Disclaim: Highschool DxD bukan punya Saya

I Want to be Maou: Rise a Saint Templar baru punya Saya

Author:Tessar Wahyudi

Rating: T

Chapter 1 waktu yang tepat untuk memulai masalah

Dum Dum Dum Blar

Hah hah

Gamaken menyampaikan pendapatnya setelah, aku melakukan pukulan pada batu besar yang diarahkan olehnya.

"Sepertinya kekuatanmu sudah bertambah dalam beberapa waktu ini, terlebih peningkatan batas waktu balance breakermu sudah terpangkas jauh."

Dengan terengah aku menarik senyum di bibir, setelah mendengar pendapat dari Gamaken tersebut.

"Terima kasih atas pujiannya Gamaken."

Yah apa yang aku lakukan saat ini adalah berlatih, aku sadar betul untuk ukuran orang yang tak memiliki kekuatan. Aku harus meningkatkan Stamina dan kekuatanku sedangkan kekuatan sihir dan Aura, aku hanya melatihnya di waktu senggang saja.

Hasilnya lumayan besar masa tahan penggunaan Sage mode berkembang pesat, lalu penggabungan cakra senjutsu dengan Taiga juga membaik. Ditambah aku sudah mulai terbiasa melakukan promosi ke bidak Knight dan Rook.

Aku pernah mencoba berpromosi ke bidak bishop tapi itu berakhir, dengan sekujur tubuhku yang lemas dan bidak otomatis melakukan pembatalan. Menurut Kaichou itu karena tubuhku yang kurang bisa menampung energi sihir.

Sempat frustasi akan hal tersebut Kaichou memberiku semangat bahwa. Latihlah apa yang kau bisa terlebih dahulu selebihnya bisa kau pikirkan belakang. jika kau hanya mampu melatih fisik dan jenis energi sihir yang bisa kau terima hanya senjutsu. Maka perdalam itu supaya kau tidak merasa kurang berguna.

Akhirnya mulai saat itu aku Fokus melatih fisikku dan energi senjutsu ditambah aku juga mulai, menyesuaikan tubuhku dengan energi Taiga cara yang kulakukan tentu menggunakannya di beberapa kesempatan.

"Akhirnya aku bisa sedikit lebih berguna."

Saat aku menggumamkan hal itu aku meletakan tubuhku dari kelelahan sehabis latihan, kutopangkan kepalaku dengan kedua tapak tanganku.

"Gamaken apa menurutmu perdamaian itu ada."

Aku melontarkan pertanyaan itu kepada gamaken yang duduk di sebelahku dengan pandangan kearahnya. Dia yang mendapat pertanayaanku berkata lembut.

"Aku tidak bisa memastikan apa perdamaian itu ada atau tidak master, tapi menurutku buku ini akan menunjukan jawabannya."

Buku pikirku

Gamaken menyerahkan kepadaku sebuah buku yang kurasa, itu adalah sebuah Novel fiksi karangan seseorang.

"Buku ini dikarang oleh seorang Ultimate Sage of Toad Jiraiya. Dia adalah legenda dari manusia yang berhasil mencapai tingkatan tertinggi dalam seni senjutsu katak."

Aku menerima buku tersebut dengan tenang sembari mendengarkan penjelasannya, jadi Jiraiya adalah seorang Ultimate Sage of Toad dan merupakan satu satunya orang. Yang berhasil mencapai tingkatan tertinggi dalam seni senjutsu katak dia pasti orang hebat.

"Kau bilang pengarangnya adalah Jiraya, bisa kau ceritakan sedikit tentang orang tersebut."

Lalu aku melihat Gamaken menatap kosong seperti mencoba mengingat sesuatu yang jauh, air wajahnya juga menunjukkan kesenangan dan kesedihan diwaktu yang sama lalu buru-buru aku menyela.

"Jika kau keberatan aku tidak memaksa kok, 'Gamaken.

Dia dengan cepat menepisnya dengan berkata.

Oh tidak, aku tidak keberatan. Aku akan menceritakan sedikit tentangnya. Dia itu memiliki rambut putih dengan panjangnya mencapai pinggang, memakai baju khas pendeta berwarna hijau dengan juntaian baju berwarna merah. Selalu mengenakan bakiak di kakinya, dan tak pernah lepas gulungan jutsu di punggungnya. Kepribadiannya riang dan kadang menjengkelkan selalu bertingkah bodoh, tapi saat situasi darurat selalu bisa diandalkan. Dia adalah rekan terbaik yang pernah kupunya, dan dia pulalah yang mengajarkan kepadaku arti sebuah rumah."

Aku memperhatikan dengan serius cerita dari gamaken, intonasinya, ekspresi wajahnya. Itu menunjukkan dia memiliki hubungan yang sangat dalam dengan sosok ini dan lagi, dia menyebutkan dari Jiraiya pulalah dia mengenal arti keluarga lalu Gamaken melanjutkan.

