Musical

.

.

FANFICTION

Cho Kyuhyun dan Lee Sungmin

YAOI – BL

Bad diction and Typo

.

.

1

.

.

"Bagaimana harimu? Menyenangkan?"

"Akan ku jawab 'iya' jika kau tanyakan itu 2 jam yang lalu"

Mobil hitam itu berhenti dan ia melepas seatbelt. Membuka pintu mobil dan beranjak keluar.

Namun sebelum menutup pintu mobil, suara serak ia dengarkan dari si pengemudi "Kau lupa sesuatu?" orang itu bertanya.

"Apa?"

"Masuk kembali ke dalam mobil, Sungmin."

Melirik ke kanan dan ke kiri, mencoba melihat keadaan di sekitarnya, "Tidak ada orang, kau saja yang keluar, Kyuhyun"

"Akan jauh lebih cepat dan tidak menghabiskan waktu jika kau hanya tinggal masuk ke dalam mobil ketimbang aku harus keluar dan memutari mobil"

"Siapa yang lebih butuh? Aku atau kau?"

Mengerang frustasi Kyuhyun mengacak kasar rambut coklat miliknya. Kekasihnya sangat keras kepala. "Baik aku keluar, jangan salahkan aku jika nama kita berdua akan jadi headline news besok pagi."

"Kurasa sore nanti juga akan jadi headline news" kikikan geli ia lontarkan.

Pemuda penggila game itu sudah berada di hadapan Sungmin. Seringai tajam tak lepas dari wajahnya sejak ia keluar dari mobil "Kau yakin?" tanyanya pada Sungmin.

"Sepertinya kau yang tidak yakin."

"Tidak menyesal?"

"Kau datang menarik ku untuk mencintaimu, dan sekarang aku tidak bisa melepasnya. apa itu bisa di katakan menyesal?"

Kyuhyun Tersenyum lebar "Aku justru menyesal kalau kau sampai melepasnya."

Matanya ia arahkan untuk melihat seluruh penjuru, memastikan aman dan tidak melalaikan sedikitpun kewaspadaan.

GREPP

Tubuh dua namja itu menyatu, pelukan yang sangat erat. Lengan namja yang lebih tinggi melingkari seluruh tubuh namja yang lebih kecil darinya, lengan kiri ia eratkan pada pinggang, lengan kanannya tepat pada tengkuk namja si penyuka labu.

Ciuman kecil terjadi di awali kecupan tiga kali sebagai pembuka dan pelembab dua bagian wajah yang memiliki struktur paling lembut. Memanggut perlahan hingga nyaris sesak dirongga dada. Pasalnya ini terlalu intim, dekat dan erat.

Hanya sepuluh menit hingga bibir keduanya terlepas, dan itu seperti berlari beratus-ratus meter. nafas yang memburu, kedua bibir yang berwarna merah mencolok dan terlihat bengkak sudah menjadi jawaban.

"Masuklah"

"Kau mau kemana?"

Kyuhyun kembali masuk ke dalam mobil, memakai kaca mata hitamnya seraya membuka sedikit kaca mobilnya.

Memandang Sungmin sejenak "Memberi hadiah pada seseorang yang telah membuatmu kehilangan kata 'menyenangkan'. Nanti malam aku akan menghubungimu sayang, atau kau yang mau menghubungiku?"

Sungmin masih diam, kerutan pada dahinya pertanda jika perkataan Kyuhyun masih butuh proses untuk ia cerna.

"Baiklah aku yang menghubungimu nanti." ujar Kyuhyun.

Selepas mobil hitam itu hilang pada belokan dan pandangannya. Sungmin masih belum beranjak dari tempat ia berdiri tadi.

Memberi hadiah ?

Oh tidak! Jangan lagi!

Sungmin kembali dari acara –mencerna perkataan Kyuhyun-, dirinya berlari masuk ke dalam apartemennya. Mengambil sesuatu di nakas dan tubuhnya dia bawa lari lagi menuju pelataran parkir apartemen.

Sambil berlari dia mengutak-atik ponselnya mencoba mengirim pesan pada Kyuhyun 'Jangan berbuat macam-macam, Kyuhyun!'

Pesan terkirim dan ia berhasil masuk dan mendudukkan diri pada mobil putih miliknya, tepat saat menyalakan mesin mobil deringan ponsel mengintrupsi kegiatannya memasang seatbelt.

