Nico Robin. Wanita yang selama ini tinggal di kegelapan lalu menemukan cahaya. Maka karna itu ia akab melindundungi cahaya tersebut, tapi itu hanyalah alasan belaka. Dia tidak mengerti qpa arti nyawanya sendiri maka karna itu dia...
Ingin membuang nyawanya sendiri untuk kami
"Tapi..si bodoh ini..."
Si pirang itu menghela nafas pada pendekar pedang penuh perban berbaring lemah di kasur "...bahkan kapten rakus kita mengkhawatirkanmu" sambil membelai lembut rambut hijau laki-laki itu tapi ia memasang wajah cemas
"Sanji-kun"
Mendengar suara lady kesayangannya ia segera menarik tangannya kembali dan tersenyum "a..ada apa Nami-san?" tanyanya berusaha tersenyum sebiasa mungkin
"Gantian, biar aku yang-"
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja" selanya "kau tidur saja"
"Kau yakin?.sudah dari siang kau menemani Zoro"
"Benar-benar tidak masalah"
Kelihatannya gadis orange itu mengerti dan mengangguk "baiklah..kuserahkan si bodoh itu padamu dan chopper"
Ia kembali memandang zoro dengan tatapan yang menyedihkan lalu menghela nafas lagi. Di lakukannya lagi dan lagi sampai rusa berhidung biru menghentikannya "sanji, jangan membuat wajah yang membuat orang juga ikut sedih" tegur rusa yang bisa berbicara
"C..chopper" diajak bicara tiba-tiba seperti itu membuatnya terkejut "kapan kau berada disana?"
"Semenjak kau menghela nafas berulang2"
"Be,begitukah?"
"Naa...sanji. Bisa kau beritahu aku...kenapa zoro bisa terluka separah itu?" tanya rusa itu dengan sungkan
"...kenapa dia bisa terluka huh..."
Tentu saja karena Kebodohannya
Beberapa hari kemudian. Zoro sudah di perboleh untuk dari keluar ruang kesehatan. Tentu masih dalam pengawasan chopper
"Zoro, untuk sementara jangan bertarung"
"Haa?" pendekar pedang itu memasang wajah kesal "lukaku sudah tertutupbukan?"
"Tapi belum tertutup benar. Bodoh" tambah nami "turuti dokter kapal kita"
"..." ia tidak membalas maupun mengangguk Hanya diam lalu naik ke menara pengawas
"Zoro, juga tidak ada latihan beban" dan mendapat teguran lagi dari si dokter
"...aku tahu" akhirnya Zoro menjawab seolah tidak peduli ia kembali mememanjat
"Dasar, dia membuat semuanya khawatir" si menggelengkan kepalanya sambil melihat laki-laki keras kepala itu memanjat "kuharap dia lebih mengerti keadaanya sendiri"
"Siapa?..zoro?"bocah bertopi jerami datang dengan senyum bodohnya "apa dia melakukan sesuatu yang memberatkan dirinya sendiri lagi?"
"Luffy, itu karena kau terlalu memanjakannya" balas si hidung panjang "berkatalah sesuatu seperti kapten pada umumnya"
"Hah. Semenjak dia hanya mendengarkanmu" tambah laki-laki berhidung besi
"Tapi, dia hanya ingin menjadi kuat..apa salahnya?"
"Lihat kau memanjakannya lagi" nami menghela nafas di saat bersamaan ia menaruh kedua tangannya di pinggul "kau juga selalu gegabah luffy"
"Kurasa itu memang pembawaan mereka" tambah tengkorak berambut afro
"Mau bagaimana lagi?" wanita berambut hitam tidak terlalu peduli dan tidak mengalihkan pandangannya dari buku bacaannya "dia hanya tidak menghargai nyawanya sendiri. Si pendekar pedang itu"