"Kata terakhir yang kudengar darinya adalah Rumah adalah tempat dimana orang orang yang selalu memikirkanmu berada, kita merasa nyaman dengan mereka walau terkadang selalu terjadi pertikaian kecil. tapi itu tak sampai membuat permusuhan bahkan hal itu, malah membuat ikatan diantara kita dengan mereka semakin dekat."

Seumur hidupku baru kali ini aku melihat selain ayahku, seseorang yang menyampaikan pesan lalu pesan itu masih dijaga dengan baik. Bahkan sang penerima pesan menyampaikannya tanpa memotong pesan tersebut, lalu membekas bahkan mengubah jalan hidupnya itulah yang bisa kutangkap dari ucapan gamaken tadi.

"Wah pasti dia adalah orang yang sangat berharga bagimu ya, Gamaken."

"Iya dia sangat berharga sekali Master. Karena itu aku memberikan kepadamu karyanya, agar kau bisa mendapatkan jawaban atas apa yang mengganggu pikiranmu saat ini. Buku itu ditulis olehnya setahun sebelum ia wafat aku menyimpan harapanku pada buku tersebut, semoga saja mereka yang membaca buku ini dapat mengambil hikmahnya dan mewujudkan apa yang kita dambakan selama ini. Buku ini kuberikan kepadamu agar kelak kau serahkan kepada orang yang tepat, Itulah pesannya saat ia menyerahkan buku itu. Sekarang tugasku sudah selesai kini giliranmu, mengambil sesuatu dari buku itu Master."

Berarti dia sama saja senpaiku bukan ternyata dia memikirkan bahwa setidaknya 'sebelum aku mati aku ingin meninggalkan bukti bahwa aku ada didunia ini' pepatah tua terkadang tak bisa diremehkan walau kadang banyak salah juga sih tapi.

Seekor Harimau meninggalkan Taringnya, seekor gajah meninggalkan gadingnya, dan Manusia meninggalkan namanya entah itu baik atau buruk dimata masyarakat.

"Baiklah aku menerimanya Gamaken terima kasih, sudah waktunya kembali sampaikan salamku pada Saku dan Shima ya!"

Aku melambaikan tanganku dan memasukan buku, yang baru kuterima dari gamaken tersebut di tempan penyimpanan sihirku. Lalu aku beranjak dari dimension paralel milik familiarku, dan aku sudah berada di ruang kamarku.

Ya setelah pertemuan 3 Fraksi tersebut aku dipaksa oleh Maou Leviathan, agar menerima sebuah rumah besar yang diberikan untuku. Sebenarnya aku tidak menginginkannya tapi dua gadis disekitarku, membuatku harus menerimanya jika tidak mereka mengancamku jadi mau tak mau.

"Ikki kemana kau! Ini sudah waktunya makan malam."

Ayolah bisakah kalian tidak berisik kupikir aku akan tinggal sendiri tapi kenyataannya, sehari setelah aku tidur sendiri berbondong-bondong gadis gadis Osis pindahan ke rumah baruku.

aku hanya bisa mengedutkan pelipis mataku saat mereka mengutarakan alasan mereka pindah kerumahku, ada yang takut, air di apartemennya tidak keluar. Bahkan Bennia dengan seenak jidatnya bilang, kalau dia tidak mau uang kerjanya untuk bayar kosnya.

Oh man yang benar saja didunia ini tak ada yang gratisan tahu kalaupun ada, tentu pelayanannya pasti kurang dari standar yang diinginkan oleh kita namanya juga gratisan.

Yah intinya aku sama seperti Issei entah keberuntungan atau kekacauan, kuharap semua baik baik saja.

"Baik-baik aku akan ke bawah setelah aku mandi."

Kemudian aku melakukan ritual sore hari dimana hal ini selalu dilakukan, tentang kontrak sejauh ini sama seperti latihanku berjalan lancar dan tanpa hambatan. Kemudian hal lain pun bisa kuatasi sendiri kecuali jika situasi memburuk, baru aku meminta bantuan Kaichou.

Setelah selesai dengan ritualku aku langsung berganti pakaian dan menuju ke ruang makan, rumah ini besar sekali ada 12 kamar, 2 ruang tamu, 2 kamar mandi besar, dan 1 satu dapur. Bahkan diruang bawah tanah ada sauna khusus untuk menghangatkan tubuh.

Aku tak habis pikir berapa banyak uang yang dimiliki Clan sitri sampai-sampai bisa membuat rumah sebesar ini, saat kutanyakan hal ini kepada kaichou dia hanya bilang 'Jika hanya rumah ini dan kau anggap ini kemahalan, bagi clanku ini hanya seharga uang receh'.

Bakara hanya uang receh rumah besar yang seperti apartemen mewah dengan sauna pribai, kamar luas, dan sebagainya. Hanya seharga recehan menurut clannya aku hanya membuka rahangku lebar mendengarnya.