'Jangan kemanapun, sayang. Tetap di apartemenmu.'

Tidak mengindahkan pesan perintah yang dilontarkan kekasihnya, Sungmin melajukan mobilnya ke suatu tempat.

~o~

Debuman pintu dibuka paksa hingga menimbulkan suara yang sangat keras sontak menimbulkan kernyitan dahi pada sosok yang berada di dalam.

Sang pemilik ruangan yang sedang duduk pada kursi besar mejanya memilih memandang si pendobrak pintu dengan tatapan mengintimidasi.

"Pintuku tidak bersalah, kenapa kau banting?"

Tidak mengindahkan sindiran halus yang dilontarkan untuknya, Namja bergigi kelinci itu tampak mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Banyak lemari dan berkas-berkas didalamnya yang sudah dipastikan itu dokumen penting, beberapa lukisan dengan ukiran abstrak yang membingungkan tertempel sempurna di dinding pada setiap sudut ruangan.

"Dia kesini?"

"Siapa?"

Sungmin memasuki ruangan dan mendudukan dirinya pada sofa empuk yang terlihat sangat nyaman, pasalnya sejak tadi Sungmin berlari tanpa henti hingga yang sangat di inginkan saat ini adalah menetralkan nafasnya sejenak dan ia sangat butuh air.

"Ini" Yeoja berlesung pipit itu memberikan Sungmin sebotol air. Sepertinya ia sangat tahu apa yang Sungmin butuhkan.

Menghabiskan setengah botol air berukuran sedang Sungmin memejamkan mata perlahan.

"Dia tidak kesini Dana-ahh?" ucapnya seraya memandang lurus ke depan.

Gadis itu mengedikan bahu, "Kau baru pulang dari sini beberapa menit lalu. Kenapa kembali?" balik bertanya sosok itu mendudukan diri pada sofa tepat berada dihadapan Sungmin.

"Sshhh~ jadi kemana dia." Sungmin tampak berpikir. Dirinya sangat yakin jika pekiraannya tepat, Kyuhyun akan melakukan sesuatu yang tidak akan dia duga sebelumnya, tapi sebelum itu Sungmin pasti tahu tanda-tandanya dari ucapan Kyuhyun yang terdengar ambigu.

Dana beranjak dari duduknya dan kembali menghampiri meja besarnya, mulai berkutat dengan pekerjaan dan laptopnya. "Kalau Kyuhyun yang kau maksud, ia tidak kesini. Mungkin tepatnya belum kesini" ekor matanya melirik Sungmin yang masih duduk nyaman di sofa.

"Aku hanya khawatir sesuatu"

"Tidak perlu, Sungmin. Kau tahu― aku tidak suka saat kau membawa-bawa nama Kyuhyun di hadapanku, sangat tidak nyaman" Dana memandang datar ke arah Sungmin tapi tidak dengan tubuh lainnya, tangannya tampak bergetar di bawah meja.

Sungmin melihat semuanya, namun ia memilih diam "Maafkan aku, Dana."

"Tidak, jangan minta maaf Sungmin. Aku... ingin hanya kau dan aku jika kita sedang berdua"

Suasana hening menyelimuti, Sungmin mencoba tersenyum dan beranjak dari duduknya "Aku harus kembali. Terima kasih airnya, Dana" Sungmin menggengam kenop pintu.

"Jangan lupa nanti malam di Restoran Jepang. Ayahmu dan ayahku menunggu"

"Akan ku usahakan"

Pintu kembali tertutup meninggalkan Dana yang tengah menangkupkan kepalanya di atas lengan, tubuhnya bergetar pelan, hatinya menangis rasanya sangat sakit seperti ditusuk pisau ribuan orang, hanya saja kali ini cukup dua orang yang menusuknya namun sakitnya melebihi apapun.

.

.

.

Flashback

8 tahun yang lalu, Seoul 2005

"Sungmin, kau lulus?" teriak seorang gadis berumur 20 tahun. Tubuhnya yang kecil ia bawa lari menghampiri namja manis yang tengah melihat papan pengumuman.

Sungmin melihat sahabatnya berlari-lari dengan rambut di kepang lucu menghampirinya dan langsung menubruknya hingga hampir terjatuh, "Menurutmu?" tanyanya balik.

Gadis itu segera menghadapkan tubuhnya pada papan pengumuman, ia sibuk dan tampak teliti mengecek satu persatu nama, ia harus menemukan nama 'Lee Sungmin'.

