..Suddenly..

Satu Satu Satu

©YumeYuumei CrystalFlee

Naruto ©Masashi Kishimoto

Genre:

Drama/Supernatural/Romance.

Warning:

Slash/ Shounen Ai, OOC akut, AU, Gak jelas, Kekerasan, Pukul-pukulan, Rada sadis, Aneh, Typo bertebaran, Tema mainstream, etc.

Rated:

T

Pair:

SasuNaru (Main) and beberapa pair lagi.

Summary:

Naruto. Anak baru di SMA Konoha. Hobi tebar pesona plus bikin onar. Dan dengan gilanya sok ngejar-ngejar putri sekolah. Bikin 3 penguasa sekolah gak terima dan mau ngasih pelajaran.

Tapi, tunggu. Sebenernya 3 cowok ini ngejar putri sekolah apa Naruto, si anak baru sih? Kok tiba-tiba...

Be happy, un!


~~\(^o^)/~~

Suasana pagi yang damai di Konoha. Kota besar yang masih hijau itu tampak begitu menenangkan di pagi hari. Di hari senin ini suasana cukup ramai. Di jalan-jalan orang-orang berlalu-lalang. Sibuk bersiap-siap mengawali minggu baru, setelah akhir pekan baru saja berakhir.

SMA Konoha Daun adalah salah satu sekolah favorit di daerah Konoha. Dengan fasilitas lengkap, bangunan megah berlantai empat, daerah yang luas, kedisiplinan tinggi dan kualitas pendidikan yang—katanya tinggi.

Di sekolah ini juga memiliki beberapa aturan aneh. Contohnya, kurang lebih tiga puluh menit sebelum kelas dimulai. Gerbang akan ditutup. Dan yang terlambat dilarang masuk. Atau masuk tapi, tak diperbolehkan mengikuti jam pelajaran pertama. Aneh. Tapi, tujuannya bagus. Agar kegiatan pembelajaran tidak terganggu oleh anak yang telat. Selain itu juga menguntungkan bagi para murid yang hobi mengerjakan tugas di sekolah, karena punya waktu cukup banyak untuk mengerjakan atau menyalin milik orang lain. Entahlah.

Itulah kenapa, saat-saat sebelum masuk itu biasanya digunakan sesuka hati para murid. Asalkan tidak mengganggu saja. Dan di salah satu ruang kelas tampak seorang cowok berambut pirang sedang berbicara atau mencoba berbicara dengan cewek berambut merah muda yang tak begitu memperhatikannya.

"Pagi, Sakura-chan." Cowok dengan rambut pirang itu nyengir-nyengir gak jelas di hadapan cewek berambut merah muda yang merupakan putri sekolah. Cewek simple, baik hati dan dikejar-kejar cowok-cowok keren di sekolah.

"Pagi, Naruto-san." Cewek yang dipanggil Sakura menjawab kalem. Ia duduk manis di bangkunya bersama teman baiknya yang berambut pirang. Hanya menanggapi singkat pada cowok bernama Naruto.

"Pagi-pagi kok diem aja. Gak ada kerjaan kah, Sakura-chan?" Naruto membungkuk. Meletakkan kedua tangannya di atas meja Sakura.

"Hari ini kebetulan mading udah ditempel. Jadi, gak ngapa-ngapain." Sakura menjawab lagi. Kalem.

"Ngapain sih tanya-tanya? Kepo banget?" Kini cewek disamping Sakura menjawab. Ino mengernyit. Tampak tak suka.

"Gak papa dong. Terserah aku. Kan aku mau.." Belum sempat Ia menyelesaikan ucapannya. Kerah bajunya ditarik dari belakang.

"Woy! Apaan nih." Naruto gak terima otomatis berontak ngelepasin. Begitu lepas ia langsung berbalik dan terdiam. Cengo. Di hadapannya tiga orang cowok berdiri dengan tatapan tajam ke arahnya. Ia menegak ludahnya dalam diam. Sedikit takut ditatap begitu. Tapi, bukan Naruto kalau sampai mau-maunya diintimidasi begitu saja sama cowok-cowok yang uhm... lebih tinggi darinya.

"Apa yang kau lakukan, hah? Mengganggu Sakura?" Cowok putih berambut hitam itu menatap sadis ke arah Naruto.