"Ikki kenapa kau hanya bengong dan berdiri disitu saja kemari dan duduklah."

Kaichou menyadarkanku dari ingatan yang beberapa hari lalu mengguncang batinku, disini telah berkumpul seluruh gadis di anggota Osis. Untuk yang memasak mereka mengatur jadwalnya dan kebetulan hari ini, adalah jadwal Kaichou dan Tsubaki senpai yang memasak.

"Ini dia makan malam hari ini adalah nasi goreng spesial kari dan omelet, khas buatanku sendiri yang kupelajari dari internet."

Mata para gadis bersinar layaknya melihat emas murni ditambah liur di sudut bibir mereka, ketika melihat makanan yang telah tersaji aku tentu saja ikut senang karena dibalik kacaunya suasana rumah ini hanya momen inilah yang selalu kunanti. Yaitu makan malam terhitung aku sudah memakan seluruh masakan dari seluruh gadis di anggota osis.

"Ittedakimasu!"

Teriak mereka lalu tiba tba kaichou berkata.

"Tahan sendok dan garpu kalian aku ingin kurogane-kun yang mencobanya pertama kali."

Gluk

"Ke-kenapa bagitu kaichou."

Aku menelan ludahku dan mengatakannya dengan nada berat. Lalu kaichou menyentuh kacamatanya dan bersuara dengan sarkatis.

"Itu karena kemarin kau bilang masakan dari Levi-chan yang terbaik."

"Eh!"

Apa maksudnya itu apa dia tidak terima aku berkata seperti itu jujur kemarin makanan buatan Levi memang enak, karena itu adalah makanan kesukaanku saat aku di Roma dulu yaitu pasta lalu kenapa kaichou terlihat marah.

"Hei itu curang aku bahkan tidak menyuruh Ikki-chan, untuk memakan masakanku pertama kali jadi ini tidak adil."

"Itu benar kaichou apa yang dikatakan Levi dia kemarin tidak memintaku, memakan masakannya duluan itu berarti dia tidak memintabperhatian apapun dariku."

Raut wajah kesal terlukis diwajahnya dan perempatan muncul di pelipis matanya, diikuti aura ungu gelap keluar dari tubuhnya. Kemudian suara dingin nan kelam meluncur di mulutnya

"Aku tak peduli! Itu kesalahanmu sekarang aku minta Kurogane-kun! Kau harus mencicipi makananku yang pertama kali."

Gluk

Mendapati ucapan tersebut aku menelan ludahku kembali, ini buruk suana makan malam berubah drastis menjadi medan perang.

"Woah begitu ya. Ada yang bilang kalau kau tidak bisa menarik pria dengan wajahmu maka sentuh hatinya, dengan lezatnya makanan buatanmu dan kenyangkan dia jadi kau tipe yang seperti itu."

Kalimat keluar dari mulut Levi-chan

"Heh tenanglah!"

"Diam kau kurogane-kun aku sudah memaklumi jika itu adalah Lis karena dia sepupumu."

Saat itu Lis melebarkan mata menyadari sesuatu, dan langsung berdiri menghampiriku serta meraih leherku.

"Oni-chan adalah milikku tidak ada yang boleh mencurinya dariku, tidak bahkan kaichou sekalipun."

"Eh Lis apa yang kau ucapkan, hal itu akan membuat kesalahphaman berlanjut."

Tapi ia malah menggerakan kepalanya kekanan dan ke kiri di leherku dengan berkata.

"Tidak onichan adalah milikku!"

Lalu Levi chan berdiri dan menunjuk Lis.

"Hei jangan mencuri start duluan aku adalah teman masa kecilnya, dan aku sudah tahu apa kesukaan Ikki-chan jadi dia itu milikku."

"Drimana asalnya kepercayaan dirimu itu perempuan asing."

Tsubaki senpai yang menyelanya lalu Levi chan membalas.

"Oh jadi kau memutuskan bergabung ditengah perang ya, menarik kupikir kau itu hanya gadis lugu pendiam dan bodoh yang selalu patuh pada tuannya."

Perempatan muncul sekitika di dahi Tsubaki senpai, lalu dia menatap tajam Levi serta berkata.

"Aku paling benci dengan orang yang menilai dari kulit saja."

Dan setelah lepas kalimat itu mereka bertempur satu sama lain dengan kekuatan akuma mereka, aku mana bisa menengahi yang ada malah situasinya suram. Gadis-Gadis yang lain pun ikut-ikutan meramaikan suasana, biasanya aku akan diam tapi ini sudah kelewatan jadi aku harus bertindak.

Kuangkat tangan berniat menggerbak meja tiba-tiba kaichou bilang.

"Mau apa kau hendak menggebrak meja dan menghancurkan makanan buatanku."

"Eh!"

