~.~

Fangirlie's Fanfiction :

Fallin For You

(PENTAGON, Yuto x Hui)

Don't Like, Don't Read

Warnings : typos, possibly ooc

~.~

Yuto tidak memiliki anggota keluarga di Korea, dia minim pengetahuan mengenai budaya juga bahasa yang digunakan oleh penduduk asal. Kalau para pecinta Korean Hallyu di kelas tiganya tidak mengusulkan untuk mengirim proposal pada perguruan tinggi di Korea, tentu dia tidak memiliki pikiran untuk menginjakkan kaki pada tanah berjuluk Negeri Ginseng itu.

Beruntung atau tidak, Pemuda Adachi itu diterima perguruan tinggi di Korea yang membuatnya berusaha mencari informasi mengenai rumah sewa dari kenalan asal Korea. Wooseok (kenalan Yuto dari permainan video online yang tinggal di Korea) menjawab kalau dia mengetahui rumah sewa dengan harga murah, pilihan paling baik setelah Yuto melihat beberapa pilihan lain.

Tangan Yuto mengangkat tas besar yang dibawanya dengan mengikuti langkah Wooseok, kelihatan si 'raksasa' tidak memikirkan kemungkinan Yuto mengalami jetlag atau merasa lelah dengan perjalanan pesawat sekian jam lalu . . .

"Hyung, ini temanku" Diam, Yuto memperhatikan Wooseok yang mengatakan hal pendek dan masih dipahami olehnya

"Eung?" Pemuda itu memiliki suara tinggi juga terkesan random, meski dia tidak menggunakan nada tinggi yang kasar

"Temanku dari Jepang, aku sudah . . . " Wooseok mengatakan sesuatu yang panjang juga terlalu rumit bagi pendengaran Yuto

"Oh. Halo, Yuto-ssi" Pandangan 'Hyung' bertemu dengan tatapan tidak mengerti Yuto, sebelum dia mengembalikan fokus pada televisi yang mengeluarkan suara berisik.

Hanya satu kerjapan mata, 'Hyung' meninggalkan televisi dan menuju ruangan dapur (kalau Yuto tidak salah mengenali).

"Dia baik, kau mengerti kan?" Yuto mengetahui beberapa jam sebelumnya kalau Wooseok biasa menggunakan aplikasi penerjemah untuk mengobrol dengannya, dan obrolan langsung seperti ini akan menyulitkan bagi keduanya

"Iya" Tidak ada pilihan selain membenarkan bagi Yuto, tidak ingin dianggap memiliki sikap buruk bagi kenalannya di Korea

"Kau meragukan" Kata Wooseok dengan memberi gestur menunjuk wajahnya, alis mengerut Yuto menunjukkan rasa tidak nyaman

"Aku tidak mengenalnya, aku tidak bisa menentukannya" Jujur Yuto, tidak menerima balasan yang memuaskan dari Wooseok.

Wooseok memperlihatkan ekspresi berpikir selama beberapa saat, sebelum dia mengatakan ekspresi lurus dan mengangguk seolah paham (Yuto tidak yakin Wooseok benar-benar memahami ucapan panjangnya).

"Kau akan tahu, dia baik" Wooseok berbicara dengan Bahasa Jepang yang patah, diapresiasi oleh Yuto yang sama sekali tidak memiliki keyakinan bicara Bahasa Korea

"Temanmu . . . sebelah pintumu, Wooseok?" Yuto yakin kalau dia adalah objek pembicaraan, tapi dia tidak memahami konteks pembicaraan 'Hyung'

"Iya, Hyung" Ujar Wooseok dengan gestur 'ikuti aku' pada Yuto, ah, dia ingin menunjukkan kamar Yuto

"Ah, iya" Jawab Yuto dengan Bahasa Korea yang canggung

"Ei, kau tidak berkenalan dengan Hui-Hyung?" Telunjuk Wooseok mengarah pada sosok yang lebih dewasa darinya, mengundang tatapan kesal Hui.

Yuto memandang Hui sebelum dia menyimpan tas di lantai dan melangkah hingga posisinya berhadapan dengan Hui.

"Halo, namaku adalah Adachi Yuto. Senang berkenalan" Pemuda Adachi itu tidak mungkin tidak mensyukuri ocehan tidak jelas dari para pecinta Korean Hallyu di sekolahnya

"Namaku Lee Hwi Taek, kau bisa memanggil 'Hui'. Kau bisa paham?" Hui memperlihatkan ekspresi tidak peduli, namun kata akhirnya membuat Yuto yakin dia memang orang baik seperti apa yang dikatakan oleh Wooseok

"Iya, aku paham" Jawab Yuto dengan senyum tipis, membalik tubuhnya untuk melihat Wooseok sudah membawa dua tasnya.

