A/N: My first fic!! Maaf kalo aneh… baca aja y! Oh ya, di chapter ini blum ada pairingnya, bagi yang mau usul buat pairing silahkan aj…
Summary: Sasuke, si penjual es krim hidup dengan tenang dengan semua kedok yang telah ditutupinya dengan baik, semuanya berubah sampai ia bertemu dengan seorang anak lelaki kecil berambut pirang...
At That Ice Cream Corner
Hai, namaku Uchiha Sasuke, umur 15 tahun. Mungkin orang-orang berpikir bahwa aku adalah orang yang berkecukupan (atau elit)-dari apa yang mereka lihat dari penampilanku. Yah… sebenarnya itu yang aku harapkan. Aku tak mau orang-orang mengetahui bahwa sebenarnya aku hanyalah seorang penjual es krim di taman kecil ini.
Sejak meninggalnya kedua orang tuaku pada saat pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seseorang(yang sedang aku cari sekarang, untuk balas dendam tentunya. Meh, semua orang tahu kalau Uchiha Sasuke adalah seorang pembalas dendam), aku tidak ditinggalkan sepeser pun warisan dari orang tuaku. Kakakku juga pergi meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Jadi, dari dulu sebenarnya aku sudah berusaha untuk membiayai semua kebutuhan hidupku. Sejak kejadian itu.
Aku pun masuk ke SMA elitku yang sekarang ini bukan karena uang, melainkan beasiswa dari pemerintah negaraku karena aku lulus dengan skor tertinggi. Dan sekarang terbangunlah imejku yang baru. Orang-orang mengira bahwa aku orang pintar yang kaya yang mampu untuk bersekolah di sekolah ini. Mereka tidak tahu. Dan kuharap mereka takkan pernah tahu yang sebenarnya. Padahal seperti yang telah aku katakan, aku hanyalah seorang penjual es krim. Itulah satu-satunya pekerjaan yang bisa aku dapatkan sekarang di jaman yang sulit ini. Dulu aku sempat bekerja di kafe sebagai pelayan, tapi karena aku tidak dapat bersikap ramah pada tamu, maka aku pun dipecat oleh bosku. Di tempat es krim ini aku tak perlu terlalu beramah-tamah, aku hanya harus bisa menyiapkan tamu-tamuku es krim saja. Bosku yang satu ini tak menuntutku macam-macam. Aku SEDIKIT menyukainya karena hal itu, tapi aku AGAK membencinya karena sifatnya yang menyebalkan. Bosku lah yang menolongku saat aku sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi. Dan sekarang aku tinggal di rumahnya sementara. Sampai aku lulus sekolah nanti.
Di sekolah, aku bersikap sok cool, sok cuek terhadap semua orang, dan itu membuat para wanita malah mengejarku. Sebenarnya aku bingung dan capek, apa sih yang dipikirkan oleh mereka? Tapi aku tak ambil peduli… Walaupun aku SANGAT sering kesal dibuatnya. Aku pun tak memiliki satu teman dekat di sekolah. Teman hanya akan mempersulit hidupku saja. Apalagi kalau mereka mengetahui aku yang sesungguhnya.
Sebenarnya apa yang membuatku tak ingin mereka tahu apa pekerjaanku yang adalah… well... aku tak ingin mereka menjauhiku, mencemoohku, dan melecehkanku… bagiku hanya harga diri inilah yang tersisa, satu-satunya yang bisa aku pertahankan.
End of Sasuke's POV
'Mungkin suatu saat hal ini pasti akan terbongkar juga. Cih, tapi terbongkar pun aku tak peduli...' Pikir Sasuke sambil menatap langit sore di taman itu. Suasananya begitu tenang dan udaranya sejuk. Membuat pikiran Sasuke yang tadinya tegang menjadi rileks sedikit. Tatapannya pun tertunju ke sebuah pohon tempat ia bermain dulu bersama kakaknya. Ia pun memicingkan matanya untuk memperjelas penglihatannya terhadap tulisan yang terukir di pohon itu, yang bertuliskan namanya dan nama kakaknya. 'Itachi...' pikiran Sasuke yang tadinya tenang pun menjadi tegang kembali.
"KAK!! Aku mau beli es krim donk!!" tiba-tiba seorang anak kecil berambut pirang acak-acakan berteriak kepada Sasuke. Sasuke pun tersadar dari lamunannya.