Hal itu mengejutkanku aku hanya bisa tersenyum cengah, dengan sudut bibirku yang gemetar serta membela diri.

"Aku... Aku... Hanya ingin mulai memakan makananmu Kaichou apa tidak boleh?"

Kaichou mengubah posisinya lalu berkata lembut dengan mata yang berbinar.

"Silakan Ikki dicoba makanannya."

Shimatta ow ow bangunkan aku dari mimpi buruk ini, tak biasanya kaichou bertingkah seperti ini lalu Levi dan Lis berteriak keras

"Tidak itu Ilegal setidaknya Ikki biarkan kami mencobanya, kalau-kalau Kaichou menaruh racun di makanan itu.*

"Eh!"

Perempatan muncul dipelipis kaichou dan langsung saja dia menyembur.

"Mana mungkin aku melakukan hal bodoh seperti itu, hah! Apa kalian pikir aku akan membunuh kurogane-kun."

Ini gawat ini gawat padahal tadi hampir berakhir lalu sesuatu, bergetar di kantung celanaku aku meraihnya dan itu adalah Devil Map Kontrakku.

Entah kenapa aku seperti disinari cahaya harapan bahawa aku akan keluar dari tempat ini, aku memandagi DMC ku cukup lama dengan mata berbinar penuh dengan luapan emosi .

Inilah saatnya aku keluar dari situasi buruk ini, aku senang-aku senang akhirnya lepas dari kondisi buruk ini tapi.

Syut

"Tidak ada kontrak hari ini sebelum kau memakan makananku."

"Ehhhh Kaichou!."

Ooooww tidak! Jalan keluarku di blokir oleh kaichou perempuan memang mengerikan, aku pun mulai mencoba membuat alasan.

"Kaichou kembalikan itu, ada kontrak yang harus ku layani."

Raut wajah tegas bak sebuah tembok dan sorotan tajam kokoh terlukis di matanya, dengan tatapan tajam mengintimidasi dia berkata dingin.

"Makan dulu baru pergi!"

Gluk.

Aku menelan ludahku ini sudah ketiga kalinya aku meneguk ludahku, bisa bisa aku kenyang dengan hal itu. Melihat kondisi yang tak memungkinkan mau tak mau.

"Baiklah aku akan memakannya tapi berjanjilah kau akan mengembalikannya oke."

Ia mengangguk kemudian aku duduk kembali dan menyantap makanan buatan Kaichou, Lis dan Levi hanya mampu diam tak bersuara melihatnya. Kalian tahu sekuat apapun laki-laki, pasti akan lebih kuat peremuan saat dia marah.

Aku meraih nasi goreng buatannya dan omelet lalu mulai memasukannya ke dalam mulutku, sensasi lezat memenuhi setiap bagian mulutku dan ucapan itu mulus keluar dari mulutku.

"Woah ini sangat lezat."

Wajah kachou dipenuhi dengan keyakinan penuh seperti dia baru saja, memenangkan lotre sedangkan Lis dan Levi menggerutu kesal

"Heh kurogane-kun mengucapkannya pasti karena tertekan sebab kau mengancamnya."

"Itu benar! Kau curang telah memaksa oni-chanku"

Aku yang mendengarnya membalas.

"Tidak! Makanan ini memang enak silakan dicoba dan sesuai janji Kaichou."

Aku menadahkan tanganku meminta Devil Map Contrakku kembali, dengan sopan ia mengangguk dan menyerahkannya seraya betkata lirih

"Berarti aku masih ada kesempatan bukan, 'Ikki!"

Aku terkejut mendengarnya apa maksud ucapan ambigu itu lalu buru-buru dia berkata.

"Lupakan ucapanku barusan cepat kau pergi, untuk memenuhi kontrakmu jangan sampai terlambat."

Sifat kaichou mudah berubah hari ini aku melihatnya yang cemberut, marah, senyum dan pemalu. Sebenarnya apa maksud ucapan lirihnya itu ya, kaichou kau itu seperti menyembunyikan sesuatu tak ingin memikirkannya lebih lanjut aku membalas.

"Baik Kaichou aku pergi dulu."

Setelah menerima DMCku aku memfokuskan perhatianku, dan berteleport ke tempat tujuan tersebut.

Sona side

Aku melihat Ikki bangkit dan membalikkan tubuhnya dalam hatiku kenapa perasaanku selalu bergemuruh, mana kala dia berbicara dengan Lis dan Levi apa aku takut kehilangannya. Kemudian dia lenyap ditelan oleh lingkaran teleportasi miliknya.

"Heh! Kau menang kali ini Kaichou, tapi jangan pikir aku akan tinggal diam."

Itulah suara yang disampaikan oleh Levi aku lalu membalas.

"Jangan pikir kalau kau teman masa kecilnya aku akan membiarkanmu begitu saja, aku yang menemukan kurogane-kun lebih dulu dan dia adalah keluargaku."

