi.
TBC
Yoo! Gimana? Anehkan. Haha, tapi yaaah gini nih kalau jiwa travelling tiba-tiba muncul. Saya emang sengaja ambil latar Nusantara, karena kayaknya udah terlalu mainstream banget kalau ke Eropa. Kebanyakan fic SFN itu liburan ke Eropa, ngapa2in kalau ga di Jepang, ya Eropa, kalau enggak ya Amerika. Sekali-kali negeri sendiri ah, Indonesia banyak tempat yang bagus haha. Maaf juga ga semua diceritain, kalau semuanya diceritain nanti kesannya alurnya makin kecepetan dan chapter ini makin kepanjangan lol xD Chapter selanjutnya masih adventure di Nusantara yaa tapi kayaknya xD. Dan kuharap yang baca ga bosan K btw, saya ngiler waktu cerita tentang makanan xD saya salah fokus. Cerita selanjutnya itu di . . . ?
RnR please ^^
