Ini bukan tentang resep makanan. Aku ga pinter masak kok XD. Yeah, kalian semua di sini udah tau klo aku penggemar berat Sanji. Fangirling sebentar dulu yach:
I love everything about him! His gentleman side, his coolness, his mellorine (aww, so cute), his womanizer (haha, it's make me laugh), his handsome face, his blonde hair, his curly eyebrow, his sacrifice-complex, his sensitive heart, his chivalry, his elegant fashion, his delicious cooking, his briliant strategies, his powerful kick. And, of course, his passionate of his lovely Nami-swan. He's very complex and so manly. A man among men! How can't girl like me fall in love with him?
Oke, cukup. Dia menarik kan? Nah, fic ini nantinya akan berisi kumpulan drabbles tentang Koki kesayangan kita ini. Sebenarnya aku ga yakin jumlahnya bakal mencapai 30, angka itu kumaksudkan untuk menunjukkan klo fic ini adalah kumpulan One Shot. Pokoknya diusahakan deh.
Genre-nya tentu saja akan campur-campur: Friendship, humor, drama, family, angst, dll. Romance? Klo yg dimaksud dengan romance adalah "The Man Dream" pastinya ada, you know how Sanji love All Blue very much. Klo yg kalian maksud romance itu hubungan asmara cowok-cewek, silakan kalian buka fanfic-ku yg berjudul "50 Ways to Love SanNa."
Pairing juga akan berganti. Mmm, mungkin ga tepat klo disebut pairing. Yg kumaksudkan di sini adalah 2nd Chara, bisa Luffy, Usopp, Zoro, Robin, Brook, atau malah seluruh kru SH? Dan lain-lain deh, Zeff, Ivankov, Gin, mermaids (?), siapa pun. Nami? Err, tentu saja itu sudah dipisah meski genre-nya friendship sekalipun. Tapi mungkin slight kecil-kecilan ada hehehe... Tanpa 2nd Chara juga bisa.
Sebenarnya kumpulan one shot ini lagi-lagi terinspirasi dari Dandy Wonderous. Belum lama ini aku baca kumpulan fic Sanji-nya. Aaaargh, totally love it. Satu yg paling kufavoritkan dari 30 ceritanya akan kutulis di sini sebagai pembuka. Aku cuma nerjemahin, story credit to her. Bukan plagiat lho! Aku cuma pengen berbagi saja klo cerita itu sangat menyentuh. Kalau cerita kedua dan seterusnya sih bakal murni karanganku sendiri^^, saat ini udah kepikiran 3 cerita cuma belum tau nulisnya kapan.
Recipe #1: Hunger
Words: 1414
Genre: Angst/Hurt-Comfort/Friendship
2nd Chara: None, all SH Crews
Summary: Saat Going Merry tidak bisa mendarat di suatu pulau selama lebih dari seminggu dan persediaan makanan menipis, apa yang akan Sanji lakukan?
NOTE: Setting-nya memang masih bertujuh. Jadi kulkas belum ada kuncinya (7326) dan saat badai harus lebih berjibaku mempertahankan kapal.
Sanji berbaring menatap langit-langit kamarnya sementara ia mendengarkan suara langkah kaki Luffy mengendap-endap menuju dapur, hendak mencuri makanan ringan dari kulkas. Jika ini bukan suatu masa kritis seperti biasanya, ia mungkin tak akan membiarkan. Sanji sama sekali tak memiliki keinginan untuk menghentikan Luffy. Kenapa demikian?
Lambung kapal bocor saat mereka dihantam badai sudah hampir dua minggu yang lalu dan merusak hampir seluruh persediaan makanan yang tersimpan di sana. Sanji turun untuk mengambil bahan makanan yang akan ia masak untuk santap malam seluruh kru dan ia melihat penemuan mengerikan. Ia pun kembali ke dapur dan menenangkan kegembiraan mereka. Para kru menatapnya dengan kebingungan saat ia menjelaskan apa yang terjadi. Sanji mencoba acuh tak acuh tapi matanya seolah mengatakan pada mereka tentang ketakutan terbesarnya akan menjadi kenyataan: kelaparan.
