Hey semua! #kenatampar

Setelah dengan kurang ajarnya saja hiatus setahun, saya balik lagi dengan bawa fic baru. #dihajarramerame

Fic ini juga buat permintaan maaf atas fic saya yang satunya "Long Kiss Goodbye". Fic itu masih akan saya lanjutkan kok mina, lagi dalam proses pengerjaan. Ditunggu ya updatenya! #promosi

Nah silahkan baca fic abal baru saya, jangan lupa tinggalkan jejak dikotak review ya! makasih mina-san!

Sinful Love by Yuu Nightmarie Phantomhive

NARUTO by Masashi Kishimoto

(Naruto dan segala karakternya bukan milik saya)

Rated: T

Genre: Hurt/comfort/Angst

Warning: AU, OOC, typos, EYD kacau balau, tata bahasa serampangan (?), abal, gaje, BL, BoyxBoy, SasuNaru. Ini fic YAOI/GAY. Ga suka yaoi? Klik tombol back!

DON'T LIKE, DON'T READ!

Chapter 1 : Prolog

Naruto's POV

Bosan. Sungguh aku benar benar bosan. Waktuku dihabiskan hanya untuk melamun, pikiranku menerawang jauh, mataku tertuju kearah jendela tua yang beberapa tahun ini menjadi teman pelepas sepiku. Jendela itu saksi. Ya saksi bisu yang mungkin menertawakan keadaanku. Namun aku tak peduli, jendela itu mati dan aku yakin gema suara tawa yang berdengung di telinga ku beberapa waktu lalu hanya sekedar imajinasi ku saja.

Tubuhku lemah. Dan bila terkena sinar matahari terlalu lama maka aku akan pingsan. Tulang jelas terlihat menonjol disetiap sudut tubuh mungil ku. Kulitku pucat hampir tidak berona. Percaya atau tidak, kata ibu dulu saat aku dilahirkan kulitku kecoklatan, mirip seperti orang yang hidup didaerah tropis. Entah ibu hanya ingin aku senang atau apa.

Namun aku bukan sebangsa vampir, aku manusia. Keadaanku memang begini adanya. Ibuku tak pernah mengizinkan ku untuk keluar dari rumah, apalagi bermain. Hal yang sebenarnya lazim dilakukan oleh pemuda berusia sepertiku. Namun itu pengecualian, karna aku berbeda. Ibu tidak mau aku di bully, karna tubuhku yang kecil, pucat, dan kurus ini mudah sekali mengundang gunjingan dari para tetangga. Banyak dari mereka berpura-pura, dan terkadang sampai meneteskan air mata melihat keadaanku. Sungguh aku begitu terharu dan ingin muntah pada saat yang sama. Aku hidup bukan untuk dikasihani.

Aku menghela nafas, entah untuk keberapa kalinya pada hari ini. Mataku tak lelah menatap kearah jendela. Dapat kudengar suara anak anak tetangga yang sedang berteriak dengan semangat hingga terdengar suara lengkingan yang memekakkan gendang telinga. Sepertinya sedang bermain sesuatu. Aku pun mencoba menegakan tubuh ringkih ku dan berjalan semakin dekat menuju jendela kamarku. Aku berjalan tertatih. Kutahan rasa aneh yang dirasakan kakiku akibat terlalu lama tidak digunakan untuk berjalan. Kutopang tubuhku pada jendela, mata biruku bergerak liar penuh minat kearah luar, dunia yang asing bagiku.

End of Naruto's POV

Normal POV

"Sasuke! Kau hebat sekali, goool lagi!"

"Kyaaa~ Sasuke-kun keren sekali. Hebi! Hebi!"

"Wah Uchiha muda itu benar benar memukau semua yang menonton. Jadi iri."

Desas desus suara penonton makin riuh. Pertarungan bola jalanan yang diselenggarakan secara dadakan ditengah lapangan bola yang cukup luas mengundang banyak manusia untuk ikut berpartisipasi. Tanpa adanya aturan yang jelas, tanpa wasit. Hanya ada sebuah bola dan tendangan-tendangan liar. Tampak sekelompok anak muda yang menjadi pusat perhatian saling lempar seringai.

