Title: Fading Memories
Rating : T
Disclaimer: Kubo Tite yang lagi hiatus selama 2 minggu =-= *plak*
Pairing : Ichiruki, onesided!Ichihime
Warning: Tidak bisa menggunakan kata ganti dengan becus, kurang terasa romansa-nya, OOC, semi-AU, jayus, jelek.
A/N: Err saya kesulitan merangkai kalimat orz orz jadinya agak aneh ya?
Malam yang bisa dibilang cukup tenang sedang terjadi di kamar Ichigo. Ichigo sedang sibuk dengan majalah komik terbarunya; tengah berbaring di kasurnya dengan posisi senyaman mungkin. Sedangkan Rukia sedang tidur tengkurap di lantai, sedang membaca majalah fashion dan asyik mengisi buku sketsanya dengan berbagai macam desain baju; yang tentu saja satu-satunya model yang digambar adalah maskot kelinci putih kesayangan Rukia, chappy. Sayangnya keheningan itu dipecah oleh sebuah boneka yang sedang kalap.
"Nee-san! Ichigo! Kenapa kalian justru asyik-asyikkan bermalas-malasan begitu? Mentang-mentang karena ini Golden Week jadinya kalian enggan menggerakkan satu otot sekalipun?" protesnya kesal sambil menunjuk-nunjuk bergantian ke arah Ichigo atau Rukia.
Ichigo hanya melengos kesal, dan dia memutuskan untuk tidak menanggapi boneka temuannya yang makin lama makin mirip ayahnya saja. Rukia juga melakukan hal yang sama; bahkan sekarang Rukia sedang asyik memilih warna krayon untuk dress yang baru saja didesainnya untuk Chappy. Kon mendapatkan tanggapan yang sangat tidak memuaskan baginya.
TUUUUT...TUUUUT...
Seringai Kon melebar. Akhirnya ada hollow juga. Selama Golden Week cukup mengejutkan; tidak ada hollow sama sekali yang muncul. Dan itu membuatnya sangat bosan karena Ichigo memilih tidak ikut berlibur ke pantai 3 hari 3 malam bersama keluarganya, dan Rukia juga memutuskan untuk menemani Ichigo yang dianggapnya akan sembrono mengurusi hollow jika ia pergi bersama keluarganya. Bagaimana dengan Kon? Daripada berurusan dengan Yuzu, lebih baik dia di rumah; mati kebosanan daripada disiksa menggunakan berbagai macam aksesoris yang tidak dibuat untuk boneka singa. "Ichigo! Nee-san! Ada hollow! Bolehkah aku ikut?"
Ichigo yang sudah beranjak dari kasurnya; dan Rukia yang baru saja membereskan peralatan gambarnya saling bertukar pandang. Ichigo meraih badge shinigami cadangannya dan berubah wujud; jasadnya terjatuh lemas di kasur. Rukia juga mengeluarkan kotak permen yang berbentuk kepala Chappy, namun sebelum dia menelan permennya dia memandang lama ke arah Kon.
"Hei Kon, daripada kamu ikut, bagaimana kalau kau jaga rumah dengan menggunakan tubuh Ichigo?" tanya Rukia yang membungkukkan sedikit tubuhnya agar dia bisa melihat ekspresi King of New York itu dengan lebih jelas.
"OI! KAU PIKIR ITU TUBUH SIAPA? DAN AKU BERSUMPAH TIDAK AKAN MENINGGALKAN KON MENGGUNAKAN TUBUHKU UNTUK JAGA RUMAH SENDIRIAN!" protes Ichigo kesal, kerutan di dahinya makin terlihat jelas. Ichigo sudah bisa membayangkan kemungkinan terburuk jika Kon menggunakan tubuhnya tanpa pengawasannya.
"...siapa bilang sendirian?" Rukia sudah mengeluarkan paksa bulatan berwarna hijau dari boneka singa yang malang; dan segera memasukkan paksa bulatan hijau itu ke mulut badan Ichigo yang sudah ditinggalkan pemiliknya. Ichigo memprotes lagi dengan mengatakan kemungkinan terburuk sebelum Rukia menelan permennya sendiri. Ichigo sempat terkejut begitu gigai-nya Rukia juga sama bernyawanya dengan tubuh aslinya sekarang. Dia lupa bahwa Rukia juga punya mod-soul tersendiri.
