~ Internship in Kinnetik with Love~
Justin membuka matanya, dia melihat beberapa pesan yang masuk dari smartphone nya, tanpa perlu repot beranjak dari kasur, dia berusaha membuka satu persatu pesan yang masuk, pesan pertama dari sahabatnya Daphne yang ingin bertemu dengan Justin, Daphne ingin mengenalkan Chad, pacar barunya,Daphne sudah lama bercerita tentang Chad, seorang mahasiswa transfer dari Boston yang kebetulan juga sekelas dengan Daphne, tapi baru kali ini sahabatnya sejak kecil itu mengajaknya bertemu dengan Chad.
-Hey Justin, kenapa tadi malam kamu 'ga angkat telepon aku? Kamu kemana aja? Ketemuan di Street Cafe nanti sore 'yuk? Aku mau kenalin kamu sama seseorang :wink , ok, catch u later boy.
Justin hanya tersenyum, ia tidak menyangka sahabatnya ini cepat sekali mendapat pacar baru, tanpa menyebutkan nama, Justin tahu kalau Chad adalah orang yang akan diajak Daphne nanti sore, setelah putus dari Jeremy, Daphne sangat ingin sekali mendapatkan pacar baru, menurutnya, ia adalah seorang gadis yang tidak bisa hidup tanpa cinta, yea right!. Pesan berikutnya datang dari teman sekampusnya, Kate, pesan yang satu ini benar-benar membuat Justin membuka mata lebar-lebar,
- Justin, you going not to believe this! Mark sudah dapat izin magang di Bernis and Syndicate! Kurt ehmm, yang ganteng itu, udah dapat tempat magang di Gardner, Vivian udah dapat izin di Lou & Frenitz, Cuma kita Justin yang belum dapat tempat magang! Ahhh... ok i'll call u later, i've been busy with my stupid searching for internship program.
Pesan teks terakhir dari Kate membuat Justin harus lompat dari tempat tidurnya, ia langsung meraih laptop dari meja belajarnya dan tak sabar segera membuka e-mail balasan dari beberapa agensi iklan dimana ia mendaftar untuk program magang.
"ah, sial, semuanya udah dapat tempat magang, aku malah bangun kesiangan" gerutu Justin, ia hanya berharap tidak bertemu dengan Kurt, menurutnya Kurt adalah seorang homophobic, meskipun ia ganteng dan tinggi, dan semua gadis di PIFA memujanya, tetapi tidak bagi Justin, suatu hari Kurt pernah memanggilnya dengan sebutan Faggot! Cukup dengan alasan itu untuk Justin untuk menjauhinya, dia tidak ingin kejadian dengan Hobbs si brengsek terulang.
Justin dengan jantung berdegup membuka e-mailnya, ia harus bisa mendapatkan program internship sekarang, jika tidak, ia harus menunggunya hingga semester depan, dan itu sangat membuang waktu bagi Justin. Ia sangat berharap untuk segera masuk ke suatu agensi iklan, namun disisi lain ia tidak ingin sekantor dengan Kurt Tunney. Justin dengan cermat membaca surel paling atas dilayarnya "ah akhirnya, Kinnetik! I'm coming!" Justin tidak dapat menyembunyikan kegembiraanya, akhirnya ia diterima juga, "poor Kate" gumamnya. Justin kembali melihat isi emailnya dengan senyum khasnya, dalam keterangan tambahan di e-mail tersebut tersebut tertulis kalau dia harus datang hari ini juga untuk melakukan wawancara dengan sesorang bernama Cynthia jam 10 pagi "what?! you gotta be kidding me!" Justin langsung melihat jam di laptopnya, waktu sudah menunjukan pukul 8:30, Justin bergegas menuju kamar mandi apartemen mungilnya, "damn, this is crazy, aku harus mandi dan segara mengejar bus, ya bus! yang lambannya bukan main! Ahh, konsiprasi jahat alam semesta apa lagi ini?" Justin gusar dan segera masuk ke kamar mandi.
Kinnetik 10:04
Justin tidak dapat mempercayai bahwa dia harus terlambat disaat-saat seperti ini, masuk terlambat di wawancara yang menentukan hidupnya dalam semester ini. Dia memasuki sebuah gedung yang dulunya bath house, Tampton Street terkenal dengan bath house nya yang sangat banyak di kota Pittsburgh, dan dia kagum tempat semacam ini bisa disulap menjadi sebuah kantor minimalis namun elegan dengan mengkombinasikan bangunan tua dan tata arsitektur modern.
