You're The One

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Hyelaflaf

Main Cast : Shikamaru x Temari

Others : Sai x Ino

WARNING!

OOC, Banjir typo, abal, gaje, bikin mules(?), DLDR

Happy reading~

Shikamaru berjalan dengan malas disepanjang lorong markas besar persatuan shinobi ini. Rapat serikat shinobi baru saja selesai dan seperti biasa, ia yang keluar paling akhir.

"Oy!"

Ah, ternyata bukan hanya dia.

Pria Nara itu menghentikan langkahnya dan berbalik untuk mendapati Temari -si pemanggil- sedang berjalan menghampirinya.

Sebuah tinjuan 'ringan' menghantam lengannya begitu si gadis kuncir dua berada di hadapannya, "Kau harus berterima kasih padaku!"

"Untuk?" Shikamaru mengernyit heran, "Tentu saja karena aku telah menjadi guru cintamu!" Shikamaru menghela napas malas. Astaga, gosip itu telah menyebar cepat.

Belakangan ini Temari memang menjadi guru cintanya -begitu yang disebutnya- tanpa diminta dan bahkan sempat ditolak mati-matian oleh Shikamaru. Gadis itu langsung memberikan 'pelajaran' cara menggaet hati wanita begitu mengetahui bahwa Shikamaru menyukai teman satu timnya sendiri, Ino.

Dan Shikamaru menanggapi itu semua dengan raut aku-tak-tertarik-sedikitpun. Yang tentu saja tidak dapat menghentikan ocehan Temari, karena ia tahu kalau pria itu diam-diam akan melakukan nasehatnya. Dan kenyataannya memang begitu. Ah, Temari terlalu mengenal Shikamaru.

Dan tampaknya usaha Temari 'mengajari' Shikamaru membuahkan hasil. Karena tak lama kemudian, berita mengenai Sang Ketua Pertemuan Serikat Shinobi yang baru-baru ini memiliki kekasih, tersebar luas.

Untuk itulah Gadis kuncir dua itu menuntut ucapan terima kasih dari 'muridnya'. Shikamaru mendengus, "Aku tidak memintamu mengajariku itu semua,"

"Tapi kau mengikutinya juga kan?" Kemenangan telak diraih oleh Temari.

Tak ingin memperpanjang masalah, Shikamaru dengan raut mengantuk dan nada malas akhirnya mengalah kemudian menyatakan rasa terima kasihnya pada Sang Putri Suna -yang sama sekali tidak seperti putri- tersebut.

Temari tersenyum miring, "Anak pintar," Shikamaru mencak-mencak dalam hati. Temari senang sekali memperlakukannya seperti anak kecil dan itu selalu berhasil membuatnya kesal.

Ia sudah berumur 19 tahun sekarang bahkan telah menjadi salah satu orang penting dalam persatuan shinobi dan ia bahkan sudah punya kekasih! Bagian mana dari dirinya yang dapat dikategorikan anak kecil?

Ah, kelihatannya kali ini Shikamaru terlalu berlebihan menanggapinya. Lagipula ia sudah terbiasa dengan panggilan 'bocah', 'cengeng', atau semacamnya dari Temari. Dan percayalah, menyuruh Temari untuk menanggalkan panggilan itu sama saja dengan menambah frekuensi ejekan yang dilontarkan.

"Hey," Suara Temari memecah keheningan yang tempat melanda keduanya begitu mereka sampai di depan pintu keluar. "Selamat ya, aku ikut senang. Ternyata aku berbakat menjadi guru cinta,"

Temari terkekeh pelan kemudian tersenyum tiga jari menunjukkan deretan giginya yang putih bersih. Senyumannya begitu tulus sehingga membuat Shikamaru tanpa sadar ikut tersenyum dan memandang kepergian gadis itu sampai hilang dari pandangan.

Pria itu tersentak begitu tersadar, Temari tersenyum? Dan kenapa senyumnya begitu tulus?

Bukan, bukannya Shikamaru tidak suka mendapat ucapan selamat dan senyuman yang tulus dari seseorang yang sangat dekat dengannya. Hanya saja-

Temari menyukai Shikamaru. Ini bukanlah sekedar persepsi tanpa dasar yang kuat. Semua orang pasti menyadari dengan gelagat dan perlakuan Temari pada Shikamaru, gadis itu pastilah menyimpan perasaan padanya.

Lalu sekarang, begitu mendengar perihal perasaannya terhadap Ino, gadis kuncir dua itu malah membantunya mendapatkan hati teman satu timnya itu. Apa sebenarnya yang ada dijalan pikiran Temari? Shikamaru tidak mengerti.