"Sepertinya kau mulai egois yah Kaichou bagaimana kalau kita bertaruh, siapa yang pertama kali akan mendapat kecupan pertama dari Ikki-chan."

Aku melebarkan mata sejenak mendengar perkataannya, jujur aku tidak pernah ragu menerima tantangan apapun dari orang lain tapi yang ini.

"Apa kau tak berani Kaichou?"

Dia kembali memprovokasi, aku yang kesal menjawab.

"Pantang bagiku untuk menolak tantangan dari siapapun juga."

"Baguslah batas dari tantangan ini adalah akhir musim panas ini bagaimana? Dan tantangan ini juga berlaku bagi kalian semua yang hadir."

Bennia lalu berdiri dan berteriak.

"Tunggu dulu kenapa kami yang tidak tahu menahu urusan kalian ikut terseret."

Kemudian Reya juga menambahkan.

Iya itu benar! Pertarungan ini milik kalian jadi jangan libatkan orang lain."

Disusul Tomoe meguri ikut bersuara.

"Kalau mau bertaruh ya kalian berdua saja kaichou! Levi!"

Aku kaget awalnya kenapa Levi menyeret yang lainnya juga tapi kemudian aku paham, dia ingin agar tak terjadi dua kubu dengan kata lain dia ingin menciptakan sebuah tantangan untuk memperebutkan Ikki. Dengan menambah jumlah pesaing tantangannya mungkin akan semakin seru.

Maafkan aku Kurogane-kun kau pasti akan dalam masalah mulai saat ini, tapi ini juga untuk kebaikanmu agar kau terbiasa dengan para gadis. Lalu aku membuat sesuatu agar mereka tertarik untuk mengikuti tantangan ini.

"Baiklah pemenang dari tantangan ini adalah 2 tiket liburan, ke prancis berdua dengan kurogane-kun selama 5 hari."

Mata para gadis bersinar setelah mendengar ucapanku, dan Lis menjadi orang pertama yang menunjukan semangatnya.

"Yosh akan kupastikan itu milikku! Aku akan berlibur berdua dengan Oni chanku, dan menghabiskan waktu romantis di negeri romansa itu."

Lain lagi dengan Nimura meskipun dia malu dia berkata.

"Aku aku pasti akan berjuang untuk itu."

Melihat dia mengungkapkan semangatnya membuat kami sedikit terhibur, dan tak lupa tawa kecil memenuhi ruangan setelah mendengar deklarasinya.

"Hehe semangatmu patut di puji Nimura, tapi jika itu Liburan ke Paris aku yang akan menang."

Ucap yakin Bennia lalu Tsubaki yang dari tadi diam saja bersuara.

"Siapa yang tadi bilang kalau bukan urusan kami, jangan ikuti orang yang tak tahu menahu."

Benia pun membalas.

"Hehe yang ini lain aku juga akan memastikan, Kurogane-kun pasti jatuh ke tanganku."

Reya menyela ucapan dari Bennia tersebut.

"Uh ganasnya kita lihat saja di akhir, siapa yang terakhir berdiri samurai. "

"Aku juga menantikannya Shinobi."

Semua meneguhkan tekad mereka untuk mendapatkan hati dari Kurogane-kun.

Back to Ikki

Clang clang

Benturan senjataku dan miliknya oh man sesaat ketika aku sampai disini pemanggilku, seorang pendeta dan dia sekarang sedang terluka karena tertebas oleh makhluk yang sedang kulawan ini.

Sial dirumah banyak kekacauan misi juga banyak pertempuran, kalau seperti ini terus kapan aku jadi Maou.

"Haha partner hal yang ingin kau raih itu ada dipuncak bukit sedangkan kau baru selangkah dari dasarnya, jadi jangan lihat terjal dan licinnya jalan yang kau hadapi tapi fokuslah pada puncaknya."

Ding

Saat kalimat itu disampaikan Taiga aku menarik tubuhku ke samping kanan, menghindari kapak yang ia ayunkan ke arahku kemudian aku menjaga jarak dengannya serta membalas

"Oi Taiga bisakah aku mendengar ucapan yang membantuku keluar dari masalah ini."

"Sekarang aku lagi sibuk, jadi tidak bisa membantu hadapilah sendiri."

"Oh yang benar saja disaat seperti ini."

Taiga memutus Linknya mungkin dia benar aku harus menghadapi masalah ini sendiri, jika masalah seperti ini saja aku tamengatasinyaagaimana. Bagaimana mungkin aku akan menjadi seorang maou nantinya.

Kuarahkan padanganku kepada lawan yang berada didepanku, dia adalah seekor hewan yang memiliki tubuh manusia dan berbulu. Memiliki cakar tajam menghiasi tangannya dan wajahnya berbentuk serigala, tapi dia pun memegang kapak besar di lengan kanannya.