"Yaishh~ membuat kaget saja, kau di urutan ke tujuh dari Duaratuslimapuluh siswa, apa-apaan wajahmu ini, setidaknya pamerlah padaku bukan tersenyum seperti orang gagal."

Senyum kecil tersemat pada wajah Sungmin, dirinya selalu terhibur dengan kecerewetan sahabat kecilnya ini. "Ya! Setidaknya panggil aku 'oppa', kau tidak sopan" Sungmin mulai berjalan meninggalkan gadis itu.

"Yah! Lee Sungmin, kita hanya berbeda 7 bulan kenapa harus memanggilmu 'oppa'"

"Sungmin, kau meninggalkanku sendiri. Kau membiarkanku bicara sendiri"

"Setidaknya lambaikan tanganmu agar aku tidak dikatai gila, yah! Sungmin"

Sungmin masih mendengar lontaran-lontaran dari arah belakang, sepertinya gadis itu tengah kesal di tinggal begitu saja olehnya, bukannya berbalik Sungmin hanya berjalan menuju kelasnya, menjadi Mahasiswa baru Jurusan Seni memang sangat menyenangkan. Impiannya dan mimpinya baru dimulai hari ini.

.

.

.

"Aku masih marah padamu"

Namja manis itu menghentikan acara makannya dan melirik kursi didepannya yang baru saja tengah di tempati seseorang.

"Kau memesan nasi? Di pagi hari? Itu membuatmu semakin 'cantik' kau tahu" ungkap Sungmin dan mulai menyendokkan lagi makanannya.

Gadis itu yang tengah kesal semakin bertambah kesal "Aku tidak tahu kata 'cantik' disini terlihat punya banyak arti, apakah itu seperti cantik jika berdandan atau cantik jika menggenakan pakaian bagus?" tanya gadis itu memandang Sungmin intens.

"Mmm~ cantik jika kau diam dan tidak marah padaku" seru Sungmin seraya tersenyum kecil melihat gadis di depannya yang tampak tidak bisa berkata apapun lagi.

"Aku menyukaimu, Sungmin."

Dentingan sendok terhenti seketika, keduanya dalam suasana canggung. Bahkan waktu seolah terhenti hanya karena perkataan seorang gadis. suasana kantin yang ramai mendadak sepi.

"Da― Dana"

.

.

.

Flashback off

~o~

Dentingan sendok dan piring menjadi alunan di ruang VIP ini, cara makan yang anggun dan sopan menjadi mayoritas akan kedudukan seseorang, empat orang yang berada disana tampak diam dan menghayati acara makan malam di salah satu restoran jepang terkenal di kota seoul.

"Sebulan lagi bukan pernikahannya?" namja berumur itu mengawali pembicaraan setelah mengelap bibirnya dengan kain.

Sontak semuanya mengikuti dan menyudahi acara makan "Dana dan Sungmin tampak sangat siap, bahkan mereka sering bertemu akhir-akhir ini," Lee Chunhwa menjawab keadaan yang tampak hening.

"Ayah, aku... "

"Maaf ayah mertua, aku dan Sungmin tampak belum siap. Apa sebulan tidak terlalu cepat? " Sungmin memandang gadis di hadapannya dengan raut yang sulit di mengerti.

"Dana-ahh, kau tahu kalian telah bertunangan 2 tahun yang lalu, bahkan segala persiapan pernikahan telah selesai," ayah Dana mengintrupsi perkataan putrinya tersebut. Dirinya kaget bukan main akan sopan santun putrinya berbicara lancang pada calon mertuanya.

"Maafkan aku, ayah"

Sungmin masih larut dalam pembicaraan omong kosong ini, ia tidak menginginkan pernikahan ini, ia dan Dana seperti sahabat dan saudara, tapi orang tuanya dan orang tua Dana memutuskan seenaknya bahkan pertunangan dan pernikahan. Dan sebagai namja berumur Duapuluhdelapan tahun, dirinya tengah dipermainkan.

"Dana-ahh bukankah kita akan ke suatu tempat? Kajja~" Sungmin beranjak dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada gadis di hadapannya.

Dana tampak mengerjap beberapa saat hingga akhirnya dirinya ikut beranjak meninggalkan meja makan "Kami permisi ayah, ayah mertua," Sungmin dan Dana sama-sama menundukkan tubuhnya dan meninggalkan ruangan.