"Pyon~~" seru gigai-nya Rukia dengan ceria. "Apa yang harus kulakukan, Rukia-sama?"
Rukia hanya bisa tersenyum kecil. "Tolong jangan biarkan makhluk berambut oranye itu keluar rumah ataupun mengacaukan rumah. Bu-bukan yang ber-shihakusho itu! Tapi yang berkaus biru itu!"
Kon yang sekarang berada di tubuh Ichigo memasang tampang ketakutan begitu melihat Ichigo-yang sekarang menjadi shinigami; disiksa dengan gigainya Rukia. Persis seperti apa yang Kon pernah lihat di acara smackdown. Setelah menyadari bahwa dia salah sasaran, matanya beralih ke arah Kon. Kon hanya bisa menjerit pasrah.
"Kau seharusnya mengganti mod-soulmu, Rukia. Dia lebih berbahaya daripada Kon," saran Ichigo yang sekarang sudah berada di atas atap rumahnya. Badannya masih sakit setelah disiksa untuk kedua kalinya oleh gigai kecil yang berkekuatan luar biasa.
"Tidak akan! Dia sudah kudapatkan dengan susah payah...karena jenis chappy adalah jenis yang paling langka! Lagipula dia kan penurut!" bantah Rukia yang baru saja menyusulnya memanjat atap; suaranya dibuat kekanak-kanakan dan...cemberut. Bagi Ichigo, walaupun Rukia cemberut, hal itu membuat wajah Rukia terlihat makin imut untuk dilihat. Tanpa keraguan sedikitpun dia menarik kedua pipi Rukia.
"Eww Ichigo...tidak kali ini. Hollow sedang menunggu kita. Lagipula kalau Kon tahu, kau pasti bisa memprediksi apa yang akan dia lakukan." Rukia menahan wajah Ichigo yang mendekat dengan wajahnya, yang menunjukkan meminta untuk berciuman-sebelum-membasmi-hollow. Ichigo hanya bisa menghela nafas dan kembali ke posisi semula.
"Baiklah, tapi aku minta setelah kita berhasil menyelesaikan hollow-hollow itu," Ichigo tersenyum kecil dan melakukan shunpo menuju tempat dimana hollow-hollow tersebut muncul. Rukia masih tetap di tempat, memandangi tempat yang baru saja ditempati Ichigo sebelum dia menghilang. Dia bisa merasakan angin dingin menerpa tubuhnya, sembari berpikir sampai kapan dia bisa merahasiakan hubungannya dengan Ichigo dari siapapun. Rukia tahu betul bahwa shinigami dan manusia tidak mungkin bersatu; apalagi pasti kakaknya tidak mengijinkannya untuk berhubungan dengan manusia setengah shinigami yang telah membuat kakaknya melanggar peraturan. Rukia berharap semoga saja hal-hal tersebut akan menghilang seiring berjalannya waktu; tidak; akan menghilang seiring waktu berharga yang akan menghapus jurang pemisah hubungannya dengan Ichigo. Rukia hanya bisa tersenyum kecil dan segera melakukan shunpo untuk menyusul Ichigo.
~O~O~O~O~
"Oi Rukia! Kamu telat! Kau pasti tahu kan betapa sulitnya menghabisi hollow raksasa sebanyak ini?" seru Ichigo kesal sambil mengayunkan zanpakutounya ke arah hollow-hollow berukuran-yang lebih besar dari biasanya. Untungnya hollow tersebut hanya berkumpul di satu tempat; yaitu di tengah bukit yang cukup jauh dari pemukiman penduduk. Namun kondisi yang gelap membuat Ichigo kesulitan untuk menyerang.
"Maaf Ichigo! Sepanjang perjalanan banyak sekali hollow menghadang!" jawab Rukia panik, dan dia segera memasang kuda-kuda menyerang di belakang punggung Ichigo. "Hei Ichigo, untuk membuatnya cepat, gunakan bankai!"
"Kau juga, gunakan shikaimu, Rukia!" seru Ichigo sembari menghabisi hollow berwarna hijau-putih. "BAN! KAI!"
