A/N: Hey! Fic pertama di fandom Naruto Indonesia. Mudah-mudahan readers suka ama fic abal ini. u_u Ayo-ayo, yang suka NejiTen ke sini semua *ditabok
Disclaimer: Naruto bukan punya saya, jadi jangan tanya kenapa gak tamat-tamat
Warning : OOC, abal, kata-kata (sok) puitis, don't like don't read. Kalau gak suka masih baca yah terserah anda tapi flame tidak ada pengaruhnya pada saya.
Ready, Set, Go!
The One and Only
Chapter 1, Am I Good Enough?
Unrequited love, pernahkah kau mendengar hal itu? Cinta tak terbalas selalu menyakitkan dari awal, tetapi yang merasakannya menjadi addicted akan rasa sakit. Bahkan, banyak dari mereka hidup dari rasa sakit dan harapan yang bagi mereka 'terlalu tinggi' untuk diraih. Itulah juga yang terjadi pada remaja yang mulai dewasa ini. Wajahnya yang mulus dan kulitnya yang kuning langsat dapat menarik perhatian berbagai pria dan wanita. Sayangnya, gadis berambut auburn itu hanya melirik pada satu laki-laki. Neji Hyuuga. Nama orang yang telah merebut hatinya dari pertama mereka bertemu, seorang genius dari golongan bunke Hyuuga dan juga jounin yang terkenal dengan ketampanan dan hatinya yang dianggap 'es'. Neji Hyuuga, nama itu juga yang selalu memenuhi otaknya dari 7 tahun lalu.
"Brain, you have overloaded with my thoughts of him"
"Pernahkah kau tertarik pada satu cowok, Ten?" tanyanya sambil menyeruput sedikit demi sedikit teh hijau buatan gadis itu. "Pernah," kata Tenten lirih sambil memandang ke depan. 'Dan itu kau,' lanjut Tenten dalam hatinya, tak berani mengatakannya pada cowok tersebut. Neji, yang tampak sudah menduga jawaban dari si gadis di sebelahnya, hanya diam sambil memegang gelas tersebut. Mereka terus terdiam, melihat tempat latihan mereka saat masih genin. "Sudah 7 tahun semenjak kita pertama bertemu," kata Neji dengan wajah datarnya itu. 'Dan juga sudah 7 tahun semenjak aku sadar aku suka kamu,' batin Tenten sambil menggangguk ke arah pria tersebut. Tanpa Tenten sadari, Neji memandangnya sekilas.
Lemparan kunai dan shuriken di mana-mana, banyak yang tertancap di dahan, dan juga terlihat remaja pria berambut coklat panjang melancangkan kaiten-nya. Ia sudah memulainya semenjak 4 jam yang lalu. Perlahan ia sadari bahwa satu kunai datang dari arah blindspot-nya. Sayangnya, sebelum dia berhasil menangkapnya, kunai tersebut sudah berhasil melukainya sedikit dan meninggalkan luka goresan di lengannya. "Akhirnya kau menang, Tenten," ujar cowok tersebut kepada rekan dan sahabat satu timnya tersebut. Seorang remaja perempuan datang dari satu dahan. Ia tersenyum pada teman sparring-nya. Tenten melihat pada goresan kunai yang berhasil merobek sedikit baju panjang yang ia pakai. "Sini, aku obati sebentar," kata cewek tersebut dan Neji pun mengikutinya dari belakang.
"Unrequited love, atau cinta yang tak berbalas, adalah hal yang paling bisa buat orang ngais tanah"
Raditya Dika – Marmut Merah Jambu
"Tenten, hanya kau yang kuperbolehkan mengobatiku selain ninja medis," kata Neji sambil melihat teman satu timnya ini mengobati goresan kecil oleh karna kunainya. Tenten memandang matanya dan tersenyum, mengetahui alasan Neji.
Tenten sudah tahu seperti apa stamina Neji, bagaimana cara meracik teh hijau kesukaannya, kapan saja senyum langkanya tertampang di wajahnya yang sempurna itu, dan berbagai kebiasaan-kebiasaannya. Tujuh tahun mengenalnya dan berinteraksi dengannya lewat latihan yang terus menerus, setiap harinya jika tak ada misi. Bahkan, tak ada lagi kata-kata 'superior' ataupun 'inferior' karna bagi mereka, mereka berdua sederajat. Dia ada untuk Neji selama 7 tahun ini, menemaninya setiap waktu tanpa mengharapkan apapun. Tujuh tahun juga Tenten memendam perasaannya untuk Neji.