.

.

.

"Yaishh~ padahal makanan Jepang tadi sangat enak, kenapa tidak ku bungkus saja ya" gadis itu menggerutu seraya menggigit sosis bakarnya.

"Ini enak, yang terpenting dari makan itu suasananya, jika makanan yang kau makan enak tapi suasana sangat mencekam kau seperti makan di kandang singa" Sungmin menimpali perkataan Dana, mereka berdua tengan duduk di pinggir sungai han menikmati malam kota seoul.

Lampu berkelap-kelip memantulkan cahayanya pada permukaan sungai, menampilkan keindahan yang sebenarnya dengan taburan bintang diatasnya.

"Berapa lama lagi... Aku menunggu?"

"Jangan, jangan menungguku Dana. Kau akan terluka lebih lama"

Gadis itu tersenyum kecil "Aku sudah terluka Sungmin, jadi sekalian saja. Aku akan segera mendapat obatnya jika menunggu, karena itu aku harus bersabar bukan?"

Sungmin menggeleng pelan, "Kau menunggu obat yang salah, bahkan jika kau mendapatkan obat yang kau inginkan tapi obat itu justru menyakiti hingga membunuhmu sekalipun... jadi kumohon berhenti menunggu"

"Ini seperti mati jika mendapat ataupun tidak mendapat obat, keduanya tidak seperti pilihan" gadis itu merentangkan tangannya ke depan dan menghembuskan nafas berat.

Terjebak dalam suasana yang tidak diinginkan memang tidak menyenangkan, mencoba berpikir dalam diam menyelesaikan masalah yang sangat rumit melibatkan hati dan perasaan, ingin tidak ada yang saling menyakiti ataupun tersakiti.

Deringan ponsel menghentikan lamunan namja manis itu, ia merogoh saku mantelnya dan melihat ID caller si penelepon, sungmin tampak ragu mengangkatnya, ia bimbang dan bingung. Kembali perasaan bersalah mendominasi.

Dana yang melihat Sungmin hanya diam tersenyum kecut, ia memilih beranjak dari duduknya "Aku pulang dulu Sungmin, aku tahu kau mencoba tidak menyakiti siapapun. Tapi secara bersamaan kau menyakiti semuanya. Selamat malam"

Sungmin kembali terdiam, ia melihat punggung gadis itu menjauh dan semakin menghilang di telan malam. Ponselnya masih terus berdering dalam genggamannya, dan ia tidak ingin mengangkat ponselnya karena gadis itu tapi jika tidak mengangkatnya ia menyakiti si penelepon.

"Yeobseyo Kyuhyun-ahh"

"..."

"Mm~ kau menghubungiku duluan jadi aku tidak bisa menghubungimu"

"..."

"Aku sudah makan, kau belum?"

"..."

"Baik, aku ke apartemenmu sekarang, lihat saja aku akan memasakkanmu banyak sayuran hijau," Sungmin melangkahkan kakinya meninggalkan sungai han yang kini semakin cantik dengan bulan yang memantul sempurna pada permukaan sungai.

~o~

Flashback

7 tahun yang lalu, Seoul 2006

"Aku menyukaimu Sungmin"

"Aku juga Dana=ahh"

Gelak tawa tak terhindarkan dari keduanya, "Yah! Kau tidak terkejut lagi jika aku mengatakan itu" ucap Dana seraya meminum jus jeruk kesukaanya.

"Aku terkejut jika kau tidak lagi mengatakan itu, membuatku kehilanganmu kau tahu?" Sungmin terkekeh geli, bahkan dirinya tengah membaca beberapa script adegan sebagai pemain utama dalam musical pertamanya tahun ini.

"Aish~ harusnya kau terkejut seperti tahun lalu, bahkan lalat hampir masuk ke dalam mulutmu waktu itu"

"Aku hampir menguburmu, saat kau bilang April Mop. Sangat tidak lucu."

Terdiam sejenak Dana mengamati wajah Sungmin, ia betah memandangi sahabat manisnya itu. Bahkan ia sering berpikir kenapa Sungmin jauh lebih manis di banding dirinya dan itu membuatnya kesal.