Yuto mengekori langkah Wooseok menuju kamar di lantai dua, bersisian dengan kamar Wooseok.

"Dia baik?" Wooseok membuka obrolan selagi membiarkan Yuto melihat kamar juga membuka lemari

"Iya, dia baik juga menggemaskan" Balas Yuto seraya membiarkan pintu lemari terbuka, merapikan pakaiannya di lemari

"EH?!" Suara keras Wooseok membuat Yuto menoleh dengan tatapan bingung, hanya menemukan ekspresi terkejut Wooseok yang terlalu lucu untuk tidak ditertawakan.

Wooseok memiliki banyak ekspresi yang pantas membuatnya ingin tersenyum, bahkan tertawa pada beberapa kesempatan.

Hal aneh, Yuto ingin memasang senyum walau Hui hanya menggunakan ekspresi datar dan menguar aura tidak bersahabat dengannya.

.

Waktu luang sebelum masa kuliah digunakan Yuto untuk menyaksikan film juga acara televisi Korea, mempelajari bahasa juga cara pengucapan yang benar. Keberuntungan lain adalah, beberapa penghuni di lantai satu memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Jepang dengan baik (bukan pada titik ahli yang membebaskan Yuto mengoceh dengan kecepatan tinggi).

Hui mengoceh adalah hal menarik bagi Yuto, menggunakan alasan kalau Hui merupakan pengguna Bahasa Korea yang baik. Ocehan Hui dengan suara tidak jelasnya biasa menjadi hiburan bagi Yuto, tapi dia tidak menemukan cara bicara Hui yang tidak biasa walau dia menghabiskan sarapan dengan penghuni lantai satu.

Kaki Yuto mengambil langkah mundur usai dia memberi tiga ketukan pada pintu kamar Hui, entah memiliki keberanian darimana untuk mengikuti saran Kino untuk menghampiri Hui di kamarnya kalau dia merasa khawatir . . .

'Tak!' Bunyi jari menjentik di depan wajahnya membuat Yuto mengerjap, tidak tahu sedari kapan sang pemilik pintu melihat wajah melamunnya

"Ada apa?" Hui bertanya, sesuai dengan panggilannya sebagai 'Ketua' diantara penghuni rumah sewa

"Aku ingin memastikan" Perlahan, Yuto menemukan kalau cara bicara lamban membuat Hui memberi tatapan lekat padanya

"Heung" Kepala Hui miring ke sisi kiri selagi dia melempar sorot tidak paham pada Yuto

"Kau sehat, Hui-Hyung?" Yuto senang dirinya menerima tatapan lekat dari Hui, tapi canggung untuk berlama mendapatkan tatapan itu

"Eo? Kau menanyakan kondisiku?" Hui mengembangkan senyum tipis selagi dia melontarkan ucapan itu

"Seharusnya, aku tidak melakukannya?" Manik Yuto melebar, merasa panik dengan kemungkinan Hui memberi teguran agar dia tidak bersikap sok akrab padanya.

Ekspresi dingin Hui pada temu pertama bukan sesuatu yang mudah dilupa oleh memori pendatang milik Yuto.

"Tidak, kau bisa menanyakan juga mengatakan apapun dengan nyaman" Hui mengoceh, menggunakan kecepatan bicara yang membuat otak Yuto bekerja sangat keras untuk menangkap maksudnya

"Aku hanya terkejut, karena kita tidak memiliki obrolan sebelumnya" Lanjut Hui yang dibenarkan oleh diri Yuto.

Yuto memiliki anggapan kalau Hui menggemaskan dari temu pertama, tapi aura tidak bersahabat Hui membuat Yuto tidak mencari kesempatan lain untuk mengobrol dengannya (alasan selain Hui tidak bicara Bahasa Jepang).

