PROLOG
Terbayang olehku semua tentangmu.
Memoriku mengulang segala hal pada 'saat itu.'
Saat dimana kau mencurahkan isi hatimu padaku.
Hal yang membuatku seakan melayang karena mendengar pengakuanmu.
.
.
.
"Aku menyukaimu, Sakura." Jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya. Kata-katamu terus terngiang di kepalaku. 'Aku menyukaimu.' Rasa bahagia meluap tak terkira. Ya, sosok laki-laki di hadapanku telah merebut hatiku. Hatiku yang selalu kukunci kini terbuka dengan mudah karena pengakuanmu.
"Aku juga menyukaimu, Sasuke-kun." Ini seperti sihir. Aku melontarkan kalimat yang dari dulu terus kupendam. Aku benar-benar menyukai laki-laki ini. Laki-laki yang berdiri di hadapanku dengan senyumannya. Manis. Aku menyukaimu.
.
.
.
Hari-hari ku kini telah di hiasi karena kehadiranmu.
Sosokmu...
Kehangatanmu...
Pelukanmu...
Kau membuatku merasa berharga.
Sangat berharga sampai aku tak bisa melepaskanmu.
.
.
.
"Maaf, hari ini aku tidak bisa menemanimu." Pedih, perkataanmu membuatku merasakan pahitnya kepedihan. Membuatku merasa sendiri dan kesepian saat kau tidak ada di sampingku, menemani langkahku, dan membuatku tersenyum.
"Ada janji dengan teman-temanmu lagi ya?" Lagi? Ya, ini bukan yang pertama kalinya kau melepas genggaman hangatmu dari tanganku. Sebuah kalimat dari mulutmu yang tak ingin kudengar. Karena aku tau, kalimat itu membuatmu jauh dariku.
"Maaf Sakura," kau mengatakan maaf? Untuk kesekian kalinya pernyataan itu kau lontarkan padaku. Tapi kau tau, aku tidak bisa marah padamu. Namun, perkataanmu membuatku menunjukan sisi lain dari diriku. Aku membalas kata maafmu dengan senyuman. Senyuman palsu. Itulah kebohongan ku.
"Hai', daijoubu."
Tidakah kau mengerti? Aku membutuhkanmu, Sasuke-kun.
.
.
.
Jauh...
Semakin lama kau semakin jauh dariku.
Sosok mu telah meredup dari hidupku.
Keberadaanmu semakin jauh untuk ku gapai.
Namun...
Aku tidak menyangkal satu hal.
Bahwa aku tulus mencintaimu...
.
.
.
"Kenapa kau merenung, Sakura-chan?" Suara yang lembut merasuki gendang telingaku. Suara yang tidak asing olehku. Namun itu bukan suara 'mu' sosok yang sangat ingin ku temui saat ini.
"Itachi-nii? Aku tidak apa-apa," lagi-lagi aku mengeluarkan senyuman palsu seperti ini. Apa sekarang aku mulai berani berbohong pada orang yang selama ini ku percaya? Orang yang sudah ku anggap sebagai kakak kandungku sendiri? Sosok laki-laki yang kini berada di sampingku dan mengelus lembut rambutku.
"Kau yakin?" Aku melihat dengan jelas wajahmu yang penuh khawatir padaku. Andai kau adalah 'dia' mungkin sekarang aku akan menangis di pelukanmu.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Jantungku berdegup kencang. Kini terdengar suara lain. Suara yang sejak tadi ingin sekali ku dengar. Ya, ini adalah suara 'mu.' Tapi—suara mu kali ini terdengar berbeda dari biasanya. Suara amarah yang penuh dengan luapan emosi, membuat paru-paruku terasa sesak.
"Aku tidak melakukan apapun, Sasuke-kun." Tak tahan—aku tidak tahan memendung air mataku yang kini telah menjadi sebuah tangisan. Berharap kau mempercayaiku. Berharap kau tersenyum dan tidak memarahiku. Berharap. Aku benar-benar berharap; kau tidak cemburu dengan 'nya.'