"Mengganggu? Aku tidak mengganggu Sakura-chan kok. Aku hanya ngobrol. Apa itu masalah?" Naruto tak terima atas tuduhan cowok berambut hitam itu. Apalagi kulitnya yang putih pucat itu membuatnya iri. Bahkan, bukan hanya cowok rambut hitam saja. Dua lainnya pun juga sama-sama putihnya. Hanya saja rambut hitam ini yang paling putih—pucat. Oh, ayolah dia tidak hitam hanya kurang putih itu saja.

"Sudah jelas-jelas kau mengganggu Sakura bodoh. Dia jadi tidak nyaman karena ada kau yang berisik itu." Cowok di samping Sasuke yang berambut merah darah omenyahut cepat. Melipat kedua tangannya di dada. Dengan aura membunuh di sekitarnya.

"Enak saja. Aku tid... Hei!" Lagi-lagi. Belum selesai Naruto menyelesaikan ucapannya. Kerahnya kembali ditarik. Kini bagian sampingnya. Cowok berwajah seram dengan rambut merah kekuningan itu menarik Naruto ke luar kelas diikuti dua cowok lain berambut hitam dan merah di belakangnya.

Sakura hanya menatap dengan bingung tingkah cowok-cowok di depannya yang kini menghilang di balik pintu.

"Ino. Aku tidak mengerti. Mereka sebenarnya kenapa, sih?" Sakura menatap teman pirangnya yang hanya menghela nafas.

"Entahlah. Memangnya aku tahu?!" Ino mengangkat bahunya. Sakura hanya menatap tak mengerti. Entah bingung atau bagaimana.

"Ah, sudahlah. Aku tidak mengerti. Mereka aneh." Sakurapun kembali fokus ke Ino. Kembali mengobrol melupakan tingkah cowok-cowok aneh tadi.

.

.

.

Taman belakang. Tempat ini memang selalu sepi. Jarang murid yang mau ke sini. Selain tempatnya jauh juga karena taman ini sudah seperti taman tak terawat. Semak belukar tumbuh di sembarang tempat dan pohon-pohon besar berdiri kokoh tak beraturan.

"Brukkk!" Suara debuman kecil terdengar disusul dengan erangan kecil. "Kalian ini apa-apaan, heh? Seenaknya saja menyeret orang lalu melemparkannya begitu saja." Naruto yang merupakan asal suara debuman itu mengomel ke arah tiga cowok yang menatapnya dalam diam.

"Itu karena kau cari gara-gara, Dobe!" Suara cowok berambut hitam itu membalas perkataan Naruto.

"Apa hakmu memanggilku Dobe, brengsek! Aku punya nama! Uzumaki Naruto! Ingat itu!" Naruto berdiri dari posisi jatuhnya sambil menunjuk-nunjuk cowok berambut hitam itu.

"Aku tak bertanya namamu Do. Be." Cowok itu berucap dengan penekanan di kata 'Dobe'. Mengejek. Naruto yang geram langsung berancang-ancang memukul cowok berwajah menyebalkan itu. Tapi, tak sampai mengenai wajah cowok menyebalkan itu, kepalan tangannya di tahan oleh cowok satu lagi dengan rambut kekuningan yang lebih menyerupai oranye.

"Jangan asyik sendiri. Kami masih ada disini loh!" Cowok itu memelintir tangan Naruto dan membuat kedua tangannya terkunci di belakang tubuhnya. Dan sebuah lengan melingkar menahan lehernya. Ia benar-benar terkunci.

"Hei. Apa lagi ini? Lepaskan!" Naruto meronta-ronta. Mencoba melepaskan dirinya dari tangan cowok berambut merah kekuningan itu.

"Ah, kau sepertinya terkunci, Tuan Uzumaki?" Kini ganti cowok berambut merah darah yang ada di hadapan Naruto mengejek. Naruto hanya menggertakkan giginya. Geram.

"Cih. Kau pikir aku takut dengan kalian?" Kini Naruto menghentikan perlawanannya sejenak. Lalu, menatap cowok-cowok itu bergantian. "Aku tidak akan takut dengan orang-orang pecundang yang sukanya main keroyokan seperti kalian!" Naruto berteriak.

Tiga orang cowok itu mengernyit sambil menatap satu sama lain. Lalu, entah kenapa tiba-tiba menyeringai. Cowok berambut merah darah yang memang ada di hadapan Naruto itu maju dan...

"Bukk" Mengarahkan kepalan tangannya je perut Naruto yang terkunci gerakannya itu. Naruto merintih kecil. Sial. Pukulannya tidak main-main. Pukulan itu tepat mengenai ulu hatinya. Membuat sakitnya terasa beberapa kali lipat. Ia yakin perutnya memar sekarang.

