Look

Chapter 1: Me

"Lu! Lu! Tunggu sebentar kenapa sih?" Baekhyun berlari-lari kecil menghampiri Luhan yang terlgesa-gesa. Well, dia memang sedang 'berjalan cepat'. "Yang mau ketemu Chanyeol tuh siapa sih? Aku atau kamu? Kok malah kamu yang excited." Baekhyun berujar masam setelah berhasil menyamai langkahnya dengan Luhan.

Sementara, yang sedari tadi diburu rentetan pertanyaan hanya tersenyum geli melihat tingkah teman disebelahnya ini. Tangannya terulur untuk membetulkan letak kacamata yang bertengger manis di kedua maniknya. "Penampilanmulah yang menjadi permasalahannya, Baek." Luhan menatap Baekhyun serius. Keduanya berhenti dengan serempak, saling memandang. Yang satu menatap tidak mengerti, yang satu menatap pura-pura lugu.

Luhan menggeleng-gelengkan kepala "Kau ini mau kuliah atau pergi ke party sih?" Luhan menelisik penampilan Baekhyun dari atas kebawah. Baekhyun pun ikut menilai penampilannya sendiri. tidak ada yang aneh, pikirnya. "Kau memakai rok pendek yang terlihat sangat tidak nyaman untukmu, memakai high heels saat kau tahu jarak antar gedung fakultas terlampau jauh." Luhan menarik nafas " Kamu yang emang udah lama kalau jalan, jadi makin lama kan?". "Sini, duduk sebentar disini." Luhan menggiring Baekhyun menuju kursi panjang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kemudian Luhan terlihat setengah berjongkok untuk membuka high heels Baekhyun. Baekhyun yang sedari tadi memperhatikan, tersenyum geli melihat tingkah sahabat manisnya ini.

"Lihat? Kakimu lecet kan?" Luhan mengeluarkan plester anti luka dari 'kantong ajaib' seperti yang selalu disebut Baekhyun. Padahal itu hanyalah sebuah ransel kecil yang memang muat banyak benda.

"Lu, andai Chanyeol bisa seperti ini padaku." Baekhyun terdengar berdecak. "Hah, dia peduli padaku saja tidak, masih syukur dia mengenalku."

Luhan berpindah duduk disebelah Baekhyun, dan menatap sahabatnya itu dalam. "Itu sudah menjadi keinginanmu kan, Baek?" "Mencintai priamu dalam diam."

"Ya sih. Tapi entah mengapa aku menyesalinya sekarang." Gumamnya dengan suara yang makin lama memudar. Tetapi dapat dengan mudah terdengar oleh Luhan.

" Jika priamu tidak ingin dikejar, maka berhenti, Baek. Tidak akan bagus untukmu pada akhirnya. Sia-sia untukmu menghabiskan waktu berhargamu untuk mengejar sesuatu yang semakin lama semakin asing." Luhan menatap lurus kedepan. Baekhyun yang mendengarkan menampakkan wajah tidak mengerti. Kemudian ia bangkit dan menarik tangan Luhan.

"Jja, ayo kita ke stadium. Disana pasti sudah banyak orang." Baekhyun menarik Luhan yang tadi masih dalam mode bengongnya.

Terlihat beberapa pria sedang menyebar di penjuru lapangan mengikuti perintah pelatihnya. Mereka mulai melakukan passing satu sama lain. Baekhyun yang baru mendudukan diri bersama Luhan di bangku penonton, terlihat terpana dengan apa yang mereka lakukan.Lebih tepatnya apa yang Chanyeol lakukan. Sementara Luhan, matanya menelisir sekeliling lapangan seperti mencari sesuatu-atau mungkin seseorang.

Netranya berpendar dan kemudian berhenti setelah menemukan orang itu. Berseragam basket tanpa lengan seperti yang teman setimnya kenakan. Terlihat serius melakukan passing dengan lawannya yang enntah siapa Luhan tidak perduli. Segaris senyum tersemat di wajahnya ketika ia menemukan apa yang ia cari. Tak lama, Luhan mengeluarkan buku sketsa dari tasnya dan mulai dengan dunianya sendiri.