"…….. Rasa apa?" tanyanya datar.
"ORANGE!! Ada tidak??" Tanya anak itu dengan ekspresi yang berlawannya JAUH dari Sasuke.
"Maaf ya dek, kayaknya gak ada tuh." ujar Sasuke, tanpa berusaha mencari es krim rasa orange itu.
"HUWEEEEE…. Emangnya kakak udah nyari?? Kakak jahat! Tukang es krim macam apa kau??" sentak anak kecil itu sambil mulai terisak. Matanya yang biru tenag mulai digenangi air mata.
'Cih… ini nih yang bikin aku tidak betah jadi tukang es krim…' batin Sasuke.
"Yang ada cuma rasa coklat, stroberi dan vanilla. Maunya rasa apa?" Tanya Sasuke akhirnya berusaha untuk sabar.
"ORANGE!! Pokoknya mau rasa ORANGE!! HUWAAAAA…" rengek anak kecil itu.
'HHHHH... siapa sih ibunya?!' Tanya Sasuke dalam hati.
"Udah jangan nangis." bujuk Sasuke kaku.
"Hu…Huweeee!! Ngebujuknya ga niat!!" teriak anak itu disertai tangisan yang bertambah keras.
"Ck… Ikut aku!" ajak Sasuke sambil menggandeng lengan anak itu.
"Heheeehe… Makasih ya, Kak! Es krimnya enak banget. Ternyata kakak baik ya??" kata anak kecil itu riang sambil menjilati es krimnya.
"……… sama-sama." jawab Sasuke seadanya.
'Kenapa jadi aku yang harus ngebeliin anak ini es krim??' batin Sasuke bingung sendiri.
"Oh ya. Ngomong-ngomong nama kakak siapa?"
'Emang apa urusanmu nanya-nanya nama orang.' Tadinya Sasuke pengen jawab gitu, tapi yang keluar dari mulutnya malah;
"Sasuke. Kau?"
"Naruto! Uzumaki Naruto! Panggil Naruto aja!" seru anak itu penuh semangat.
"Ya deh…" Sasuke capek juga ngadepin anak ini, jadinya dia pasrah aja.
Sasuke dan anak itu sedang duduk di bangku taman dekat tempat ia menjual es krim. Diam-diam Sasuke memandang Naruto yang menjilati es krimnya dengan riang, hingga belepotan di wajahnya yang lucu. Melihat hal itu, Sasuke pun melapnya.
"Makannya pelan-pelan." kata Sasuke.
"Hu-uh… suka-suka aku dong!" balas Naruto.
"Terserah deh." jawab Sasuke malas, "Oh ya, mana orang tuamu?"
Tiba-tiba raut wajah Naruto berubah, sepertinya ia ingin menangis.
"O… Oi! Tenang dulu! Jangan nangis!" seru Sasuke mulai panik.
"Se… sebenarnya tadi aku sedang mencari ma… mamaku… aku terpisah dengannya… gara-gara aku… pe… penasaran dengan taman ini… Te… terus pas aku ngeliat stand es krim ini aku lupa… a… aku malah beli es krim… hu… HUWEEEEE!!" Naruto langsung berteriak sekencang-kencangnya sambil menangis.
'anak bodoh…' pikir Sasuke.
"Hhhh… yaudah. Sekarang kita cari aja mamamu." Usulnya.
"Ta… tapi… rumahku bukan disini… da… dan.. hari ini adalah hari terakhir ibuku mengunjungi kota ini… aku pasti udah ditinggal!! Gyaaa!"
"HAH??" Sasuke shock banget ngedengernya.
Di tempat lain…
"Pa! Papa!! Gimana nasib anak kita?? Huhuhuhuhuh… mama ga mau tau!! Pokoknya mama pengen papa nemuin Naruto!!" teriak Kushina telak di kuping Minato.
"I… iya ma… ini juga papa lagi cemas mikirin dia… mana kita harus naik pesawat sejam lagi, lg!" jawab Minato bingung dan panik memikirkan anak semata wayangnya.
Minato dan Kushina adalah arkeolog yang tidak pernah menetap di suatu tempat dan selalu berpindah-pindah ke daerah-daerah terpencil untuk mencari peninggalan di daerah tersebut. Sekarang mereka bingung, anak mereka satu-satunya hilang, saat mereka hendak berangkat ke suatu daerah yang waktu/jam terbangnya hanya sebulan sekali.