"Apa yang kau lakukan? Cepat hafal scriptmu. Pertunjukan kita seminggu lagi, kau mau ada yang menggantikan peranmu, apalagi peran utama wanita sangat banyak diincar disini jika kau lengah sedikit saja"

Menghembuskan nafasnya kasar dana menggerak-gerakkan kepalanya, "Aku akan berperan sebagai Joo yang sangat mencintai Ro. Kupikir akan sangat menyenangkan jika drama musical ini terlihat nyata"

'Nyata seperti aku mencintaimu, Lee Sungmin'

.

.

.

Drama musical pertama sungmin berjalan sempurna, pertunjukannya sangat memuaskan, drama berjudul Akilla/ L'Aquilla ~ Ro & Joo Love Story ~ yang dimainkan sungmin merupakan cover dari roman terkenal Shakespeare. Diambil dari frasa unik : A & A kill, sungmin memerankan tokoh Ro, yang digambarkan sebagai lelaki berkepribadian lembut dan penuh cinta, yang rela terjun ke dalam api demi melindungi kekasihnya.

.

.

.

Aku hanya perlu menunggu dan tetap disampingnya selayak sahabat seperti yang selama ini dipikirkannya, mencoba bersikap biasa dan menjalani aktivitas dan rutinitas bersama. Bahkan bercanda satu sama lain untuk tetap bisa di dekatmu itu sudah cukup. Kau baik pada semua orang itu membuatku khawatir bagaimana mereka memandangmu.

Apa mereka memandangmu seperti aku memandangmu ?

Apa mereka berpikir seperti aku memikirkanmu ?

Apa mereka suka seperti aku menyukaimu ?

Dan..

Apa kau tahu aku mencintaimu ?

Semuanya aku anggap sampai saat itu tiba ...

Saat perasaan aneh itu datang ..

Saat perasaan aneh itu seperti mimpi buruk bagiku ...

Saat perasaan aneh itu menganggap dirinya kebahagiaanmu ...

Flashback off

~o~

"Wajahku bisa luntur jika kau pandangi terus menerus"

Terkekeh geli namja tampan itu menampilkan senyum menawannya, sangat tampan hingga kaki namja yang dipandang tampak gemetaran "Apa yang kau lakukan disana? Cepat kemari" suara beratnya menembus telinga Sungmin.

"Kau tidak lihat, aku sedang cuci piring. Tanpa kulakukan aku yakin piring ini akan tetap pada tempatnya lima hari mendatang" ucapnya sambil membilas beberapa peralatan makan malam mereka yang baru selesai beberapa menit lalu.

Tidak ada suara lagi, tapi indera penciuman Sungmin sangat tajam. Hingga ia bisa merasakan aroma maskulin mencoba mendekatinya dan semakin dekat dengan dirinya, dan itu membuatnya― gugup.

"Tidak usah gugup, aku sudah kenyang kau beri sayur hingga rasanya ingin memakanmu pun perutku belum sanggup"

"Aku tidak gugup, cepat bantu aku keringkan ini" Sungmin menyerahkan piring ke tangan Kyuhyun dan dengan ogah-ogahan diterima oleh namja penggila game itu.

"Baik, 'istriku'"

Mendelik tajam Sungmin memberikan tatapan mematikan yang justru di balas smirk namja tampan di sebelahnya yang jauh lebih mematikan. Jalan satu-satunya adalah memalingkan mukanya. Sungmin kembali fokus pada 'pekerjaannya'.

.

.

Keheningan tercipta di ruang tengah, hanya suara TV yang beralun-alun mengisi kesunyian. Setelah kegiatan mencuci piring bersama, Kyuhyun dan Sungmin tampak bersantai dan memilih menonton televisi, namun meski mata mereka berdua lurus ke depan, pikiran mereka melalang buana dan tidak pada tempatnya.

"Sungmin"

"Hmmm"

"Tidak mengantuk?"

"Belum"

"Apa yang kau pikirkan?"

"Mungkin sama dengan yang kau pikirkan"

"Kau memikirkan itu juga?"

Sungmin mengernyitkan dahi dan memandang kyuhyun sejenak "Apa yang kau pikirkan? Tanyanya

"Sshh~ aku berpikir bagaimana bisa aku terlahir tampan? Kau memikirkan aku tampan?" goda Kyuhyun seraya menaikan kedua alisnya bersamaan.

Tidak mengindahkan jawaban kyuhyun sungmin memilih memikirkan kejadian tadi siang. "Kau kemana tadi siang?" tanya Sungmin balik.