Setidaknya Luhan masih fokus dengan dunianya, sampai-sampai tak sadar jika Baekhyun sudah turun ke lapangan dan menghampiri Chanyeol yang baru saja selesai latihan. "Ck, kau bilang hanya 1 jam."

Chanyeol menenggak air yang ia bawa dan kemudian tersenyum pada Baekhyun. "Hehe, maaf Baek. Pelatihku memang tidak suka tepat waktu." Baekhyun mendengus sebagai respon. "Oiya, kau kesini sama siapa?"

Baekhyun menunjuk kursi di bangku sebrang. "Siapa lagi kalau bukan rusa berkacamata itu." "Oh ya," Baekhyun menyodorkan buku yang sedari tadi dia pegang. "Ini catatan kemarin. Makanya, Yeol. Kalau dikelas tuh nyatet, bukan tidur."

Chanyeol yang merasa gemas pada Baekhyun kemudian mengusak puncak kepala Baekhyun yang tentu membuat empunya membeku ditempat. "Aigoo.. Kenapa semakin bertambah usiamu kau malah makin cerewet sih." "Anyway, thanks Baek."

Baekhyun hanya mengangguk sebagai jawaban karena dia sudah terlanjur speechless akibat perlakuan Chanyeol yang seperti itu padanya.

Oke, disisi lain, perempuan yang sedari tadi sibuk melukis pun berhasil menyelesaikan sketsanya. Wajahnya menampilkan senyum puas pada hasil karyanya. Tidak jelek, dia yang seperti ini memang terbaik. Menyadari Baekhyun yang tidak ada disampingnya, buru-buru ia memasukkan sketchbooknya kedalam tas dan bersiap-siap untuk bangkit jika saja netranya tidak menatap prianya yang terlihat mengobrol bersama perempuan, yang Luhan ketahui adalah kekasih prianya.

Mereka terlihat bahagia bersama batin Luhan. Bagaimana tidak, canda tawa selalu menghiasi obrolan mereka. Dengan usakan kepala yang si pria berikan kepada kekasihnya. Dan kekasihnya yang terlihat merona malu-malu atas perlakuan si pria, prianya. Si pria itu selalu memberikan perhatian lewat tatapannya, mendengarkan setiap kata yang diucapkan kekasihnya dan menanggapi dengan senyum menenangkan.

Luhan, inilah konsekuensimu mencintai seorang pria dalam diam. Kau hanya bisa melihatnya dari jauh. Menggapainya menjadi hal yang tabu untuk kau lakukan. Cukup saja kau yang mengaguminya, cukup kamu saja yang merasakan sakit saat melihat dia bahagia bersama orang lain. Nikmati saja cinta sebelah pihakmu, pada jangka waktu yang entah kapan akan berakhir.

"Lu,Luhan! Ayo pulang" Baekhyun mengibaskan tangannya di depan Luhan yang masih asyik bengong. Luhan pun hanya melirik Baekhyun dengan sorotan mata lugunya. "Astaga, Xi Luhan!" Baekhyun berkacak pinggang. "Lihat ini jam berapa?" Baekhyun menyodorkan jam tangannya pada Luhan

Matanya seketika membola, mulutnya sedikit menganga lebar. "Oh holyshit!" Rutuknya dengan nada yang sedikit terlampau tinggi, mengingat itu masih dalam stadium, seketika membuat semua orang menoleh padanya. Termasuk prianya yang memerhatikan Luhan berlari-lari kecil meninggalkan stadium.

Suasana kafe terlihat sangat ramai mengingat sekarang sudah pukul 4 sore. Banyak dari mereka yang sudah selesai dengan pekerjaan maupun kegiatan belqajar pagi para mahasiswa dan siswa siswa sekolah menengah. Biasanya mereka disini untuk melepas penat, atau sekedar berkumpul bersama.