Para kru dengan cepat mencoba meredakan ketakutannya dengan menunjukkan bahwa mereka masih memiliki makanan di lemari es dan pantry, dan bahwa mereka bisa memancing ikan untuk hal lain yang mereka butuhkan. Nami berkata padanya bahwa ia menduga itu hanya akan melanda seminggu atau lebih ke pulau berikutnya, dan mereka pasti memiliki cukup makanan untuk itu, jika mereka dijatah dengan baik. Kata-kata mereka telah meyakinkan Sanji, tapi ia tak bisa melepaskan diri dari belitan ketakutan dalam perutnya.
Beberapa hari kemudian, badai nyatanya masih menunda mereka. Nami khawatir bahwa, jika iklim tidak stabil lagi, mereka harus lebih jauh lagi dari sebuah pulau yang telah ia perkirakan. Makanan mulai habis, dan Grand Line adalah hamparan laut yang tidak ramah untuk memancing. Beberapa malam mereka membawa beberapa hasil tangkapan bagus, tapi kebanyakan hanya ada ikan kecil yang harus dilemparkan kembali. Sanji pun berpikir lebih rasional lagi sementara para kru berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran mengganggu itu dengan bersikap santai. Namun ia menangkap bahwa bagaimana pun juga ia tetap bisa melihat kekecewaan terpancar di mata teman-temannya dari hari ke hari.
Suatu hari, Sanji tengah mengiris bawang untuk porsi makan 7 orang. Ia berharap jika saja porsinya bisa dikurangi untuk 6 orang sehingga ia bisa membiarkan lebih lama persediaan makanan yang dapat disimpan. Ia tak menyadari bahwa malam itu ia benar-benar mengurangi porsi makan saat memasaknya. Dan saat Sanji akhirnya mengetahuinya ketika ia membawakannya ke meja makan, ia pun berpikir bahwa ia bisa memasak untuk porsi 6 orang saja.
Seminggu lalu itulah adalah hari terakhir ia makan.
Sanji berpikir bahwa tak akan sulit hanya menahan lapar selama beberapa hari, beberapa minggu, jika dibandingkan dengan pengalaman yang ia alami selama 3 bulan dulu. Tapi ada begitu banyak yang ia lupakan, ia lewatkan, ia remehkan. Ia berpikir bahwa rasa kelaparan itu akan terbakar sendiri dalam ingatannya, mudah ia lupakan begitu saja, tanpa ia tahu bahwa hal itu tetap menggerogoti tubuhnya. Saat di atas karang dulu, ia tak banyak bergerak selain hanya menghampiri cekungan-cekungan batu untuk meminum tampungan air hujan. Namun kini ia merasakan tubuhnya semakin lemah karena ia begitu banyak diharapkan untuk menutup layar, menarik jangkar, mengikat sauh, mengendalikan tuas kemudi sesuai perintah Nami saat badai masih terus menerjang; benar-benar menghabiskan energi yang berharga. Ia menjadi mudah pusing dan pernah nyaris jatuh ke dek dengan 30 kaki di bawahnya karena terhuyung-huyung. Benar-benar pertarungan mental saat ia harus kembali bekerja di dapur, menghadap begitu banyak makanan, dan ia memutuskan tetap tak menyentuhnya selain ia fokus hanya pada pekerjaannya: juru masak.
Ada konsekuensi lain, tak terduga: kesepian yang tak tertahankan. Dia sudah kesepian di atas batu itu, tentu saja, tapi itu hanya karena tidak ada orang di sana, kecuali Pak Tua itu. Sekarang, ia hanya tidak mempercayai diri sendiri jika berada di sekitar para kru, bahwa apapun perkataannya yang keluar dari mulutnya, sedikit saja bisa menjadi petunjuk teman-temannya tentang apa yang tengah ia lakukan, dan ia takut jika mereka mengetahui rahasianya. Mereka akan sangat marah dan kesal dengannyaa, ia harus tetap merahasiakannya selama dia bisa. Sanji pun menghindari pertanyaan dan terlihat berkelit, menggambarkan sedikit perhatian terhadap dirinya sendiri mungkin, dan itu membuatnya gila. Kesepian adalah ketakutan terburuk setelah kelaparan tampaknya.