"Hui-Hyung kelihatan tidak sehat" Kemampuan Bahasa Korea Yuto belum sempurna, tapi Hui paham dengan maksud ucapannya

"Tidur, aku hanya memiliki masalah untuk mengatur waktu tidur" Hui kembali mengoceh dengan cepat, membantu sang Adachi paham dengan gerakan tubuh yang mendukung perkataannya

"Oh" Wajah Yuto memperlihatkan ekspresi segan, merasa bersalah karena dia sudah mengganggu waktu istirahat Hui

"Kau tidak menggangguku sama sekali, aku memang belum tidur" Kantung hitam di bawah mata Hui memang tebal, kalau Yuto memperlihatkan dengan serius

"Aku tidak yakin kalau Hui-Hyung menyukai ini" Yuto memperhatikan Hui yang memindahkan fokus, tidak lagi fokus pada gerakan mulutnya, melainkan cangkir teh hijau di tangannya

"Untukku?" Pandangan penuh binar Hui bukan pertama kali Yuto lihat, tapi ini pertama kalinya Hui melihatnya dengan mata berbinar

"Eo, iya" Tidak ada pilihan kata selain canggung, Yuto mengusapkan telapak tangan tanpa melepas tatapan Hui

"Kupikir kau akan memberikan aojiru padaku" Hui membentuk senyuman lebar, memperlihatkan ekspresi meringis saat membayangkan rasa minuman yang dia sebutkan

"Hui-Hyung pernah meminumnya?" Yuto melebarkan maniknya karena merasa tertarik dengan tema pembicaraan mereka

"Euing" Anggukan mengiyakan dengan ekspresi meringis Hui dipahami oleh Yuto, mengingat produk minuman itu populer namun juga tidak disenangi oleh banyak warga Jepang

"Aku juga tidak suka" Khawatir kalau ucapannya tidak jelas bagi yang lebih dewasa, Yuto menampil ekspresi mengernyit dan memberi gestur menolak dengan tangan.

Hui memberi tawa besar karena tidak pernah melihat ekspresi aneh Yuto, dan tidak ada hal yang membuat Yuto berpikir kalau Hui tidak menertawakannya.

Jujur saja, Hui tertawa karena dirinya (mudahnya, menertawakan dirinya) adalah sesuatu yang dianggap baik oleh Yuto. Tawa geli Yuto menjadi suara belakang dari tawa besar Hui.

.

Biasa Yuto menceritakan kesulitannya pada Wooseok yang menempati kamar sebelahnya, tapi Wooseok melakukan pendekatan dengan Kino (penghuni lantai satu asli Korea yang pandai menggunakan Bahasa Jepang juga Bahasa Inggris). Yuto sadar kalau dia harus memberi jarak agar dia tidak mengganggu, menyimpan keluh juga masalahnya sendiri.

Permulaan musim semi membuat Yuto teringat dengan pohon sakura di lingkungan rumah asalnya, jalanan dipenuhi kelopak bunga seperti apa yang ditampilkan oleh drama tema romansa. 'Penyakit rindu rumah' menghantam Yuto di waktu ini, tidak membagi gelisahnya pada Wooseok yang antusias mengatakan kalau dia akan kencan dengan Kino di akhir pekan.

Yuto menginjak tangga terakhir saat pintu utama terbuka dan memperlihatkan Hui dengan senyum lebar, mungkin dia baru saja menerima pendapatan dari tempat kerja paruh waktunya. Kantung besar dengan logo tertentu di tangan Hui menguatkan dugaan Yuto . . .

"Kau belum istirahat?" Tanya Hui, menerima anggukan kecil dari Yuto

"Kau baru pulang, Hui-Hyung?" Yuto balik memberi pertanyaan, sejujurnya Yuto tidak memahami bagaimana Hui memiliki tenaga untuk tersenyum lebar saat dia pulang bekerja selarut ini

"Eung, pelanggan di toko ada banyak" Hui tampak kesulitan untuk melepaskan sepatunya dengan kantung besar di tangannya

"Biar aku memegangnya" Kaki Yuto melangkah lebar untuk mengambil kantung besar di tangan Hui.

Kalau Hui adalah seorang gadis, wajar saja kalau Yuto membungkuk dan memegangkan ujung sepatu agar sang gadis bisa mengeluarkan kakinya dengan mudah.

Tapi, Hui bukan seorang gadis, walau Yuto pernah melihat Hui mengenakan gaun selutut juga rambut palsu pendek (dan berpikir kalau Hui cocok dengan tampilan itu).