Begitu Luhan dan Baekhyun sampai ditempat, mereka langsung melesat menuju ruang ganti, mengganti baju mereka, dengan seragam kebesaran kafe ini. Setelahnya mereka langsung mengambil alih posisi pekerja yang sebelumnya, Luhan akan menjaga kasir, dan Baekhyun menjadi bartendernya.

Primrose's Sunflower, ya kafe tempat mereka bekerja itu selalu tak pernah sepi pengunjung. Tempat ini mempunyai luas 150m2 yang didesain se-catchy mungkin agar pengunjung dapat bersantai dari penatnya urusan mereka dan hiruk-pikuk Seoul di sore dan malam hari.

"Lu, coba kesini sebentar." Ucap Baekhyun dengan tangan yang sibuk meracik Vanilla Cream Cold Brew pesanan seseorang. Kebetulan Luhan juga sedang lengang, karena belum ada pengunjung yang memesan lagi. " Kenapa, Baek?"

"Ini." Baekhyun menyodorkan cup Iced Coffe yang tadi dibuatnya kepada Luhan. "Da Hee sedang ke kamar mandi. Tolong antarkan ini di meja yang dekat dengan hiasan Primrose Lu."

"Okay" Luhan membawakan pesanan itu dan mengantarkan ke meja yang dimaksud Baekhyun. " Maaf Nona, Ini pesanan-" Ucapannya terpotong ketika melihat wanita yang duduk di meja itu. ini kan? "-nya." Kekasih prianya?. Wanita itu tersenyum manis " Terimakasih."

Luhan pun membalas dengan senyum yang tak kalah manis jika dilihat. "Ya, silahkan dinikmati." Pantas saja prianya jatuh cinta pada wanita ini, dia terlihat sangat manis dan baik hati. Dia pun menundukkan kepala kembali ke meja kasir.

Shift malam mereka sebentar lagi berakhir. Baekhyun sedang merapikan 'meja kerjanya' sehabis perang selama 6 jam non-stop. Luhan sedang menghitung pendapatan hari ini, berniat menutup buku kas untuk hari ini jika tidak dikagetkan dengan bunyi bel pintu masuk dibarengi suara pintu yang dibuka dengan lebar, menampilkan pria yang setengah basah, sepertinya habis menerobos hujan pikir Baekhyun. Sementara Luhan hanya menatap pria itu tanpa bergeming, berlainan dengan jantungnya yang menghasilkan debaran kuat, membuat Luhan menjadi sesak sendiri, Itu prianya. Mata prianya menatap Luhan lamat-lamat sambil berjalan kearah Luhan. Menampilkan ekspresi yang sedikit, khawatir?. Khawatir padanya?

"Maaf, apa Anda melihat wanita tingginya kira-kira segini, dan…" Berkacalah Luhan, dia kenal denganmu saja enggak, khawatir? Itu akan terjadi jika Pluto kembali masuk dalam sistem tata surya.

"Y-ya?" Luhan tampak tidak fokus.

Pada akhirnya, Baekhyun yang menanggapi. "Sepertinya tadi dia sudah pulang, Tuan. Dia sudah disini sekitar.." Wajah Baekhyun terlihat menerawang "…2 jam?"

Kemudian raut wajah menyesal terlihat pada pria itu. tidak dihiraukannya rambutnya yang setengah basah dan kausnya yang sudah terlukis dengan butiran-butiran hujan. Sempat hening sebentar, pada akhirnya pria itu memutuskan untuk memesan sebuah coklat hangat karena merasa dirinya sudah cukup lelah hari ini. ia mengambil tempat duduk paling dekat dengan jendela. Sembari Baekhyun membuatkan pesanannya, Luhan tak dapat berhenti memerhatikan pria itu yang tampak kedinginan. Pikirannya tak berhenti memikirkan bagaimana cara agar pria itu tidak merasa kedinginan lagi.

Sebuah ide tercetak di kepala mungilnya, ia berlari ke belakang dan mengambil sebuah jaket coklat kebesaran yang sempat ditinggalkan oleh pemiliknya di kafe ini. dan kemudian ia berlari keluar dan menghampiri Baekhyun.