Menghirup nafas dalam untuk permulaan aku pun masuk dalam mode sage, karena intensitas latihanku yang gila dalam mengolah energi senjutsu. Aku bahkan dengan mudahnya masuk ke dalam sage mode, itu karena hanya mode inilah yang standar bisa kugunakan.

Bisa dibilang kalau mode sage adalah mode standarku dalam menghadapi bahaya disamping aku punya Taiga, tapi aku jarang menggunakan Taiga alasannya menggunakan Taiga itu menguras stamina jika untuk pertarungan singkat karena itu. Aku hanya akan menggunakan Taiga jika durasi penggunaannya cukup lama, karena sekali aku masuk kedalam mode sage stamina yang dibutuhkan itu besar.

Instingku menajam saat ia melakukan serangan didalam sage mode semua elemen penting tubuhku, meningkat 4 kali lipat terdiri dari kecepatan, kegesitan, kekuatan, dan stamina.

Monster itu melayangkan serangan beruntun ke arahku membuatku harus, menghindari dengan menarik tubuhku ke kanan, ke kiri, dan berguling

Bugh engh drugh

Lalu disaat aku terduduk monster itu berhasil menendang punggungku. Membuat aku sedikit mengerang serta Sensasi dorongan dari tendangannya, membuatku terlempar ke depan dan ambruk sesaat.

"Cih kuso padahal sudah dalam sage mode gerakan monster ini, benar benar cepat aku tak boleh lengah."

Bangkit dari keadaan tersebut aku memusatkan perhatian, dengan pedang Brave heart pemberian Paus yang bertengger di lengan kananku.

[Promosi ke Knight]

Bidak ditubuhku merespon dan berubah bentuk ke Knight, itu karena bentuk inilah dan benteng yang mudah bagiku dalam melakukan promosi. Dalam bentuk ini kecepatanku meningkat tajam lalu tanpa basa-basi lagi, aku melancarkan serangan balasan.

Monster itu mencoba menyerangku kembali, tapi aku bergerak cepat menahan serangannya.

Ding

Bentrokan pedangku dengan kapaknya tapi sekarang aku tidak akan lengah lagi, kugeser bilah pedangku membiarkan seranganya berlanjut dengan menarik tubuh bagian kiriku ke arah kanan. Lalu kuserang wajahnya menggunakan siku kananku, membuatnya bergeser mundur kebelakang sambil memegangi wajahnya.

"Raauuoohhh!"

"Inilah kesempatanku."

Dengan cepat aku mengayunkan Brave heart sword ke arahnya, mengabaikan ia yang memegangi wajahnya yang kesakitan. Aku menebas dari pundak kanan menyamping ke pinggang kiri, lalu aku mengayunkan lagi pedangku menebas dari pundak kiri sampai ke pinggang kanan. Terakhir aku memutar tubuhku dan menendang keras ke arah dadanya, lalu membuatnya jatuh tergeletak.

Selepas itu ia meregang nyawa dan kemudian lenyap menyusut bak air yang ditelan bumi, aku memejamkan mataku dan mengatur nafas yang keluar masuk dengan cepat setelah melakukan serangan tadi.

Meskipun aku sudah berlatih berkali kali tapi memang benar apa yang dikatakan ayahku dulu, praktek lebih utama daripada teori tapi itu juga berlaku hanya bagi sebagian orang saja.

Kuhilangkan pedang Brave heartku dan kubalikan badanku, mendatangi pendeta yang terluka akibat serangan monster itu.

"Apa kau tidak apa-apa tuan pendeta."

"Ah berurusan denganmu rupanya banyak masalah ini ambil aku mendapatkan surat tersebut, dari seseorang yang tak kuketahui karena surat itu ada di ruang kerja rumahku."

"Bagaimana bisa kau mendapatkan surat ini sedangkan kau tak tahu siapa pengirimnya, dan tiba tiba kau memberikan padaku surat tersebut seolah ini untukku."

Pendeta itu kemudian memasang wajah sendu, dan matanya menatap kosong lalu dia mulai bersuara.

"Sebenarnya anakku sakit keras dan sedang butuh perawatan, itu membutuhkan biaya yang besar. Aku sudah mencoba beberapa kali meminta keringanan tapi tak dikabulkan, aku juga sudah mendaftar dalam yayasan yang menyalurkan dana para donatur yang mau menbantu perawatan putriku. Tapi sampai sekarang tak ada yang mau menyalurkan dana untukku, ditengah keputus asaan aku berdoa di sebuah gereja berharap pada Tuhan. Agar mengabulkan permohonanku lalu sebuah suara terdengar berbunyi.

[Aku akan membayar semua biaya putrimu jika kau taj percaya isilah cek kosong itu dengan uang yang kau butuhkan, tapi kau harus melakukan sesuatu untukku yaitu serahkan surat itu pada Akuma yang bernama Kurogane Ikki.]"