Begitulan sekarang Sanji berbaring terjaga, tidak bisa tidur melalui panggilan gencar perutnya untuk makanan, makanan, makanan. Luffy mencuri, tapi ia bukan satu-satunya. Sanji tahu tidaklah bertanggung jawab untuk membiarkan mereka, namun ekspresi dan raut wajah mereka sebagaimana makanan menyusut setiap malam membuatnya tak keberatan. Semua orang tampaknya tahu makanan yang ia sediakan setiap saat santap telah berkurang porsinya dan menyebabkan masing-masing dengan nalurinya ingin menambah ganjalan perut. Tak apalah mereka makan, setiap orang yang kelaparan berhak diberi makan bukan? Sanji pun mengutuk dirinya sendiri karena kelemahan ini, karena itu malah memperburuk masalah, ia tahu tapi tidak bisa mengatasinya.
KRUKKKK...
Jadi ia pun hanya berbaring saja, menatap langit-langit sambil kelaparan merangkak melalui tubuhnya seperti ular yang perlahan-lahan menerkamnya, sepotong demi sepotong.
"Kenapa kau tak makan, Sanji?" tanya Chopper menghampirinya.
Sang Koki membeku di tengah gerusan panci, tegang. Tentu saja dokter akan melihat pertama, sudah menjadi tugasnya, setelah semua. Sanji menelan ludah dan kembali menggosok panci yang barusan ia pakai untuk menggoreng tadi, biasanya ia mencuci semua perlatan masak setelah ia sendiri makan karena sekaligus membereskan semua piring dan gelas yang digunakan para kru. Jeda itu berlangsung nanodetik, tapi dia bisa tahu dari cara Zoro telah berhenti makan, tercepat pertama dari suara berat goresan berat perak yang biasanya cepat itu tidak terdengar lagi. Marimo keparat itu, batinnya tidak ingin Zoro yang paling peka terhadap apapun itu mendengarnya.
"Aku selalu makan kok," jawabnya santai, "setelah kalian selesai."
"Tidak," kata Chopper berat, dan semua orang berhenti makan juga, melihat antara sang Koki dan sang Dokter dalam kebingungan. "Maksudku..." Air mata mulai menggenang di matanya, Sanji bisa mendengarnya dalam suaranya. "Berapa lama kau memaksakan diri sendiri kelaparan, Sanji?"
Sanji tidak berbalik. Tidak bisa. Ia tidak ingin melihat wajah mereka, kaget atau ngeri atau marah mungkin. Ia tidak bisa menghadapi mereka, tidak secara fisik. "Chopper, aku tidak seperti itu," sekali lagi Sanji berbohong.
Chopper benar-benar menangis sekarang. "Mengapa aku tidak menyadarinya sebelumnya?"
"Sungguh, aku tidak..."
Sisa kru lainnya menghentikan aktivitas mereka kemudian. Sebuah garpu jatuh ke piring-mungkin Robin telah menjatuhkannya. Nami tersentak. Usopp tergagap-gagap saat ia mencoba untuk menemukan sesuatu untuk dikatakan. Dan Zoro mulai berteriak tentang pengorbanan bodoh. Kemudian suara kursi yang terjatuh di lantai, dan dengan cara itulah seluruh kru terdiam, Sanji tahu itu Luffy.
Sanji mencengkeram tepi wastafel dan menutup matanya, takut apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Sanji," kata Luffy pelan, suara rendah. "Berapa lama kau melakukan ini?"
Sanji menelan ludah lagi. "Sekitar seminggu," akunya, meski dengan suara yang nyaris tak lebih dari bisikan.
"Dan kau tahu kami semua sudah mencuri makanan?"
Ia mengangguk.
Luffy meletakkan tangannya di bahu Sanji, dan koki itu berjengit menjauh. "Kenapa?"
"Karena makanan setidaknya akan bertahan lebih lama meski dengan cara seperti itu."
"Kau kan bisa makan makanan yang sudah kita curi."
"Aku ingin kebutuhan makan kalian semua tercukupi dengan baik," jawab Sanji singkat.