Kyuhyun tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke depan, menghadap Sungmin hingga ke dua wajah mereka berjarak sangat dekat. Nafas mereka terlihat beradu menerpa masing-masing pasangannya "Kau mengalihkan pembicaraan lagi, Sungmin" ucap Kyuhyun seraya menghembuskan nafasnya pada kedua mata Sungmin.

Namja manis itu refleks memejamkan mata akibat hembusan nafas itu, dirinya berjengkit kaget kala bibirnya tersentuh oleh sesuatu yang lembab dan lembut, memainkan bibirnya dengan penuh hingga matanya pun sulit untuk terbuka.

Tengkuk Sungmin terasa panas, ada lengan yang melingkarinya ia tahu itu, bahkan tubuh yang masih terlapisi kemeja, basah oleh keringat yang begitu cepat keluar. Tubuh saling mendekat mencari kenyamanan, masih berciuman intim posisi yang semula duduk mulai terlentang di karpet tebal ruang tamu.

Desahan keluar dari bibir namja manis, titik sensitivenya mulai terangsang. Baju yang dikenakan bahkan telah terlepas.

"Kyuhyun~ ja― jawab aku... kemana si― siang tadi?" tidak tahan lagi meski ia tengah di serang bertubi-tubi di beberapa titik namun rasa penasarannya kian membuncah.

"..."

Erangan kian terdengar kala titik sensitive pada dadanya kian mencuat, ia tidak tahan lagi "Stop, berhenti~ Kyuhh"

Dengan kekuatan yang masih tersisa tangan Sungmin menggenggam tangan Kyuhyun, kedua tangan kini bertaut erat, wajah Kyuhyun terlihat frustasi. Kenikmatan yang akan dia raih seolah tertahan hingga perlahan hilang.

"Sungmin" suaranya serak nyaris tertahan.

"Jawab aku, aku benci rahasia" tubuh keduanya kembali terduduk, Sungmin menggengam erat tangan Kyuhyun dan meremasnya.

Namun keheningan masih menyelimuti, Kyuhyun memandang lurus wajah Sungmin, menatapnya dalam "Aku mencintaimu, Sungmin" ucapnya kemudian.

Sungmin diam

"Aku mencintaimu hingga rasanya sesak dan seperti ingin mati, tapi itu jauh lebih baik ketimbang kau pergi. Memikirkannya saja membuatku ingin melemparkan diri ke jurang"

"Apa yang kau bicarakan?" Sungmin mengelus jari-jari ramping itu, bahkan jarinya terlihat lebih kecil dan pendek di bandingkan dengan jari kekasihnya.

"Kau mencariku ke tempat Dana?" tebak Kyuhyun benar dan sukses membuat Sungmin membelalakan kedua bola matanya.

Kyuhyun tersenyum kecut, "Aku tahu semua kegiatan yang kau lakukan, kau akan selalu berada dalam jarak pandangku meski dirimu tidak menyadarinya bahkan tidak pernah menyadarinya" ucap namja tampan itu.

"Kau mengikutiku?"

"Keberadaanmu yang membawaku terus memperhatikanmu. Tenang saja aku tidak akan menyakiti Dana, karena kau tahu disini kami berdua yang terluka," Kyuhyun mengambil baju Sungmin yang sebelumnya terlempar dan memasangkannya perlahan.

Sungmin kembali diam, "Aku memilihmu, Kyuhyun. Kau tahu itu kan?" ungkap Sungmin.

Jari-jari ramping terjulur untuk merapikan poni rambut Sungmin ke samping, memperlihatkan dahi yang indah. "Karena itu, bertahanlah bersamaku Sungmin" Kyuhyun mengecup dahi itu dalam dan hangat.

"Sesuatu terjadi? Apa?"

Senyum kecil diperlihatkan Kyuhyun, "Lawan mainku kembali."

Terkejut pasti, pasalnya ini sudah 2 tahun yang lalu, Sungmin tersenyum kecut, "Istrimu datang?" tanya sungmin.

.

.

.

.

TBC

.

.

,

Najika yang gila ini kembali,, aiisshhh merasa berdosa aku disini ... datang dan pergi sesuka hati ... pukul ajja jerawat(?) kyuhyun itu ... -_-

Terinspirasi dari drama musical kyumin dan lawan main keduanya..

Lawan main sungmin : Dana ( Hong sungmi ) member CSJH 11 Juli 1986

Lawan main kyuhyun : ... ( ...) member CSJH ...