The Ultimate Fighter and His Secret (Rival/Lover?)

By : heavensake

Pairing : Tachibana/Tezuka (coba2 dulu nih…^^)

Summary : Ada yang tanya ke saya, gimana ceritanya dua buchou ini bisa jadian. Ya semoga cerita di sini bisa menjadi insiprasi…padahal GAK BANGET deh ceritanya…*nampar diri sendiri kiri-kanan* Oh ya, Tezuka's POV of course…nantinya dipecah jadi 4 chapter, itupun kalo saya sanggup nulisnya…*dies*

Disclaimer : As usual, I own nothing here…

Warning : boysxboys in action. Don't like, don't read! Otak saya lagi mengacau, jadi ceritanya ikutan NGACO! *lemes…*


Chapter 1

Kerlip sinar matahari yang mencoba masuk lewat jendela, sedikit menyilaukan mataku dan memaksaku untuk bangun. Kepalaku pusing, dan luar biasa berat untuk diangkat. Mataku juga masih sulit untuk dibuka. Aku hanya mampu merentangkan tangan dan meregangkan otot-ototku, seakan aku sudah tidur lama sekali. Ketika mataku terbuka, aku mulai menyadari beberapa hal di sini.

Ini bukan tempat tidurku…

Lebih tepatnya, ini bukan kamarku…

Dan lebih tepatnya lagi, ini bukan rumahku…(Yak, Anda benar!) *dijitak Tezu-buchou*

Lalu di mana aku? Yang terpenting, bagaimana caranya aku bisa berada di tempat ini? Aku diculik? Tidak, anggapan itu salah (ya iyalah, mau nyulik situ juga susah…). Demi menghapus kegelisahanku, aku mencoba duduk untuk melihat isi kamar ini.

Aku tidak mendapati sesuatu yang aneh atau pun membahayakan di sini. Pertama aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan waktu pukul 7.30 pagi. Kemudian pandanganku tertuju pada sebuah tas perlengkapan tenis. Jadi pemilik kamar ini adalah pemain tenis. Kemudian aku melihat di pintu lemarinya, tergantung satu stel jersey warna hitam dengan tulisan Fudomine School.

Fudomine School…

Akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa sekarang ini aku berada di rumah Tachibana Kippei. Tunggu dulu, dia bukan satu-satunya orang yang kukenal dari klub tenis Fudomine School. Tetapi otakku kemudian berhenti di nama Tachibana Kippei, dan kembali meyakinkan bahwa sekarang aku berada di rumahnya.

Lebih tepatnya berada di kamarnya…

Dan yang lebih nyata lagi bahwa aku berada di tempat tidurnya…

Aku membenamkan mukaku di kedua telapak tanganku. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi sampai aku berada di sini. Yang membuatku bernafas lega adalah aku mendapati diriku berpakaian, meski aku tidak mengenakan pakaianku sendiri. Bukannya ingin berpikiran yang tidak-tidak (hayooo…mikir apa, Tezu-buchou?), aku hanya khawatir jika Tachibana memanfaatkan ketidaksadaranku dan berbuat sesukanya selama aku tidur. Ini gawat, aku masih tidak bisa memfungsikan otakku dengan benar. Apa yang terjadi padaku sampai harus berada di sini? Ayolah, Tezuka Kunimitsu, kau anak pintar dan kau harus bisa mengingat-ingat kembali kejadian sebelum ini.

Tok…tok…

Jantungku berdegup kencang setelah mendengar suara ketukkan pintu. Aku sangat berharap yang masuk ini nanti adalah Tachibana, bukan orangtuanya, bukan pula adiknya. Aku menarik nafas dalam-dalam, dan bersiap…

"Tezuka?"

Melihat Tachibana masuk, seperti ada banyak kupu-kupu yang ingin terbang keluar dari perutku (sejak kapan Tezu-buchou pelihara kupu2 di perutnya?). Antara senang atau lega, atau mungkin bingung, perasaan ini begitu bergejolak sampai aku tidak bisa berbicara apa-apa. Tachibana membawa nampan yang di atasnya terdapat makanan dan segelas air. Dia meletakkan di meja belajarnya, kemudian duduk di sampingku.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?"

"…"

"Kau tidur pulas sekali tadi malam, sampai aku tidak berani membangunkanmu."