Tanpa ragu, Justin melangkah menuju meja resepsionis, disana dia disambut seorang resepsionis berkulit hitam bernama Naomi "halo, saya Justin Taylor, kesini untuk melakukan wawancara internship bersama Cynthia Morris" Naomi hanya memberikan simpul manis di wajahnya, mengagumi garis wajah feminis tapi tetap menawan yang dimiliki Justin Taylor, ia kemudian memencet tombol telepon untuk berbicara dengan Cynthia. Tak lama berselang Naomi mempersilahkan Justin untuk menunggu di lobby. Justin masih ragu apakah wawancaranya hari ini akan tetap berlangsung, dia sudah terlambat, Damn! , seseorang dengan kemeja warna biru muda menghampiri Justin "Halo, anda Justin Taylor? perkenalkan nama saya Ty Paulson"
Ty tanpa basa-basi langsung memandu calon anak magang yang terlambat ini ke ruangannya , terlambat dan tidak produktif adalah tiket seorang karyawan Kinnetik, bahkan mahasiswa magang untuk dikeluarkan dari agensi terkenal ini.
Justin melihat sekeliling ruangan bercat putih gading karyawan yang memandunya itu dengan seksama, dengan cerdas dia bertanya "sorry sir, i'm here to meet Cynthia Morris" dengan meringis sinis Ty menjawab "yeah, it was her schedule precisely at 10 AM, sekarang jam 10 lewat 9 menit kid!" Justin tidak menyangka Ty yang baru ia temui beberapa menit sudah setengah membentak dalam menjawab pertanyaannya, bahkan ia belum dipersilakan untuk duduk. Justin tersentak dan hilang kepercayaan diri.
Oke ini bad day buat aku, bad day, damn you Paulson! Gumam Justin dalam hati.
Tak lama kemudian, Justin melihat pintu ruangan itu terbuka dan datanglah seseorang dengan kemeja semi formal Armani warna biru laut tanpa dimasukan dalam celana, tangannya memakai jam tangan Rolex yang pastinya mahal bagi Justin, dengan rambut coklat rapi, bermata coklat berkilauan memasuki ruangan Ty Paulson, dia bertanya "Paulson, did you call from LA? You got message from Ted?" dengan sigap Paulson menjawab " yes , I got it, I covered it, but I have to interview this student"
Wow, this Kinney guy is so hot! kata Justin dalam hati sambil memandangi the greek god, adonis, mister Kinney, calon Bosnya.
Brian memasuki ruangan dan melihat seorang yang sedang diwawancarai oleh Paulson, Oh, what an angelic blond, whitest skin I've ever seen, so delicious and tempting ujar Brian dalam hati, mengagumi putihnya kulit Justin, yang dibalut sweater warna biru yang senada dengan warna matanya.
Tanpa berpikir panjang, Brian lalu memtuskan "Go call him again Paulson, whats your name? Go to my office, Paulson I take care of this!" perintah Brian kepada Paulson tanpa memandang wajah orang yang diajak bicara, dengan penuh hormat dan kesigapan Paulson dengan cepat menjawab "Sure a thing, Boss!" kemudian, decak kagum dari Justin yang masih memandangi seseorang yang dipanggil bos oleh Paulson menjawab dengan agak terbata-bata "Ugh, ok , ohh my name is Justin Taylor sir, erm Mister Kinney?" Justin masih canggung menyebut nama bos nya, bahkan ia hampir lupa menyebut nama dirinya sendiri.
Hmm, Justin Taylor, cara kamu memanggil nama aku sangat seksi, dengan bibir itu aku penasaran hal apa saja yang bisa kamu lakukan dengan bibir merah muda yang manis semacam itu ujar Brian dengan pikiran yang nakal.
"yes, you can call me that, go to my office, now!" perintah Brian kepada Justin, dengan tensi seksual yang sangat tinggi sambil melihat wajah a la bidadari Justin Taylor dia ingin sekali mencium bibir itu. Tanpa melihat ke arah Paulson, Justin langsung beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti ke arah Brian Kinney pergi.