"Mae, Sode no Shirayuki!"
Waktu pertarungan sudah berlangsung selama 4 jam, namun hollow yang bermunculan tidak ada habisnya. Justru hollow yang menggantikan hollow yang baru saja dihabisi makin kuat dan makin besar. Hal tersebut membuat Ichigo dan Rukia sama-sama kelelahan, tekanan roh mereka makin menipis.
"I-Ichigo, coba gunakan topeng vizardmu," saran Rukia terengah-engah sambil membisikkan mantera hadou, lalu menembakkannya ke arah hollow yang berbentuk seperti ulat besar berwarna hitam keabu-abuan.
"Jika aku bisa, pasti sudah kulakukan! AWAS RUKIA!" seru Ichigo panik begitu melihat sebuah kuku besar, tajam, dan panjang melayang ke arah Rukia. Untungnya Rukia sempat menghindar, namun hal itu dimanfaatkan sang pemilik kuku untuk menyerang Rukia dari atas dengan menggunakan kuku satunya. Ichigo hanya bisa membelalakkan matanya; melihat kuku hollow tersebut menembus badan Rukia hingga badannya mengeluarkan banyak darah. Tubuh Rukia melemah, bahkan dia menjatuhkan zanpakutounya.
"RUKIA!" seru Ichigo cemas, dan dipenuhi dengan amarah. Tanpa basa-basi dia segera menggunakan topeng vizard dan menghabisi hollow yang baru saja melukai orang yang penting baginya dalam satu serangan. Hollow tersebut musnah menjadi partikel, dan menjatuhkan tubuh Rukia dari kukunya. Ichigo dengan sigap menangkap tubuh Rukia yang sekarang bersimbah darah, wajahnya sangat pucat. Walaupun jantungnya masih berdetak, tetap saja Ichigo sangatlah cemas. Tapi jika dia pergi untuk mencari pertolongan medis; sudah pasti hollow-hollow tersebut akan meneror seisi kota Karakura. Pikiran Ichigo sedang galau, tak menyadari bahwa seekor hollow mengayunkan tangannya yang penuh dengan duri ke arah Ichigo.
"Chire, Senbonzakura." Kelopak-kelopak bunga berwarna merah jambu menghancurkan tangan hollow tersebut, dilanjutkan dengan memusnahkan hollow tersebut sepenuhnya. Topeng vizard Ichigo segera hancur dan Ichigo mendongak ke asal arah suara tersebut.
"Byakuya?" tanyanya tak percaya.
"Segera selamatkan Rukia, Kurosaki Ichigo. Hollow-hollow ini sudah merupakan tugas kapten," tanggap Byakuya Kuchiki, kapten divisi 6 yang berlalu ke arah belakang Ichigo dan segera menghabisi hollow-hollow yang menunggu untuk bertarung dengannya.
"Kurosaki Ichigo, kau sudah diperintahkan untuk membawa Kuchiki ke pertolongan medis, tapi kenapa kau masih tetap di tempat?" suara lainnya muncul dan Ichigo segera menoleh ke arah suara yang terdengar dingin itu.
"Toushiro?" tanyanya lagi tak percaya.
"Kapten divisi enam sudah bilang bahwa ini termasuk tugas kapten. Bagi yang tak berkepentingan jangan menghalangi jalan!" bentak Toushiro Hitsugaya kesal dan mendadak sudah berdiri di samping Ichigo; memasang kuda-kuda menyerang.
"Baiklah," jawab Ichigo mantap dan segera melakukan shunpo menuju ke rumah Inoue.
"Sekarang, bisakah kau jelaskan kenapa ini sudah termasuk tugas kapten?" tanya Kenpachi Zaraki dengan nada enggan. Hitsugaya hanya bisa mendengus kesal.
"Hollow-hollow besar ini bukan hollow biasa, Kapten Zaraki. Mereka mempunyai kemampuan khusus yang kebetulan dapat melemahkan kemampuan bertarung shinigami. Seperti menghancurkan zanpakutou hanya dengan menyentuh, menembakkan cero walaupun bukan menos, bahkan menghapus ingatan dengan kontak darah," jelas Hitsugaya sambil mengarahkan naga es ke hollow-hollow yang 3 kali lebih besar darinya. Senyum Kenpachi melebar selagi dia menarik pedangnya.