Bahkan setelah mendengar hubungan Shikamaru dengan Ino, Temari sama sekali tidak menangis atau memukulinya seperti kebanyakan orang yang patah hati. Gadis itu malah memberi selamat dan tersenyum padanya. Senyum yang sangat tulus.

Mungkinkah Temari sudah tidak menyukainya lagi? Ah, ia harap begitu. Biar bagaimana pun Temari adalah salah satu sahabat terdekatnya, dan ia tidak ingin merasa berdosa dengan menyakiti hati gadis itu terlalu banyak.

~You're The One~

Pagi itu Shikamaru berjalan-jalan di desa mencari spot bagus untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu karena pengusiran brutal dari ibunya. Pemuda itu menghela nafas, padahal ia baru tidur sebentar (read: beberapa jam) tapi sang ibu benar-benar tidak bisa diajak kompromi dan terus menyuruhnya keluar rumah dengan dalih untuk menghirup udara segar. Apa udara dirumah masih kurang segar? Shikamaru tak habis pikir.

Untuk alasan itulah, Shikamaru berada disini sekarang. Tebing patung pahatan hokage. Dan tak disangka-sangka, Naruto juga ada disana. Oh, hancur sudah mimpi indahnya.

"Oy, Shikamaru!" Dengan disertai cengiran lebar, pria yang dikenal sebagai pahlawan desa itu memanggilnya.

Pemuda itu mengangkat sebelah tangannya, "Oy, Naruto! Tumben kau ada disini," kemudian membalas sapaan teman seangkatannya itu sekaligus menyatakan keheranannya. Seharusnya, -pikir Shikamaru- Naruto sedang ada di Ichiraku Ramen sekarang, duduk manis dengan segunung mangkuk di kanan kirinya.

"Aku sedang berpikir," Naruto membuka suara, "Bagaimana cara melamar Hinata, ya?"

"Ha?!" Shikamaru ternganga parah, "Tapi kau baru beberapa bulan berkencan dengannya!"

Setelah teriakan histerisnya yang sangat amat berlebihan, Shikamaru dengan susah payah mengatupkan mulutnya yang terbuka lebar akibat pernyataan maha dahsyat Naruto. Ini baru tiga bulan setelah peristiwa penyerangan Toneri yang artinya baru selama itu Naruto dan Hinata menjalin hubungan, dan dalam waktu sesingkat itu anak ini sudah memikirkan untuk menikah?! Hebat sekali.

Naruto terkekeh melihat reaksi berlebihan Shikamaru, "Aku hanya memikirkan bagaimana cara melamarnya, bukan berarti ingin menikahinya dalam waktu dekat."

"Begitu ya," Shikamaru menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.

Sebenarnya ia masih belum puas dengan jawaban Naruto. Kalau sudah berpikir bagaimana cara melamar, berarti memang niatan itu sudah ada kan? Tapi Shikamaru tidak mau ambil pusing, terlalu merepotkan baginya. Dasar.

"Ngomong-ngomong, aku sudah dengar tentang kau dan Ino," Naruto kembali membuka percakapan, "Mengejutkan sekali, kupikir kau berkencan dengan Gadis Kipas itu,"

Shikamaru mendengus. Yang dimaksud Naruto sebagai 'Gadis Kipas' pastilah Temari, dan masalahnya ini bukan pertama kali ia mendengar komentar semacam itu. Kami bahkan berasal dari desa yang berbeda, pemuda itu membatin.

"Yang benar saja, mana mungkin aku menyukai gadis merepotkan macam dia,"

Naruto tergelak, "Bagimu semua wanita merepotkan," komentarnya sungguh tepat sasaran.

Lagi, Shikamaru mendengus "Tapi dia yang paling merepotkan dari seluruh wanita merepotkan. Wanita itu suka mengejekku, tapi tiap dia tersenyum aku malah ikut tersenyum tanpa sadar."

"..."

"..."

Shikamaru tersentak. Apa yang baru saja ku katakan?! Pria ini sama sekali tidak menyadari apa yang baru saja dilontarkannya.

Naruto memandang teman seangkatannya itu lekat-lekat, "Kau yakin kalau kau menyukai Ino?" Ia memicingkan matanya.

Shikamaru sweatdrop. "Tentu saja aku menyukainya!" dengan cepat, pemuda itu menyanggah ucapan Naruto.

Sementara itu lawan bicaranya menghela nafas, "Tidak baik membohongi perasaanmu sendiri," Naruto memulai ceramahnya.

Shikamaru terdiam. Ia tidak merasa tengah membohongi perasaannya, tapi entah kenapa ia tidak bisa menyangkal.