"Aku rela kehilangan pekerjaan kita, asal kita gak kehilangan Naruto!!" isak Kushina.
"Iya, Ma… tapi sayangnya kita gak bisa. Satu-satunya cara cuma nelpon mantan murid papa yang tinggal disini, dan meminta tolong padanya untuk mencari Naruto." Ucap Minato sambil menekan tombol ponselnya.
BIP… BIP… BIP… (suara telpon maksudnya)
"Yo." sapa seseorang di seberang.
"Kakashi, aku mau minta tolong padamu."
"KAU SIAPA? Telpon-telpon langsung minta tolong!" maki Kakashi.
"Aku Minato."
"…. Ma… maaf minato-san." ujar Kakashi salah tingkah.
"Tak apa. Aku mohon padamu, aku kehilangan anakku disini. Bisakah kutitipkan anakku kalau kau menemukannya?"
"Memangnya Minato-san mau kemana!? Kenapa gak nyari sendiri??" Tanya Kakashi bingung.
"Aku terpaksa harus ekspedisi ke daerah terpencil… hanya ini satu-satunya kesempatan untukku agar aku dapat ke daerah itu… kumohon. Aku yakin, kau pasti bisa menemukannya. Apalagi di kota kecil yang aman seperti ini."
"Ta… tapi Minato-san!!" sela Kakashi.
"Pokoknya aku titip Naruto! Kalau ada apa-apa kau yang harus bertanggung jawab! Ja!!" seru Minato langsung menutup telpon.
Tut…tut…tut…
"NANIII?? Seenaknya bgt!" ucap Kakashi kesal dengan tingkah mantan gurunya.
Minato menatap ponselnya. Agaknya ia merasa kasihan juga pada Kakashi…
"Gimana, pa??" Tanya Kushina tak sabar.
"Tenang aja, Ma. Naruto ga bakal kenapa-kenapa. Sekarang kita bisa berangkat dengan tenang. Ayo!" ajak Minato sambil menarik lengan istrinya.
"Ta… tapi!!"
"Percaya aja ama papa! Papa yakin Kakashi bisa nemuin dia!" sahut Minato dengan nada yang mantap.
"Ngggh… EH?? Aku dimana?" kata Naruto sambil mengucek-ngucek matanya.
"Tadi kau tertidur karena kecapean nangis… udah tenang sekarang?" Tanya Sasuke sambil menatap Naruto, yang sekarang sedang tertidur di pangkuannya.
'Lucu sekali wajahnya ketika tidur. Sayang kalo udah bangun berisiknya minta ampun.' pikir Sasuke.
"NANIII?? Ah!! Mana mama??" Tanya Naruto.
"Hmmm…. Karena sekarang sudah gelap. Besok saja kita cari mamamu. Sekarang kau ikut pulang denganku saja."
"Euh… iya deh…" jawab Naruto setuju.
"Tumben nurut…" gumam Sasuke pelan.
"Eh? Apa??" Tanya Naruto.
"Tidak… bukan apa-apa. Ayo. Kita bereskan stand es krimnya dulu." Ajak Sasuke sambil mulai merapikan tempat ia bekerja.
"YA!!" sahut Naruto sambil berlari ke arah stand dan membantu Sasuke.
"Aku pulang…" kata Sasuke. Ia sedang mengandeng tangan Naruto yang bersembunyi dibalik badan Sasuke sekarang.
"Yo…" sahut seseorang dari dalam.
KRIET… pintu dibuka…
"Hey, Sasuke kenapa kau pulang telat hari ini?" Tanya orang itu.
"Maaf… aku pulang telat karena…" jawaban Sasuke terpotong oleh sautan Naruto dari balik tubuh Sasuke, "Dia pulang telat karena aku! Aku yang salah! Maafkan aku, paman!!"
"… jangan panggil aku paman. Aku tidak setua itu. Lagipula, siapa kau anak kecil??" sahut bos Sasuke seraya mengintip ke belakang tubuh anak buahnya.
"EHHHH!! KAU KAAAAN ANAK GURUUUU!!"
He… cerita yang ngebingungin…
Maaf yak klo ceritanya kga bagus, fic pertama seh! Mhaha
Review ya… klo punya ide ato saran...
Thx b4! :3