Oh man, you're very sexy, you can do me! Justin tak dapat menahan bisikan nakal dalam hatinya, dia menyiapkan strategi agar ia bisa bekerja disini selama satu semester penuh, dan tentunya bisa memandang Brian yang tampan dan memiliki aura seksual yang sangat besar ini, caranya adalah dengan melakukan wawancara dengan baik, oh bukan, dengan sebaik mungkin, sambil memegang portofolio yang ia bawa erat-erat, sedikit tegang, Justin melangkah dengan roda yang berputar kencang di otaknya sambil berpikir, hal apa yang akan terjadi di wawancara magangnya.
Justin memasuki ruangan Brian yang cukup luas, ruangan ini terhubung dengan ruang meeting yang tak terlalu besar namun cukup elegan, dari dalam ruangan ini, Justin dapat melihat beberapa orang menyiapkan outline presentasi di ruang meeting tanpa pintu itu, beberapa laptop juga menyala diletakan diatas meja, Justin sangat mengagumi interior ruangan ini, bahkan ia mengagumi detail sederhana seperti mangkok kaca transparan yang berisi beberapa apel hijau yang segar diatas meja. Justin dipersilakan untuk duduk.
Finally, I can rest my butt in this place gumam Justin sambil mengambil posisi duduk.
"Bisa lihat portofolio yang kamu pegang?" tanya Brian dengan sopan, Justin tanpa ragu memberikannya kepada Brian, calon bos dan pria yang sangat ia kagumi.
"Well, very good resume that you have here, kamu mahasiswa PIFA tahun ketiga, mengikuti kelas marketing dan periklanan, gambar kamu juga sangat...bagus" Justin sedikit lega mendengarnya.
awal yang baik Justin katanya dalam hati.
"Nilai kamu juga bagus, kamu dapat A disemua nilai desain grafis dan komposisi, juga konstruksi warna do you think you can spend your time here on full semester? tanya Brian
"Sure sir, Kinnetik is the best ad agency in town, saya akan bekerja keras and dissapointing you is the last thing I want" jawab Justin dengan penuh percaya diri, ia memainkan matanya saat mengatakan dissapointing you agar memunculkan kesan seksi dan nakal di benak Brian.
Brian mengangguk, ia cukup terkesan dengan kepercayaan diri Justin.
"Well, do you think you can work long hours, deep into the night" Brian kembali menguji kepercayaan diri Justin dengan setengah menggoda iman Justin sambil memainkan kedua alisnya.
Gila, wawancara dengan Brian Kinney sungguh sangat menyenangkan, namun ia tidak menyangka calon bosnya akan menggoda seperti ini.
Ugh, come on, Berpikir Justin,berpikir...
Justin meskipun sangat menikmati wawancara dengan Brian tetapi dia harus memutuskan apakah dia harus melanjutkan strategi "Be Sexy, Get the Boss" atau "Be Good, Get the Job" dengan melihat ketampanan yang luar biasa, Justin tidak dapat menahan gejolak imajinasi nakal dan bagian tubuhnya yang memberontak untuk dibiarkan timbul, Justin kemudian memutuskan untuk melancarkan strategi yang lebih nakal "I'm fierce, you'll be mine"
"Sure, I will work for you deep into the night, saya akan melakukan apa saja untuk Kinnetik dan anda agar perusahaan dan pemiliknya tetap berjalan di jalur yang baik" Justin tidak mempercayai kata kata itu keluar dari mulut kecilnya screw you Justin!
"wow, tempting, cukup menggiurkan, aku butuh pegawai seperti kamu, aku cepat lelah dengan rutinitas sampai tengah malam, kadang aku butuh pelepasan" Brian mengutuk dirinya sendiri, dia membiarkan kata nakal itu keluar dari bibirnya, ia berharap Justin tidak akan menuntutnya di pengadilan atas kasus pelecehan profesi.
Oh gosh, this guy is soo sexy and adorable, even though when he's trying to be naughty,baiklah, saya siap melakukan apa saja yang anda mau kata Justin dalam hati, dengan sedikit memainkan alis kirinya. Sensual suggestion is so on.
Justin dengan penuh percaya diri mengatakan "so, you'll hire me?"
"ha, do you have to ask? kamu bisa bekerja mulai sekarang" jawab Brian mengimbangi kepercayaan diri Justin yang mengagumkan.
To be continued guys, semoga bisa menghibur, komentar is love!