"Ten?" suara bariton Neji membuyarkan lamunan Tenten. "Ya?" tanya Tenten kelihatan kaget. Neji menghela nafas sedikit, mengetahui bahwa teman satu timnya ini tidak mendengarkannya. "Tumben kau kehilangan konsentrasimu," kata Neji perlahan. "Maaf Neji, aku akhir-akhir ini sedang banyak pikiran," kata Tenten sambil tersenyum. Neji hanya memberi tatapan kosong, mengetahui bahwa temannya ini sedang ingin sendiri. Dia hanya terdiam sambil melihat sekilas perempuan tersebut sedang mengobati lukanya. Neji akhirnya memutuskan melihat awan bergerak di cuaca yang sedikit mendung.
"Some people want diamond rings, some just want everything, but everything means nothing, if I ain't got you"
Alicia Keys ft. Usher – If I Ain't Got You
"Lama kelamaan kau terlihat seperti Shikamaru," kata Tenten sambil tertawa kecil. Neji tersentak dari lamunannya. Melihat tindakan Neji yang seperti itu, tanpa sadar membuatnya tertawa lepas. Neji hanya mengerang pelan ketika mendengar teman satu timnya itu menertawakannya. Tenten masih terus tertawa bahkan lebih setelah Neji mengerang. "Tenten sudahlah," kata Neji yang sudah bosan mendengarkan tertawa temannya. "Maaf Neji, tapi kelakuanmu barusan itu sangat 'un-Neji like', jarang-jarang kan aku tertawa hingga seperti ini?" kata Tenten sambil mengeluarkan jurus senyumnya. Neji hanya menghela nafas dan mengangguk sekilas, tidak dapat menolak. "Nejiii," panggil Tenten dengan suara yang dibuat manja, menandakan dia menginginkan sesuatu. "Apa Tenten?" kata Neji sedikit kesal dengan nada suara Tenten. Tenten menyeringai kecil, terlihat puas dengan rencananya untuk membuat Neji jengkel. "Latihan lagi yuk," kata Tenten sambil tersenyum. Neji langsung beranjak dan mengaktifkan Byakugan-nya. Tenten hanya tersenyum dan mengambil senjata-senjatanya.
Tenten beranjak menuju futon di apartemen kecilnya. "Neji," ia menggumamkan satu nama yang dapat membuatnya tersungkur oleh karna cintanya yang begitu besar. Hatinya seakan bisa meledak sebab debaran serta pukulan keras jauh di dalam lubuk hatinya. 'Berapa tahun lagi? Harus berapa lama lagi aku memendam rasa sayangku padanya? Tidak cukupkah tahun-tahun penuh harapan bahwa dia bisa menatapku sebagai seorang wanita?' batin Tenten berteriak-teriak, tidak dapat menahan rasa sakit yang bertahun-tahun dipendamnya. "Neji, Neji," dia terus memanggil-manggil nama itu, bagaikan nama itu adalah sebuah mantra yang bisa menyembuhkan semua luka-luka di hatinya yang terus membuka lebar. Bertahun-tahun mengenalnya, bertahun-tahun latihan dengannya tidak hanya memberikannya rasa-rasa cinta dan kebahagiaan di dalam hidup Tenten, tetapi juga tusukan-tusukan di hatinya, yang mengetahui bahwa untuk memiliki Hyuuga Neji hanyalah sebuah impian semu yang tidak mungkin diraihnya. Bahagia walaupun Neji tidak ia miliki? Puas dengan hanya menjadi temannya saja? Omong kosong belaka. Itu semua hanyalah kata-kata manis yang ia ucapkan walaupun dalam hatinya, Tenten tahu, ia tidak mungkin sanggup dengan bayangan Neji bersama perempuan lain.
Tenten melayangkan pandangannya pada kamar apartemennya yang sudah ia tinggali semenjak masih sangat kecil. Tidak mengetahui siapa orangtuanya, apa nama belakangnya, dan bagaimana masa kecilnya, membuat Tenten kecil sudah kebal dengan apapun yang melanda hidupnya. Sewaktu di akademi pun, ia sudah terbiasa dengan orang-orang yang mengasihaninya. Sampai suatu hari, Tenten bertemu dengan Tsunade, yang saat itu belum menjadi Hokage dan membantunya keluar dari panti asuhan dan mengajarinya berbagai macam hal untuk hidup mandiri, tanpa harus bergantung pada orang lain. "Jangan menangis di hadapan orang lain walaupun kau seorang perempuan. Jangan membuat orang mengasihanimu dengan tangisanmu. Jadilah perempuan kuat yang bisa melindungi orang-orang yang kau cintai," pesan Tsunade sesaat sebelum mereka berpisah. Kata-kata itu yang membuat Tenten menjadi Tenten yang sekarang. Walaupun pada awalnya, Tenten masih mengandalkan Hokage ke-3 untuk kebutuhan sehari-harinya saat masih di akademi, tetapi pada saat dia menjadi genin, dia mencoba untuk hidup hemat dan mencukupi seluruhnya sendiri. Kamar ini juga yang disewa Tenten dengan hasil jerih payahnya dalam misi-misinya sebagai genin muda.