"Kau adalah orang yang cerdas," Naruto meletakkan tangan kanannya di pundak Shikamaru, "Cukup orang bodoh sepertiku yang pernah merasakan kehilangan gadis yang dicintai,"

Shikamaru mengerti maksud Naruto. Hinata pernah diculik oleh musuh mereka, Toneri dan bahkan hampir menikah dengannya. Kejadian ini jelas membuat Naruto terpukul, bahkan sampai enggan melanjutkan misinya.

"Hinata menyukaiku sejak lama, tapi aku memilih mengabaikannya dan terus menyakitinya dengan ketidakpekaanku,"

"Saat ia pergi, saat itulah aku merasakannya. Disini, rasanya sakit-" Naruto memegang dada sebelah kirinya, "-rasanya sakit sekali membayangkan ia tidak akan berada disisiku lagi,"

"Dan aku tidak ingin ada orang selain aku yang merasakannya," Naruto tersenyum bijak. Shikamaru sedikit terkejut akan perubahan temannya yang selalu tampak konyol menjadi seorang laki-laki dewasa.

"Aku- aku yang paling mengerti perasaanku. Aku tidak akan salah menilainya," Dengan tegas Shikamaru menyangkal Naruto, walaupun di sudut terdalam hatinya, terdapat setitik rasa ragu.

"Begitu ya," Naruto memamerkan cengiran lebarnya. Ah, sifat kekanakannya muncul lagi, "Kalau begitu selamat. Kupikir kau akan melajang seumur hidup karena terlalu malas mencari pasangan,"

Shikamaru mendengus kesal. Naruto tergelak, "Ngomong-ngomong, sepertinya Gadis Kipas itu menyukaimu ya? Atau hanya perasaanku saja?" Si Kuning Jabrik itu kembali membahas topik yang baru saja berlalu.

"Memang," Shikamaru terlihat menimbang-nimbang sejenak, "Tapi kurasa sudah tidak lagi,"

Naruto mengernyitkan dahinya, "Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Ia tersenyum dan memberi selamat atas hubunganku," Pemuda Nara itu terdiam sejenak, pandangannya menerawang, "Dan itu bukan senyuman palsu,"

Naruto manggut-manggut. Ia terlihat sedang berpikir, "Sakura-chan pernah bilang padaku, 'Saat seorang wanita tersenyum dengan tulus atas kebahagiaan orang yang ia cintai, meskipun itu menyakitinya, itu berarti ia punya perasaan yang sangat sangat besar dan tulus.'"

Naruto menutup penjelasannya dengan senyum bangga, merasa senang bisa mengingat kalimat sepanjang itu. Shikamaru tertegun, Sebesar itukah perasaan Temari? Ia tidak mengerti.

"Ah, aku sampai lupa!" Mendadak Naruto menepuk jidatnya, "Aku ada janji dengan Hinata-chan, jaa ne Shikamaru!" Dengan tergesa -bahkan tanpa memberi Shikamaru kesempatan untuk membalasnya- Naruto pergi meninggalkan kawannya yang masih terdiam.

Mungkin Temari memang sudah tidak menyukaiku. Ya, pasti begitu. Tapi bagaimana kalau Naruto benar? Aku pasti menjadi orang terjahat di dunia karena menyakiti perasaan tulus seorang gadis.

Shikamaru terlibat argumen sengit dengan dirinya sendiri. Sebagian dari dirinya mengatakan untuk tidak ambil pusing. Toh itu bukan salahnya, tapi tak dapat dipungkiri ada setitik rasa bersalah dalam hatinya.

Dan sejak detik itu dimulailah gangguan dalam hidup Shikamaru yang tenang.

TBC~

Hai(?) Saya dateng lagi bawa fanfic nista saya yang kedua '-')/

Gimana? Gimana? Jelek ya? Maklumin aja ya wkwk *plak*

Ini sebenernya gabungan dari dua part yang saya publish di wattpad, jadi terasa agak lompat(?) gitu ._.v

Apalagi juga terlalu banyak yang OOC disini, kayak Temari yang ga sengaja saya hilangin judesnya trus Naruto yang mendadak bijak *uhuk*

Oh iya, saya juga mau bilang terima kasih buat kalian yang sudi baca dan ngasih review di fanfic pertama saya sebelumnya, Sumpah respon kalian bikin terharu:') *lap ingus* (readers: jorok lu thor! Hye: ah, sirik aja kalian) #abaikan

Yosh! Sekian cuap2 dari saya, mohon reviewnya yaa~ Saran dan kritik membangun sangat diperlukan^^