"Kalau begitu, kita harus menghabisi mereka secepat mungkin! HAHAHAHA!"
~O~O~O~O~
"Uuuuhhh..." gumam Rukia pelan begitu dia tersadar dari tidur panjangnya. Kepalanya terasa sangat berat untuk digerakkan. Pandangannya juga sedikit kabur.
"Syukurlah!" seru Inoue ceria sambil memeluk Rukia dengan erat. Mata Rukia melebar; terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Inoue. Mata Inoue menjadi sembab, dia menangis di pundak Rukia. "A..aku pikir...ka-karena...lu-lukanya da-dalam...ja-jadinya.."
"Tunggu dulu." Rukia segera mendorong Inoue dengan sedikit paksaan. Inoue terkejut karena tidak biasanya Rukia melepaskan pelukannya selagi dia menangis. "Si-siapa kamu? Kenapa aku bisa disini? Dimana aku?"
Kini giliran mata Inoue yang melebar; dia kembali dikejutkan dengan pertanyaan Rukia barusan. Cepat-cepat dia mengelap kelopak matanya yang sembab dan berusaha menjawab pertanyaan aneh Rukia dengan nada ceria. Inoue berharap semoga Rukia hanya bercanda dengan pertanyaan barusan.
"Aku Orihime Inoue! Teman sekelasmu! Dan sekarang Rukia-san sedang berada di kamarku; karena tadi Rukia-san banyak bertarung dengan hollow raksasa sehingga Rukia-san terluka parah. Kurosaki-kun membawamu kesini agar aku bisa mengobati Rukia-san!" jelas Inoue dengan senyum terlebar yang bisa dia tampilkan saat itu.
"Bi-bicara apa kau, Inoue? Siapa itu Rukia? Siapa itu Kurosaki? Dan...hollow itu apa?" tanggapan Rukia sukses membuat Inoue makin terkejut. Mata Inoue memanas karena air mata sudah mengumpul di pelupuk matanya lagi. Dia mencengkeram pundak Rukia dengan erat.
"Ru-Rukia-san...tid-tidak ing-gat dengan dirinya sendiri?" tanyanya pasrah dan dia kembali menangis di pundak Rukia. Rukia hanya bisa kebingungan melihat tingkah orang yang bahkan tidak dia kenal menangis di pundaknya.
"Oi Rukia. Kamu ngapain aja sampai membuat Inoue menangis?" tanya Ichigo membuka pintu kamar dan melihat pemandangan yang selama ini dibayangkannya melalui percakapan yang ditangkapnya dari luar ruangan. Namun Ichigo tidak mendengar semua ucapan Rukia karena hanya suara Inoue yang keras yang dapat ditangkapnya.
"Siapa kamu? Apa boleh seorang cowok masuk ke dalam kamar seorang cewek?" tanya Rukia sarkartis; alisnya mengerenyit.
Ichigo tidak percaya dengan ucapan Rukia barusan.
"Hei Rukia. Sekarang bukan waktunya bercanda," jawab Ichigo dengan nada serius. Sayangnya ekspresinya tidak mendukung, dia berusaha menahan keterkejutannya.
"Siapa yang bercanda, rambut oranye? Sudah kuduga, kau pasti cowok berandal. Sudah berambut oranye, ternyata juga seenaknya memasuki kamar cewek," tanggap Rukia tajam. Matanya menunjukkan kebencian terhadap Ichigo. Hati Ichigo merasa miris begitu dia melihat mata Rukia.
"BUKAN BEGITU, RUKIA-SAN!" potong Inoue yang sudah tak tahan dengan perkataan tajam Rukia terhadap Ichigo. Cepat-cepat dia beranjak dari posisinya. "Dia adalah Kurosaki-kun, bukan anak berandal! Di-dia...yang menyelamatkan Rukia-san dari kematian..." Inoue tidak sanggup melanjutkan kalimatnya dan kembali menangis. "Dia sangat peduli dengan Rukia-san, dia juga membawa Rukia-san ke sini dengan kondisi babak belur. Dia lebih mementingkan Rukia-san daripada dirinya sendiri..."