Saat itu aku kaget siapa orang yang sengaja mengirimiku surat ini, lalu pak tua melanjutkan ceritanya.

"Mendengar suara itu dan cek yang tersedia tentu aku senang di meja itu ada surat, cek, dan sebuah kertas dengan simbol aneh. Lalu suara itu menjelaskan kalau simbol itu untuk memanggilmu akhirnya aku ada disini, dan kau sudah menerima surat dariku tugasku sudah selesai."

Aku mengangguk mendengar kisahnya dan tersenyum kepadanya.

"Aku berterima kasih padamu demi mengantarkan surat ini agar sampai kepadaku, kau bahkan mempertaruhkan nyawamu apa yang bisa kuberikan untukmu."

Ia malah berkata balik.

"Harusnya aku yang berkata seperti nak jika bukan karena misi tersebut, anakku mungkin sudah wafat tapi berkat ada perintah itu dan cek tersebut. Putriku sudah aman dan dia sedang dirawat dengan baik, katakan apa yang kau inginkan dariku Akuma nyawaku mungkin."

"Eh itu tidak mungkin kulakukan tapi jika kau memaksa, kau bisa memberikan apapun yang kau mau padaku."

Mendengar aku berkata seperti itu dia meraih sakunya, untuk memberikan sesuatu padaku.

"Ini adalah peninggalan leluhurku apa ini bisa sebagai bayaran, karena telah menyelamatkan putriku dan diriku Akuma muda."

Aku melihat hal yang dia serahkan seperti sebuah batu dengan warna hijau, batu itu berbentuk bulat lonjong yang bersinar berkalungkan kuningan.

"Apa ini tidak berharga benda ini peninggalan leluhurmu loh, harusnya kau jaga dengan baik."

Ia malah tersenyum ringan.

"Tenang saja leluhurku pasti mengerti kalau aku menggunakan peninggalannya untuk membayar kembali, apa yang telah Tuhan berikan padaku dan putriku. Sampai jumpa Akuma muda!"

Setelah itu dia melakukan gerakan aneh yang menurutku asing, lantas dia pergi aku yang tak ingin melupakannya berteriak

"Tuan pendeta siapa namamu."

Ia berbalik setelah mendengar suaraku.

"Namaku adala Aditya Irawan Apa kau membutuhkan sesuatu lagi."

Dengan cepat aku berkata.

"Tidak apa-apa! aku hanya ingin tahu namamu saja tuan pendeta ,kalau begitu sampai jumpa dan sekali lagi terima kasih atas suratnya."

Ia mengangguk dan kembali pergi sedangkan aku bergulat dengan pikiranku, karena seseorang yang harusnya kubantu malah memberikan ku semua ini terlebih apa isi surat ini. Memikirkan segala kemungkinan aku pun berpikir sebaiknya kuserahkan saja kepada Kaichou, mungkin dia tahu sesuatu dengan pemikiran tersebut. Aku kembali kerumah menggunakan teleportasi.

Sesampainya aku dirumah aku disambut dengan tatapan menyelidik dari sona kaichou, di sampingnya ada Tsubaki senpai yang selalu menemani dengan setia.

"Bagaimana apa kontraknya berhasil?'

"Oh iya kontraknya berhasil!"

"Lalu bagaimana dengan bayarannya?"

Saat ia menanyakan hal tersebut aku bimbang mana yang harus kuserahkan, kalung atau surat? Tapi mengabaikan kalung kukira itu seperti privasi takut jika orang itu memanggilku lagi, dan memintanya kembali tentu saat itu aku akan mengembalikannya.

"Sebenarnya pegirim sinyal kontrak tadi hanya memberiku sebuah surat."

Kaichou menaikan pelipisnya mendengar jawabanku, kemudian aku menyerahkan surat kepadanya yang telah kuterima dari pendeta itu. Lalu kaichou dengan ragu menerimanya.

"Sebuah surat apa isinya?"

Aku menggelengkan kepalaku sebagai jawaban disertai penegasan.

"Aku tidak tahu Kaichou itu karena aku belum membacanya."

Dia pun dengan cepat membuka surat tersebut lalu membacanya. Bagian pucuk surat tersebut terdapat simbol Salib emas vatikan. Aku ragu tapi simbol salib itu adalah salib Vatikan, lalu Kaichou mengatakan sesuatu setelahmembaca surat tersebut

"Ikki ini adalah surat dari Vatikan isinya Yang mulia Paus, ingin kau mengawalnya untuk menghadiri pertemuan di Indonesia."

"Eh?"

Aku mau tak mau melebarkan mata mendengar perkataan Kaichou, mengawal Paus pergi ke Indonesia.

"Tunggu memangnya ada urusan apa yang Mulia Paus ke negara itu."

Lalu kaichou pun menjawab pertanyaan dariku dengan tegas.