"Sanji," kata Luffy tegas. "Kita semua Nakama. Kalau ada yang kelaparan, kita semua kelaparan bersama-sama."
Tubuh Sanji menggigil memikirkan hal itu, dan lututnya tertekuk sehingga ia berlutut di depan Luffy. "Kau tidak tahu," keluhnya. "Kau tidak tahu apa yang kau katakan!"
"Aku tidak peduli, Sanji!" Suara Luffy begitu kuat sehingga akhirnya Sanji menatapnya. Wajahnya keras, tapi matanya memancarkan kekhawatiran tak terhingga. "Kau selalu bodoh di saat seperti ini, sama seperti saat kau cerita tentang Pak Tua itu. Kau tidak boleh melakukannya lagi, mengerti!"
Sanji membatin tak menyangka. Luffy ingat? Masa lalunya yang kelaparan? Ceritanya saat di Baratie? Saat hal itu sempat membuat mereka bertengkar dan saling mencengkeram baju? Sanji pun tidak tahan lagi. Air mata jatuh menetes ke dagunya, dan ia membenamkan wajahnya di lekuk siku. Ia sempat takut apa yang bisa terjadi, tetapi ia juga lega. Jaminan tenang dari Luffy seolah mengatakan kepadanya bahwa semuanya akan baik-baik saja, entah bagaimana.
Setelah satu menit, seseorang memeluknya. Nami. Sebenarnya, lima orang memeluknya. Sanji masih tidak melihat mereka, tapi sentuhan mereka telah menghalau kesepian dan keputusasaan yang ia rasakan sebelumnya. Zoro satu-satunya yang tidak memeluknya, tetapi setelah yang lain membebaskan pelukan mereka, Sanji merasakan sebentar sentuhan tangan besar dan kasar di bahunya lalu mendengarnya bergumam, "Idiot."
Para kru kembali ke meja dan mengangkat segala sesuatu yang belum mereka makan ke piring, kemudian mereka bawakan pada Sanji. Sanji mengeringkan wajah, lalu akhirnya berpaling untuk melihat mereka, ia tersenyum kecut. Luffy juga memberikan piring kepadanya, Sanji mengambilnya dan mulai makan, perlahan pada awalnya dan berasa mendapatkan momentum yang masuk ke perutnya, ia pun makan dengan lahap. Para kru menyentuh bahunya ringan atau tersenyum padanya sebelum menyebar ke bagian lain di sudut kapal, sampai hanya Luffy yang tersisa. Manusia karet itu duduk di samping si pirang dan melihatnya makan dengan kepuasan.
"Jangan pernah lakukan itu lagi," katanya tegas, dan Sanji tersenyum selebar garpunya.
"Aye aye, kapten."
END
A/N: Ada yang kutambahi sedikit dari sekedar menerjemahkan. Cuma sedikit sih karena aku pengen sekalian menonjolkan sedikit ch 65 yang kuungkit berkali-kali di fic-ku yang lain: "Promises" dan "Pertaruhan si Merah." Yang udah baca pasti tahu itu bagian mana^^. It's still about a little Luffy x Sanji trivia. And yes, slight SanNa pasti bertebaran di sini juga.
Oiya, sekalian aku ingin berbagi pemahamanku ttg Sanji. Klo soal pervert-womanizer-gentleman-mellorine dan segala kelucuan serta kebodohannya semua pasti udah tau. Buat kalian yg ingin memasukkan Sanji ke fic kalian biar ga OOC, Sanji itu:
1. Tidak ambisius, beda dgn Luffy dan Zoro yg bercita-cita jadi Pirate King dan Greatest Swordman. Impian Sanji itu bukan jadi Koki terhebat atau orang terkuat tapi menemukan All Blue, itu aza kayak ogah-ogahan kan? Dan dia ga masalah klo impian dia dititipkan ke orang lain.
2. Intuitif. Ini diperlihatkan pas dia jadi Mr. Prince dan The Hunter. Dia gerak sendiri.
3. Idealis. Siapa yg bisa mematahkan prinsip bertarung tanpa bantuan tangan dan tidak akan memukul wanita meski ia harus mati?