Ichigo hanya bisa tetap diam. Dia tidak menyangka Inoue bisa melihat hubungannya dengan Rukia yang begitu dalam walaupun ditutup-tutupi. Ichigo kembali menatap mata Rukia. Syukurlah dia tidak melihat lagi kebencian yang terpancar dari kedua mata violet tersebut kepada dirinya. Sinar mata Rukia melemah.
"Maafkan aku, Kurosaki-san," katanya yang terdengar menyesal. "Mungkin aku tidak tahu kalau kau sangat peduli denganku. Mungkin saja aku tidak ingat. Maaf."
Ichigo sempat kecewa karena Rukia baru saja memanggilnya dengan nama keluarga. "Tidak apa. Tapi, aku minta kamu untuk mengatakan semua yang kamu ketahui saat ini."
"Untuk apa?" tanya Rukia keheranan.
"Memastikan apakah kau hilang ingatan atau tidak."
"Coba...eeehhhmm...cewek berambut panjang itu bernama Orihime Inoue. Dan kamu adalah Kurosaki Ichigo. Kalian berdua memanggilku Rukia. Berarti namaku Rukia?" ucap Rukia panjang lebar dengan nada meyakinkan. Inoue menepuk dahinya sendiri.
"Kurosaki-kun. Rukia-san hanya menyebutkan apa yang baru saja kuceritakan," sahut Inoue tercekat.
Ichigo mulai berjalan mendekat dan wajahnya sekarang tepat berada di depan wajah Rukia. "Kau yakin hanya itu yang kau ingat?"
Rukia menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Yap. Maaf." Wajah Rukia merona merah. Karena baginya, untuk pertama kali ada seorang cowok yang wajahnya dekat sekali dengan wajahnya sendiri. Rukia bisa merasakan nafas Ichigo menggelitik mukanya, dan sepasang mata cokelat yang hangat tidak bisa lepas dari mata violetnya. Tidak hanya warna muka Rukia yang berubah, dia merasa wajahnya makin memanas begitu tangan besar Ichigo mendorong bagian belakang kepalanya. Bibir kecilnya bertemu dengan bibir Ichigo.
Inoue hanya bisa terdiam dan dia sadar bahwa hari ini banyak yang hal-hal yang mengejutkan. Pertama, Rukia kehilangan ingatan. Kedua, Ichigo yang dia kira tidak tertarik dengan urusan cinta...ternyata baru saja mencium sahabatnya yang baru saja kehilangan ingatan. Selama ini Inoue selalu berpikir bahwa hubungan Ichigo dan Rukia hanya sebatas sahabat yang tidak dapat dipisahkan dan saling membutuhkan. Inoue tersenyum simpul. Walaupun dia masih ada sedikit perasaan sukanya terhadap Ichigo, tapi begitu melihat tatapan Ichigo terhadap Rukia sangatlah dalam, dia memutuskan untuk menyerah. Inoue tahu bahwa dia tidak akan mungkin meraih hati Ichigo yang sudah berhasil dimiliki oleh Rukia, walaupun ingatan Rukia menghilang. Dia juga tahu sudah pasti Ichigo tidak akan menyerah untuk membuat Rukia teringat.
"APA-APAAN KAU, KUROSAKI? DAN APA BARUSAN TADI?" seru Rukia terkejut. Rona mukanya sangatlah merah dan nafasnya tidak teratur. Rukia sempat heran dengan dirinya sendiri kenapa setelah Ichigo melepaskan ciuman dia baru protes. Dan sempat muncul di pikirannya bahwa tadi...tidak muncul satu kali keengganan untuk menghentikan Ichigo.
Ichigo tersenyum menantang. Wajah Rukia makin memanas. "Ciuman. Aku dengar hal itu bisa mengembalikan memori seseorang."
"APA KAU BODOH? Itu hubungannya dengan otak di bagian depan! Bukan di bibir!" seru Rukia kesal; sembari melemparkan bantal ke arah Ichigo. Dengan mudah Ichigo dapat mengindari.