"Adachi Yuto" Panggilan Hui menghentikan lamunan Yuto, melihat kaos kaki yang lebih dewasa berada satu langkah di depannya

"Eo, Hyung" Respon Yuto dengan mengerjapkan pandangan, mengumpulkan kesadarannya agar dia tidak lagi melamun

"Kau memikirkan sesuatu?" Iya, dan objek pikiran Yuto sedang menatapnya dengan mata bulat ingin tahu

"Iya" Jawab Yuto dengan singkat

"Kau merindukan rumahmu?" Pertanyaan Hui tidak terduga, Yuto mengerjap dengan rasa bingung

"Apa?" Bingung Yuto

"Rumahmu, apa kau merindukan rumahmu di musim semi seperti saat ini?" Hui memperjelas maksud pertanyaannya

"Ah, iya" Yuto pikir beberapa orang merasa tidak senang mengobrol dengannya karena dia sering menyahuti mereka dengan pendek, tapi Hui tidak mempermasalahkan itu

"Perasaan rindu rumah, itu menyesakkan" Kepala Yuto terangguk untuk membenarkan ucapan Hui

"Iya" Yuto tidak menemukan alasan Hui menunjukkan senyum geli saat dia memberi balasan

"Jangan membalas, kalau kau tidak ingin membalas ucapanku" Kata Hui, setelahnya

"Baiklah, Hui-Hyung" Yuto kembali gagal menemukan alasan Hui mengembalikan senyum geli padanya

"Kau memiliki makanan yang biasa dimakan di Jepang?" Tanya Hui seraya memandu langkah menuju dapur, tahu kalau Yuto akan mengikuti langkahnya

"Aku tidak terlalu pemilih, selama makanannya tidak pedas" Kantung besar diletak di meja dapur sesuai instruksi Hui, Yuto memundurkan langkah dan membiarkan Hui mengatur bumbu dapur sesuai tempatnya

"Ung, kau menyukai ramen?" Hui menyempatkan diri untuk menoleh pada Yuto

"Tentu, aku sedang menginginkan Ippudo Ramen" Balas Yuto dengan antusias.

Kalau ada sedikit dari topik pembicaraan yang memancing rasa antusias Yuto, satu diantaranya tentu pembicaraan mengenai Jepang juga segala hal yang bersangkutan dengannya.

"Um, aku tidak tahu jenis ramen, aku minta maaf untuk bagian itu. Kau harus memberitahu ramen itu padaku saat kita pergi ke kedai ramen" Hui selalu membicarakan sesuatu dengan antusias, mata bulat yang penuh semangat dan tentunya lucu

"Kita?" Yuto membeo dengan canggung

"Eo, kita. Ini musim semi dimana Jepang dikenal dengan bunga musim semi, aku ingin menghiburmu karena kau tidak bisa menikmati suasana musim semi di Jepang secara langsung" Jelas Hui

"Hal itu, kau tidak perlu melakukannya" Kata Yuto, merasa dia sudah mempertimbangkan kondisi ini saat menginjakkan kaki di bandara menuju Korea

"Aku ingin melakukannya" Benarkah Hui ini adalah Hui yang memperlihatkan ekspresi tidak peduli di temu pertama dengannya?

"Terima kasih, kalau begitu" Ujar Yuto dengan senyum canggung, antara tidak tahu menanggapi maksud baik Hui juga senyum menenangkan Hui

"Jangan beritahu yang lain, aku tidak memiliki uang bertumpuk" Gerakan mengangguk dari Yuto membalas ucapan Hui.
Kalaupun Hui memiliki tumpukan uang, Yuto tidak memikirkan keinginan kemungkinan dirinya memberitahu orang lain kalau dia diajak makan oleh Hui.

Imajinasi dirinya makan ramen berdua dengan Hui menjadi bayangan momen paling menyenangkan selama musim semi pertamanya di Korea, lebih menyenangkan saat itu bukan sekedar imajinasinya.

Yuto masih merindukan Jepang tentunya, tapi dia memiliki memori lain di Korea yang tidak kalah menyenangkan.

. END .

Aku yakin aku bukan satu-satunya orang yang suka sama pair ini, tapi sebenarnya aku ngga yakin bakal ada yang ngebaca ini. Ku lagi suka banget sama PENTAGON, dan fanfic PENTAGON (apalagi pemainnya Yuto sama Hui) susah banget aku temuin, jadi aku coba tulis sendiri walaupun rada ngga pede. Fanfic PTG yang lebih awal udah keren-keren, minder jadinya aku tuh.

Aku ngga tahu mau ngasih judul kayak gimana, jadi kalo ada yang mau ngasih ide lain sebagai judulnya, makasih banget ya.