4. Hemat, irit, perhitungan, teliti. Kyk cewe ya?
5. Sensitif. Yang bisa ngalahin sensitifnya Sanji cuma Franky sebagai sesama cowok Pisces. Mungkin bedanya klo Franky mudah terharu, klo Sanji dia disindir sedikit apalagi udah masuk ranah pribadi wah langsung marah-marah itu^^. Tapi bener kok, dia sensitif soal teman-temannya juga.
6. Melankolis. Ini diplesetkan Oda dengan mellorine^^, tapi emang aslinya Sanji cowok mellow kok. Gimana ya? Seperti cerita di atas, Sanji itu tipe yang suka menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Emang sih Sanji itu cerewet tergantung mood dia saja, tapi klo soal ini dia bakal cenderung pendiam dan memendam semua sendirian, ga pengen ngerepotin orang. Kadang dia bisa overdramatic/emo palagi orang mellow itu kan tipe yg lebih suka nyalahin diri sendiri, merasa kesepian, cocok lah buat fic angst. Dia juga sering bermuka dua, jago akting gitu lah. Pintar mengelabui orang. Contohnya ya sikapnya ke Zeff itu, yang ditangkap oleh Patty dkk klo Sanji itu kyknya benci sama Zeff tapi 'dalemnya' sayang. Sama Zoro juga gitu, keliatannya benci setengah mati tapi 'dalemnya' respek. Sama Nami, keliatannya aza dia suka cewe sana-sini tapi 'dalemnya' setia. Sama Luffy, keliatannya dia sebel dan marah-marah mlulu dengan kerakusannya tapi 'dalemnya' perhatian soal makannya. Bukan tsundere lho...
7. Pemalu. Itu kata seiyuu-nya, Hiroaki Hirata, saat diwawancarai mengenai kepribadian/karakterisasi tokoh yg ia bawakan. Kalau dia suka pose sok keren itu juga buat nutupi hal ini. Keliatannya aza dia pede ngerayu cewek tapi aslinya uhhh... geli XD. Liat aza diajak dansa sama mermaid, reaksinya kyk gitu. Palagi klo sama Nami^^.
8. Cerdas. Kru cowok paling cerdas, tipe pemikir sebelum ceroboh ambil tindakan, analitis, dan mengandalkan otak saat bertempur. Berdasarkan Grand Data Book Blue emang ditulis gitu. Implikasinya, Oda sengaja ngasih dia lawan-lawan yang licik. Klo keliatannya dia suka merasa lebih unggul/sok sombong dibanding kru cowok lain memang alasannya soal kecerdasan ini: hijau, robot, tulang wkwkwkwk. Entahlah, mungkin sekarang sudah disusul Franky setelah meng-upgrade chip robotnya XD?
9. Tidak posesif. Masih sedikit nyambung ke no.6. Keliatannya aza suka mengklaim 'Nami-san ku' tapi ga gitu kok. Sama barang-barangnya yg lain juga gitu. Contoh, klo ditanya dikasih uang buat apa, dia jawabnya buat kebutuhan bersama-sama, kulkas, peralatan masak. Beda sama Zoro yg langsung berpikir sake dan pedang untuk dirinya, Luffy yg berpikir daging/makanan untuk dirinya, apalagi Nami paling posesif.
10. Suka bicara kotor. Pokoknya kata2 seperti shit, damn, brengsek, keparat, bangsat, bajingan, dan semacamnya keluar dari mulutnya. Ini akibat didikan Zeff sih, Sanji dari kecil kan dipanggil "Keparat Kecil/Little Eggplant". Jadi, perlu diperhatikan juga deh klo bikin dialognya Sanji. Contoh nyata: Zoro dkk ngomentari Luffy pas turun dari Skypea cuma bilang "He has it," tapi Sanji ngomongnya "He shitty has it." Nakal bgt kan XD.
Mengingat ch 609 yang baru ini dia lagi dikonyolkan Oda sekonyol-konyolnya, aku pengen memulai dengan ia yang tampak keren dulu XD. Tapi tenang aza, aku pun tidak akan segan mengkonyolkan dia pula dalam humor. Maybe next chapter: Sanji & Ivankov.