"…Hn…"

"Aku sudah mengabari orangtuamu kalau kau menginap di sini. Mereka sempat mencemaskanmu karena aku memberitahu kabar yang sebenarnya."

"Memangnya…apa yang terjadi?"

"Kau tidak ingat?"

"…"

"Kau mabuk, Tezuka. Kita menghadiri pesta di rumah Atobe, kau ingat?"

"…Ya…"

"Dan kau tanpa sadar menegak beberapa gelas wine. Itulah yang menyebabkanmu mabuk berat."

"…"

"Tadinya aku ingin membawamu pulang langsung ke rumahmu. Tetapi rumahku lebih dulu dicapai dalam perjalanan pulang dari rumah Atobe. Aku khawatir jika meneruskan sampai ke rumahmu, bisa saja kau tambah parah atau semacamnya."

"…"

"Sebenarnya yang membawamu pulang adalah Sanada. Aku tidak mungkin membiarkanmu ikut dengan motorku, karena khawatir bisa jatuh di perjalanan. Malam itu dia mengendarai mobilnya, bersama Yanagi juga."

"Sanada bisa mengendarai mobil? Dia baru lulus SMP dan belum punya SIM."

"Yah, anggap saja bisa, Tezuka. Buktinya kau selamat sampai di sini."

Penjelasannya ini sudah bisa memberikan jawaban cukup jelas padaku. Bagaimana mungkin aku bisa kelepasan malam itu sampai mabuk tidak keruan? Aku pasti sudah merepotkan banyak orang, termasuk Tachibana yang sudah berbaik hati membiarkanku tidur di tempat tidurnya.

"Maafkan aku, Tachi…oomph!"

Entah bagaimana ceritanya, Tachibana lalu mengunci mulutku dengan menciumnya secepat mungkin. Tanpa menunggu lebih lama, dia menyelipkan lidahnya ke mulutku. Tetapi setelah dia menarik diri, aku menyadari dia memasukkan sesuatu ke dalam mulutku. Sesuatu berasa manis dan asam.

"Hm…apa ini, Tachibana?"

"Yanagi bilang kau harus makan sesuatu yang asam sebelum makan yang lain. Itu permen, hanya permen biasa kok."

"…" *blush*

"Aku suka melihat wajahmu yang merona seperti itu, Tezuka."

"Diamlah!" *tambah merah pipinya Tezuka*

"Habiskan permennya. Setelah itu baru bisa makan. Ini masakan ibuku."

"Aku…masih mual, Tachibana."

"Kalau kau tidak makan, kau bisa lemas, Tezuka. Atau mungkin kau ingin makan dengan caraku memasukkan permen tadi?"

Aku menjitak kepala Tachibana sekali sebelum dia berkata yang aneh-aneh lagi. Dia tertawa, dan dia itu aneh sekali. Sampai sekarang aku masih tidak percaya dengan kedekatan kami ini. Maksudku, ini akan sangat lucu jika harus diceritakan panjang lebar. Aku dan Tachibana tidak pernah kenal dekat sebelumnya. Kami bertemu di lapangan tenis bukan sebagai teman. Melainkan sebagai saingan, sebagai musuh, tidak pernah sedikit pun terpintas dalam benakku bahwa aku akan jatuh cinta kepada laki-laki ini…

To be continue~


Gilee...jadi keranjingan posting ke sini nih gue...! ^^

Jadi, chapter 1 ini adalah side-story dari cerita Chemistry After Party. Di chapter berikutnya adalah sekelumit kisah (duh! Bahasanya gak banget deh!) gimana sih Tachibana dan Tezuka itu bisa jadian. Makasih buat Aoryuu-san yang selalu ngasih semangat buat saya menulis…*bows*

Penulis : *nyenderin kepala ke tembok*

Tachibana : Kenapa gue jadi kena jitak Tezuka sih?

Penulis : Abisnya situ bikin Tezuka gemes sih…hoho

Tezuka : *naikkin kacamatanya*

Tachibana : Tezuka, semoga cerita model begini gak ada lagi di dunia FanFic. Gue kapok ikutin jalan otaknya Mrs. Author yang sedeng ini…!

Tezuka : *ngangguk2*

Penulis : Eh, tar dulu donk! Kontrak kalian masih panjang neeh, jangan break-up dulu yak? Please…*mata berbinar2*

Tachibana & Tezuka : *ngelempar bom atom ke tempat duduk Author*