Song of Love

Disclaimer : Rick Riordan, lagu-lagu di dalam sini punya berbagai penyanyi di dunia.

Warning : OOC, cerita ngaco, dewa-dewi Yunani dan Romawi yang kecampur-campur, dll, dsb, dkk.


Chapter 1 : Love?

Cinta dan musik adalah analogi. Musik adalah cinta, dan cinta dapat menjadi musik.

Nothing gonna change my love for you

You oughta know by know how much I love you

.

.

.

Reyna tidak percaya pada cinta. Cinta adalah omong kosong yang memuakkan. Ia mendedikasikan hidupnya untuk perang, sebagaimana layaknya anak-anak Bellona yang perkasa. Sampai dia bertemu dengan Jason.

Hidupnya berubah. Ia mulai tersipu dan kemerah-merahan. Ya, ampun, Reyna juga manusia.

Jason adalah yang pertama. Semua anak laki-laki yang dikenal Reyna pasti berjengit melihatnya. Atau jika tidak, gemetar ketakutan. Memangnya dia separah itu? Demi Tartarus, dia itu perempuan sejati sejak di dalam kandungan ibunya! Reyna tidak bisa, dan tidak akan pernah bisa jadi seperti perempuan. Dia tidak bisa, dan tidak akan pernah bisa dicintai.

Mungkin dia memang tidak pantas. Untuk dicintai.

Karena dia adalah mimpi buruk. Bagai refleksi sang Dewi Perang Romawi yang bergaun darah dan bermahkotakan api. Tidak ada hal baik dalam diri Bellona. Imperium Romawi yang garang memujanya. Reyna kadang ingin menjadi anak Dewi Perang. Tapi Dewi Perang seperti yang dipuja orang-orang Yunani itu. Ia mau tidak mau berpikir bahwa orang-orang Yunani lebih beradab dan berbudaya daripada orang Romawi. Kalau tidak, bagaimana bisa mereka mempunyai dewi yang merapel tugas sebagai dewi perang, kebijaksanaan, dan seni sekaligus? Athena pasti digaji lebih daripada dewa lain.

Bagi tentara Romawi yang tidak berotak, perang tidak dapat berjalan beriringan dengan kebijaksanaan. Karena itu, Bellona adalah gambaran yang tepat untuk setiap keganasan yang dibawa oleh tentara Romawi saat pergi bertempur. Seperti itulah Reyna yang tidak terkalahkan. Penabur ketakutan bagi musuh-musuhnya. Haus darah tapi tanpa kebijaksanaan.

Itu kan, yang orang lain lihat.

Mengherankan, orang-orang tidak pernah mau tahu sifat lain dari seorang anak dewa. Yang mereka lihat adalah gambar diri orang tua dewanya. Sekeras apapun Reyna berusaha, tetap ia tidak dapat mengubah fakta bahwa ia adalah putri dewi perang. Itu salahnya juga, ia sama sekali tidak punya kemampuan berkomunikasi. Tidak pula bersosialisasi. Tapi ada orang yang berkata bahwa ketulusan akan tercermin di wajah kita. Suatu hipotesis yang salah besar. Itulah mengapa orang harus melakukan penelitian dulu sebelum asal bicara kata-kata mutiara. Berlagak seperti filsuf, huh.

Dalam kehidupan Reyna, tidak ada yang pernah melihat ketulusan hatinya. Bahkan saat ia berusaha tersenyum pada seseorang, orang itu malah tambah mengkerut ketakutan. Padahal ia sudah mengecek senyumnya di cermin, dan yakin kalau senyumnya itu tidak mirip cengiran gorgon.

At the same time, I wanna hug you

I wanna wrap my hands around your neck

You're an asshole but I love you

And you make me so mad I ask myself

Why I'm still here, or where could I go

You're the only love I've ever known

But I hate you, I really hate you

So much, I think it must be

True love


A.N

Hai, ini cerita baru saya lohh... cerita cinta-cintaan, pair'y Jeyna.

Klise yah? abis saya selalu ngenes setiap baca bagian Reyna lagi mikirin Jason (tersirat di novelnya). Om Riordan kejam nih, Reyna itu kan keren, kenapa dia harus menderita? KENAPA?

Btw, cerita ini adalah bentuk penghormatan saya terhadap tokoh Reyna, Praetor of Legiun XII.