"Hubungan antara Gereja Vatikan dan negara tersebut sudah lama terjalin, itu karena negara tersebut juga memiliki penganut agama kristiani yang lumayan banyak."

"Apa disitu banyak terdapat agama."

Kaichou melanjutkan.

"Tidak juga hanya tiga saja yang kutahu yaitu Kristiani, Kejawen dan, Kapitayan. sepertinya dia juga meninggalakan pesan tambahan berbunyi.

[Ksoeb iutme uak id huok yedamca Ikki]

Uh apa bahasa asing jika ia tapi dari mana asalnya."

Aku yang merasa penasaran melihat surat tersebut dan menyadari sesuatu.

"Hah ini bukan bahasa asing tapi permainan kata ayah angkatku dulu selalu mengujiku dengan permainan ini, biasanya di akhir tantangan ada hadian baiklah mari kita pecahkan."

"Kau mengetahui cara memecahkannya."

"Ya mungkin memerlukan sedikit waktu."

Setelah mengucapkan hal tersebut aku mengambil kertas dan pena, untuk corat cotet dan hasilnya adalah.

[Besok temui Aku di kuoh Academy Ikki!]

"Ini perintah sepertinya masalah penting bagaimana Kaichou?"

Mendengarku yang bicara seperti itu dia hanya memasang wajah kesal.

"Kenapa pihak gereja dekat sekali denganmu Ikki, aku khawatir kalau kau akan diapa-apakan oleh mereka."

Aku tahu kekhawatiran Sona kaichou pasti punya alasan terlebih gereja adalah musuh alami bagi Akuma, dan yang memintaku adalah ketua dari gereja tersebut yaitu sang Paus maka untuk menghindari apa yang dikhawatirkan.

"Tenang saja aku sepenuhnya ada dalam perlindungan Michael-sama jika mereka berbuat sesuatu yang nekat, Michael sama pasti akan melakukan sesuatu untuk hal itu dan tak akan tinggal diam."

"Tapi ikki mereka itu-"

"Ya mereka musuh Akuma tapi tetap saja jika di Roma aku tidak menemukan salib Helena maka ordo gereja akan turun pamornya, karena Itu mereka pasti tahu sedikit balas budi terlebih aku kan sudah menjadi Guardian dibawah naungan Michael-sama."

Setelah mendengar aku menjawab semua keluhannya ia menggertakan giginya.

"Cih seluruh anggotaku biasanya akan menurut kepadaku, saat aku mulai berdebat dengan mereka tapi kenapa kau selalu memiliki jalan keluar."

"Entahlah mungkin keberuntungan."

"Aku tidak percaya dengan hal-hal seperti itu di dunia ini Ikki."

"Ya itu masuk kepada pemikiranmu aku dilarang masuk kesana sembarangan bukan, sedangkan pemikiranku mengatakan keberuntungan juga hal yang patut diperhitungkan saat kau menilai sesuatu."

Saat kata itu keluar mulus dari mulutku perdebatan antara aku dan Kaichou selesai. Sedangkan Tsubaki senpai hanya diam seperti patung tapi ketika kuperhatikan lebih baik, seulas senyum kepuasan terlukis disana saat aku menang dalam perdebatan singkat ini. Entahlah apa maksudnya yang jelas aku akan menemui Yang mulia Paus esok di Kuoh Academy.

And cut~

Yosh minna ini pembuka untuk season baru akhirnya I want to be Maou, memasuki babak baru dengan judul yang sudah tertera di atas.

Masuk ke pembahasan untuk chapter ini apa yang mau dibahas ya orang baru chapter satu, oh mungkin soal fightnya lagi-lagi masalah satu ini yang selalu menjadi kendalaku fight action.

Bukan karena aku takut salah menuliskannya tapi aku takut gak ada, yang bikin feel di fight action pokoknya nanti aku akan belajar lagi.

Surat dari Roma waduh kayaknya lucu Roma ngasih surat buat Ikki melalui orang yang anaknya terancam, kesannya kayaknya gimana gitu kalau niat nolong ya tolong aja jangan merepotin tenang justru disini tersembunyi maksud lain.

Oke disini Sona udah sedikit mulai semi protektif, karena ketika dia tenang-tenang saja seakan dia akan ditinggalkan. Bakal jadi harem kah fic ini gak tahu aku juga gimana ngejelasin hubungan mereka, pokoknya ikutin aja terus kelanjutan hubungan mereka.

Oke next chapter kita akan beralih ke Indonesianya karena aku ingin buat awal mula masalah di chapter depan. Siapa musuhnya dan karakter apa yang baru, sorry kalian harus sabar satu minggu lagi oke.

Itu aja dulu seperti biasa bacalah terus I Want to be Maou: Rise a Saint Templar, dan ikutilah perjuangan Akuma reinkarnasi menempuh jalan berliku demi menjadi seorang Maou di masa depan.

Jaa nee