Kamar ini tidak terlalu luas, tidak seperti kediamannya yang sebelumnya bersama Tsunade. Hanya kamar biasa dengan harga sewa yang tidak lebih dari pengeluarannya seminggu. Kamar yang bercat hitam ini telah menemaninya selama bertahun-bertahun dan merupakan satu-satunya tempat ia merasa nyaman dan tenang di dunia ini tanpa kehadiran Neji. Dia tersenyum puas pada dekorasi-dekorasi yang sangat minim mengingat penghasilannya sebagai kunoichi yang juga terbatas. Tak ada meja rias penuh dengan berbagai macam kosmetik seperti di kamar Sakura atau Ino, tidak ada hiasan-hiasan dinding mahal seperti di kamar Hinata yang juga salah satu kamar utama di kediamaan Souke Hyuuga, ataupun peralatan mandi mewah seperti bath tub atau ofuro di kamar mandinya. Apartemen ini menggambarkan pribadi Tenten. Tegar, lugas, dan tertutup. Tiga kata tersebut cukup untuk melukiskan apa yang terjadi pada sosok perempuan ini. Masa lalu yang kelam dan cinta yang tak terbalaskan.
"Nothing takes the taste out of peanut butter quite like unrequited love"
Charlie Brown
'Tidak ada perbedaan antara orang bijak dengan orang bodoh ketika mereka jatuh cinta,' kata-kata itu entah mengapa berjalan bebas dalam pikirannya. Pagi-pagi sekali, Tenten bangun dan keluar dari tempat tinggalnya untuk menikmati udara segar. Setelah berjalan tanpa tentu arah, Tenten sampai di tempat paling jarang ia datangi kecuali ada keadaan darurat, yang terletak di pusat kota, Perpustakaan Konoha. Tenten terkenal dengan ketidaksukaannya dengan membaca hal-hal lain kecuali berhubungan dengan menambah pengetahuannya tentang senjata-senjata ninja. Pikirannya yang tak tentu membawanya berjalan sendiri, menyusuri berbagai koridor-koridor yang penuh dengan rak buku menjulang dan entah mengapa berhenti di satu koridor dengan keterangan 'Quotes', satu koridor yang orang bilang tak mungkin ia kunjungi mengingat sifatnya yang sama sekali tidak puitis. Buku-buku tertata rapi di rak-rak ia lewati sambil melihat-lihat dan ia sampai di satu rak berketerangan 'Love Quotes'. Ia mengangkat satu alisnya tetapi perlahan tangannya yang terlatih itu mengambil satu buku tanpa disetujui oleh pikirannya.
Buku itu jugalah yang dia bawa ke tempat sang pustakawan berjaga dan meminjamnya. Buku itu jugalah yang ia bawa pulang ke apartemennya dan dia baca beratus-ratus halaman tebal buku itu. Tak peduli apa kata orang saat dia membaca buku itu ataupun pikiran bahwa dia akan telat pergi latihan. Kata-kata yang terbang bebas itulah yang membuatnya terenyak dengan kenyataan bahwa dirinya telah jatuh, terlalu dalam malah, ke dalam jurang tebal dan hitam bernama cinta, kasih, atau apalah orang menyebutnya. Tidak ada perbedaan, tidak ada status sosial, tidak ada nama besar klan yang ada dalam cinta itu. Semua orang sama saja jika sudah masuk dalam lingkaran ajaib itu. Satu hal yang membukakan matanya tentang dunia yang sedang ia rasakan. Sesulit itukah merasakan cinta? Sesakit itukah 'unrequited love' yang sedang ia rasakan? Atau semua itu hanya asumsinya bahwa Neji tak berbalik menyukainya? Pikirannya terus berputar hingga Tenten mengucapkan satu kalimat.
"Bagaimana jika Neji ternyata juga merasakan semuanya ini?"
TO BE CONTINUED
A/N: Halo semuanya! Akhirnya berhasil juga mengerjakan satu fic ini! Setelah bolak balik hapus-tulis ulang yang berlanjut sekitar satu minggu lebih, selesai juga chapter pertama dari fic Kosu pertama di Fandom Naruto Indonesia. Semoga readers semua senang dengan hasil karya abal dari author satu ini. *nunduk senunduk-nunduknya* Maaf kalo misalnya masih ada yang kurang ataupun reader-readers yang gak puas dengan fic ini. Jika ada typo ataupun grammar/bahasa yang aneh ataupun salah, tolong kasih tau ya, biasa aku ini selalu kelewatan jika ada yang belum dibenarkan.
Akhir kata, review ya semuanya, aku butuh support kalian semua, namanya juga newbie *nunduk*
THANK YOU FOR READING