"Baek…" Luhan menyenggol lengan Baekhyun yang sedang menuangkan coklat panas kedalam cangkir. "Hmm?"

"Ini." Luhan memberikan Baekhyun jaket yang ia pegang tadi. Baekhyun menaikkan sebelah alisnya. "Kukira kita belum tutup kafe, Lu. Kenapa kau memberiku.. Jaket?" Sambil menerima jaketnya.

"Tidak.. Bukan untukmu, Baek." Luhan mengalihkan pandangannya pada pria tadi, prianya. "Itu, berikan pada pengunjung yang tadi kebasahan. Sekalian kau antarkan coklatnya." Luhan tersenyum lebar. "Tolong, ya.."

"Kenapa gak kamu aja Lu?" Tanya Baekhyun yang tetap membawakan pesanan sekaligus jaket itu. "Kamu tuh gak pernah ilang ya baiknya sama orang. Huh…" Luhan memperhatikan Baekhyun yang berjalan kearah pria itu dalam diam. Sengaja ia tidak kembali ke meja kasir, karena jika ia kembali kesana, ia akan berhadapan dengan pria itu. yang otomatis, Luhan tidak akan kuat untuk menanggung debaran jantungnya yang suka berpacu lebih cepat jika berada dalam jarak yang dekat dengan pria itu. Alhasil, ia hanya memperhatikan Baekhyun, dan setelahnya, ia kembali ke belakang untuk membersihkan sampah plastic dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah sebelum kegiatan hari ini berakhir.

"Ini, tuan. Pesanannya." Baekhyun meletakkan gelas itu dihadapan pria tadi.

"Terimakasih." Pria itu menatap Baekhyun dengan tatapan heran, sampai akhir nya Baekhyun menghela nafasnya dan memberikan 'jaket titipan' sahabatnya.

"Begini, Tuan. Sahabatku yang tadi di meja kasir, menyuruhku untuk memberikan ini padamu, well,dia memang terlampau baik pada orang-orang yang tidak dikenalnya, dan.. oh-" tiba-tiba Baekhyun teringat sesuatu saat berbicara dengan pria itu. wajahnya terlihat sangat familiar, tapi siapa dan dimana Baekhyun pernah bertemu dengannya?

"Dan..?" Pria itu menggantungkan kalimatnya ketika melihat Baekhyun yang seperti berpikir keras.

"Maaf sebelumnya, apa kau anggota tim basket SNU?" Baekhyun melupakan ocehan panjang lebarnya dan malah membuat pertanyaan baru. Pria itu terlihat menaikkan sebelah alisnya dan kemudian mengangguk kaku sebagai jawaban. "Ah, benar kan! Kau ini temannya Chanyeol kan?" Tanya Baekhyun yang terlihat antusias.

Si pria mengangguk lagi. "Ya, kau memang mengenal Chanyeol?"

Kepala Baekhyun mengangguk berkali-kali dengan antusiasnya. "Ya, dia teman sekelasku."

"Ah-" Pria itu juga seperti teringat sesuatu. "Kamu yang tadi siang bersama Chanyeol ya di stadium?".

"Yap" Baekhyun mengulurkan tangannya "Baekhyun, Byun Baekhyun."

Pria itu tersenyum manis dan menjabat uluran tangan Baekhyun "Sehun, Oh Sehun."

TBC

Wkwkwk, ini cerita apa setelah setahun hiatus. Huah.. maaf bagi readers yang nunggu kelanjutan Love Like This sama Shouldn't Have. Ku masih berpikir mau dibawa kemana ceritanya, (sampe lumutan setahun)

Well, selain lagi mikir juga, aku lagi disibukkin sama tugas akhir kuliah. Jadi belum ada waktu buat nerusinnya. Sambil iseng nungguin 2 ff yang sama gak jelasnya, aku kasih ini aja dulu ya. Well, kalau ada yang suka aku seneng, tapi kalau gaada ya gak apa-apa.

Best regards,

Qwerlws