.
.
.
Kau tidak percaya lagi padaku? Ya.
Kini kau membenciku? Sepertinya.
Kau tidak ingin bersamaku? Entahlah.
Apa kau akan meninggalkanku? Mungkin.
Aku tahu...
Aku mengetahui suatu hal.
Kejadian itu membuatmu menjauh dariku.
.
.
.
"Sasuke-kun, percayalah! Aku hanya menganggap Itachi-nii sebagai kakak ku!" Aku tidak bisa menahan tangisanku. Kau benar-benar menjauh. Jauh dari jangkauanku. Jauh dari sisiku. Dan jauh dari hidupku.
"Kakak, eh!? Ini bukan pertama kalinya aku melihatmu berdua dengannya! Dari pada denganku, kau memang lebih pantas dengannya!" Jahat. Perkataanmu terlalu jahat untukku. Aku tau kalimatmu menyadarkanku. Menyadarkan bahwa kau tak lagi mempercayaiku.
"Mungkin kau akan lebih bahagia dengannya dari pada bersamaku, Sakura."
Cukup...
"Aku tau ,aku sering membuatmu menangis."
Kumohon cukup...
"Maafkan aku, Sakura. Aku ingin kau bahagia. Aku akan melepasmu,"
Cukup Sasuke...
"Mulai saat ini kau bukan lagi milikku."
"Sudah cukup Sasuke! Kumohon jangan katakan hal itu. Aku sangat... Aku sangat mencitaimu. Percayalah padaku! Kumohon, Sasu—" Panas, perasaan panas menyelimutiku. Dadaku terasa sesak. Berpikir kau tidak lagi menjadi milikku membuat hatiku terasa di tikam oleh tanganmu sendiri. Kami-sama, buatlah ini hanya sebuah mimpi. Mimpi buruk yang menghantuiku. Terlalu pedih. Terlalu sakit untukku menghadapinya bila semua ini adalah—Kenyataan.
"Semoga kau lebih bahagia saat tak bersamaku."
Kau bercanda 'kan?
.
.
.
Sendiri...
Kini aku hanya seorang diri.
Mengeluarkan semua emosi dengan menangis.
Rasa kesepian menemaniku.
Rasa hampa menyelimutiku.
Rasa bersalah menghantuiku.
Bisa kah kau kembali bersamaku?
Menemaniku...
Memelukku...
Menghilangkan rasa sakit yang di sebabkan olehmu.
Memberiku kehangatan seperti saat kau bersamaku.
Aku tau itu tidak mungkin...
Tapi boleh kah aku berharap seperti itu padamu?
Mengharapkanmu lebih dari ini.
Aku ingin mengulang semuanya.
Membuatmu percaya lagi padaku.
Bahwa aku dan 'dia' tidak ada hubungan apapun.
Dan aku ingin kau percaya.
Bahwa aku...
Hanya mencintai dirimu.
Walaupun kau tidak lagi menjadi milikku.
Izinkan aku memendam perasaan ku yang hanya khusus untukmu.
Sasuke-kun...
.
.
.
"Terima kasih, Sasuke.."
Hei, bisakah kau berpaling sebentar? Paling tidak, berikanlah aku balasan. Aku ingin mendengar suaramu. Apa aku semenjijikan itu, di matamu?
Baka da yo ne? Aku terlalu mencintaimu.
Tak peduli seberapa besar kau membenciku.
Karena perasaanku padamu, jauh lebih kuat dari pada rasa bencimu.
Walaupun, aku sendiri—tidak mengerti.
.
.
.
-I Miss When I Miss You-
A/N: Ettou, ada yang merasa pernah baca prolog diatas? Sebelumnya fict ini pernah ku publish di fandom Vocaloid (One-shot) pakai akun collab (fictnya sudah di hapus). Dan sekarang ku remake jadi multichap ke fandom Naruto (re-edit) sebagai prolog. Jadi—
Keep or delete?
-Nieru-