Ichigo akhirnya menyimpulkan Rukia hanya lupa terhadap orang-orang yang pernah dikenalnya dan dirinya sendiri. Tapi dia tidak lupa dengan pengetahuan umum. Tapi tentu saja ciuman tadi tidak dengan tujuan untuk mengembalikan memori Rukia, Ichigo tahu itu hal terbodoh yang pernah diucapkan. Ichigo hanya ingin mengetes reaksi Rukia. Ternyata tetap lambat seperti biasanya. "Hei Rukia, apa kau tahu apa itu shinigami?"
"Shinigami? Dewa Kematian? Itu makhluk yang mencabut nyawa manusia kan?" jawaban Rukia masih mengandung pertanyaan. Ichigo kembali menyimpulkan bahwa Rukia juga lupa jati dirinya sebagai shinigami.
"Kalau begitu, ikut denganku." Ichigo mengulurkan tangannya. Rukia hanya bisa menatap ragu.
"Kau tidak akan melakukan hal-hal yang aneh lagi kan?" nada Rukia terdengar sangat waspada. Ichigo tertawa kecil.
"Tentu tidak. Aku akan membuatmu teringat akan semua hal yang kamu lupakan."
"Kalau begitu, berjanjilah denganku!"
Ichigo mengejapkan matanya berkali-kali. Dia sempat bersyukur sifat asli Rukia belum hilang. "Tentu saja. Aku janji." Ichigo membantu Rukia berdiri dari tempat tidur Inoue.
"Sebelumnya, terima kasih banyak, Inoue." Ichigo membungkuk dalam-dalam di depan Inoue, tangannya menarik tangan Rukia; sebagai isyarat agar Rukia juga ikut membungkuk.
"Maafkan aku jika aku tidak bisa mengingat hal tentang dirimu, Orihime Inoue. Tapi aku tahu bahwa dulu kita adalah sahabat!" ucap Rukia lantang, namun masih ada penyesalan di dalam kalimatnya. Ichigo hanya bisa melengos kesal karena Rukia lebih mengingat persahabatannya dengan Inoue daripada persahabatan—atau mungkin hubungan spesialnya dengan dirinya sendiri.
Inoue tersenyum simpatik. "Bukan masalah, Rukia-san. Jika ada hal yang diperlukan, silahkan mampir!"
"Te-terima kasih banyak!"
~O~O~O~O~
"Jadi, bagaimana?"
"Benar seperti katamu. Dia diserang oleh hollow yang bertipe mampu menghapus ingatan. Untungnya dia tidak melupakan pengetahuan umum."
"Kalau begitu, apa yang akan kau lakukan, Kurosaki Ichigo?"
"Memangnya tidak ada alat pemulih ingatan atau semacamnya?"
"Tidak ada. Kau harus berusaha sendiri. Tapi aku baru saja menerima laporan penelitian dari Kapten Kurotsuchi. Kuchiki diserang oleh hollow tipe yang menyuntikkan racun penghapus ingatan. Efek racun bisa ditunda dengan memberikannya penawar yang kubawa sekarang. Namanya juga menunda, jadi pasti akan datang saat racun tersebut menghapus total ingatan Rukia Kuchiki. Racun akan bekerja jika dalam waktu 3 bulan kau tidak bisa mengembalikan semua ingatan Rukia Kuchiki. Jadi...kau tahu apa resikonya?"
" ... "
"Aku tahu itu memang berat. Yang jelas, berusahalah sebaik mungkin atau Kapten Kuchiki akan memenggal kepalamu."
"Byakuya tahu soal hal itu?"
"Tentu saja. Dia juga mempunyai peranan penting dalam mengembalikan ingatan Rukia Kuchiki. Walaupun begitu tampaknya dia lebih percaya padamu, karena seluruh Seireitei sudah tahu bahwa persahabatanmu dengan Rukia Kuchiki sangatlah mengagumkan."
"Dan...apa yang akan kau lakukan?"
"Tentu saja pulang. Kau pikir aku pembantumu, apa? Lagipula aku juga tidak terlalu dekat dengan Rukia Kuchiki."
"...terima kasih, Toushiro."
"Panggil aku Kapten Hitsugaya, bego."
TBC
A/N: Nyahahaha akhirnya...akhirnya...akhirnya...*stress*. Doakan saya semoga saya lebih becus dalam merangkai kalimat yang wajar di chapter berikutnya QAQ