"Cih! Kau hanya beruntung Uchiha! Tidak lagi!", maki seorang bersurai jingga dengan banyak tindikan di wajahnya sambil mengusap wajahnya yang penuh dengan peluh.

"Hn. Begitukah?", balas seorang raven dengan rambut yang melawan gravitasi, senyum mengejek terukir di wajahnya.

"Kau mulai sombong un! Itachi lihat adik kecil kesayanganmu mulai besar kepala!", sahut pria bersurai pirang panjang tak kalah kesal.

"Oh ayolah, ini hanya pertarungan bola jalanan, jangan terlalu dibawa serius. Santai saja. Merepotkan.", lerai seorang pemuda berambut nanas, mata kuacinya melirik malas kearah teman temannya yang tak hentinya saling lirik dan lempar ejekan. Ia mendengus pasrah.

"Ayo satu gol lagi dan kita selesaikan permainan kita, ini sudah sore kita harus pulang.", lanjut seorang pemuda berambut merah bata. Mata pandanya bergerak lincah memperhatikan gerak gerik musuhnya.

Tendangan demi tendangan semakin liar terjadi. Umpatan demi umpatan terus diluncurkan untuk menekan mental musuh.

Neji, pemuda bersurai coklat dengan mata pucat maju mewakili rekan-rekannya.

"Awas Hidan tangkap bola itu!", teriak pemuda berwajah tindik kesetanan.

Bola melesat tajam lepas dari tendangan Neji dan langsung masuk menerobos pertahanan Hidan.

"Gooool!" Teriak seluruh kerumunan manusia yang mengerubungi tempat itu, tak ubahnya kumpulan lalat.

"Oh tidak Dewa Janshin! Aku meloloskan nya lagi, Pain akan membunuhku.", gumam sang kiper gemetar.

"Yah tidak buruk Sasuke. Ayo kita pulang.", sahut Itachi sambil mengelus rambut Sasuke.

"Hn."

Naruto's POV

DEG!

Apa aku tidak salah lihat?

Apa aku mulai kehilangan akal sehat?

Apa benar laki-laki berambut pantat ayam itu memandangku?

DEG!

Oh Tuhan jantung ku berdetak tak karuan, kaki ku gemetar, perasaan apa ini. Apa tubuhku mulai melemah lagi?

Kubalikan badanku membelakangi jendela, memutus kontak dengan laki-laki itu. Kuhirup udara dengan rakus, nafasku putus putus. Aku berusaha tidak tumbang dan mencoba berjalan perlahan menuju ranjang ku. Kududukan diriku disisi ranjang dan kuraih sebutir obat, berharap obat itu bisa mengurangi rasa sakit di dadaku. Kutelan obat itu lamat-lamat. Rasanya pahit bagai empedu. Segera kembali kuistirahatkan tubuh ringkih ku. Tanpa sadar kegelapan menarik ku tanpa bisa kucegah, cahaya semakin memudar dan aku mulai masuk kealam mimpi.

End of Naruto's POV

Sasuke's POV

Pertarungan iseng sore ini kuakui cukup menyenangkan. Kami menang, dan bisa kulihat wajah Pain, teman aniki begitu kesal.

Ah, saatnya pulang. Kaa-san akan marah jika aku dan aniki pulang terlambat lagi.

Angin berhembus lembut sore ini. Dedaunan kering beterbangan. Ku angkat kepalaku untuk melihat matahari yg mulai terbenam. Namun yang kulihat adalah sesosok makhluk bermata biru indah. Ia berdiri dibalik jendela lantai tiga sebuah rumah. Mata itu menyedot hampir seluruh kesadaran ku. Begitu cantik, namun juga begitu sedih pada saat yang sama.

Dia berbalik badan dan memutus kontak mata kami. Hey aku masih ingin melihat mata indah itu.

"Sasuke, ayo apa yang sedang kau lihat?", tanya Aniki, menyadarkan ku dari kebingungan.

"Hn. Tidak ada. Ayo kita pulang.", jawabku sambil mulai melangkahkan kaki menjauhi lapangan.

Laki-laki tadi, itu tetangga kami kan? Iya kan?

-TBC-

Gimana ceritanya? Pendek? Abal? Gaje? Buat pusing? Buat muntah?

Tolong reviewnya ya! Chapter selanjutnya bakal lebih panjang. Arigato mina-san!