"Apa maksud kalian, heh?" Naruto mencoba membentak di tengah sakit yang terasa di perutnya. Ia tak lagi memberontak. Menyadari bahwa itu tak ada gunanya. Karena cowok berambut merah kekuningan ini punya tenaga yang cukup besar. Dan Naruto tak ingin membuang-buang tenaganya. Mungkin dengan gertakan bisa sedikit berpengaruh. Pikirnya. Sayangnya, itu pemikiran yang terlalu naif dan amat sangat merugikan.

"Mau kami? Kau sudah tahu persis apa, Dobe." Sebuah suara menginterupsi lamunan Naruto. Ia akan menoleh kalau saja tak ada pukulan keras di pipinya. Hingga wajahnya menghadap ke samping. Kalau saja tangannya tak dikunci ia pasti setidaknya bisa menghindar. Tapi, dengan posisi sekarang itu mustahil. Sudut bibirnya berdarah. Membuat Naruto meringis menahan sakitnya.

Orang-orang ini bukan orang biasa? Pukulan mereka. Tenaga mereka. Bukan tenaga cowok biasa. Apa jangan-jangan? Sial. Apa orang-orang ini para gangster sekolah? Bagus. Ia benar-benar dapat masalah besar sekarang. "Siapa kalian?" Naruto beratanya pelan. Menahan perih di bibirnya yang sobek.

"Kami? Kau bertanya, Uzumaki?" Cowok yang mengunci pergerakan Naruto itu bertanya mendengar suara Naruto yang cukup pelan tadi. "Kami adalah SUN." Cowok itu berakata tepat di dekat telinga Naruto. Membuat cowok itu bergidik pelan Risih. Tapi, diabaikannya hal itu.

"SUN?" Naruto membeo pelan. Wajahnya bingung. Tak mengerti? Sun? Matahari? Atau apa? Itu maksudnya apa? Ia bertanya-tanya dalam hati.

"Heh!" Seruan tak sabar terdengar lagi di telinga Naruto. Tapi, tak hanya itu. Tendangan yang tak bisa dibilang pelan mengenai tulang keringnya. Membuatnya meringis menahan sakit.

"Jangan mengabaikanku, Uzumaki." Cowok berambut merah kekuningan itu berucap tak suka. Kunciannya mengerat. Membuat Naruto merintih.

"Dan jangan bertanya apa itu SUN. Aku tak mau memberi tahumu. Toh, itu tak ada gunanya sedikitpun untukku, kan?" Pertanyaan retoris terlontar dari mulut cowok itu. Pertanyaan yang tak memerlukan jawaban. Mendengarnya Naruto hanya diam.

"Ayo pergi! Jangan membuang-buang waktu." Suara cowok berambut hitam memecah keheningan. Ia berjalan menjauh diikuti si rambut merah darah.

"Sampai disini, Uzumaki." Cowok itu melepaskan kuncian dan tanpa aba-aba cowok itu langsung melempar Naruto ke pohon terdekat.

"Argghh." Teriakan yang tak begitu keras terdengar dari Naruto yang merosot begitu saja. Ia terkulai. Nafasnya sakit mendominasi indranya. Ia hanya bisa terdiam. Membiasakan dirinya dengan rasa sakit. Sementara itu, sebuah seringai lebar terpampang di wajah cowok berambut merah kekuningan itu. Dan kemudian melangkahkan kakinya menyusul kedua temannya tadi. Membiarkan Naruto menyandar lemah di bawah pohon besar taman belakang yang sepi.

.

.

.

Ini sudah satu jam setelah bel masuk berbunyi. Di salah satu pohon taman belakang tampak cowok berambut pirang masih saja bersandar di sana. Ia tampak acak-acakan. Ya. Naruto masih belum beranjak dari sana sejak satu jam yang lalu. Ia tidak peduli bel sudah berbunyi. Bagaimanalah ia akan peduli? Badannya tak bisa digerakkan. Masih saja belum terbiasa dengan rasa sakit.

Perlahan, ia menggerakkan badannya mencoba berdiri. Mengabaikan badannya yang berteriak-teriak tak mau digerakkan. Ia berusaha berdiri dengan bertopang pada pohon di dekatnya.

"Orang-orang sialan! Mereka pikir pukulan mereka itu tidak sakit apa? Seenaknya saja." Naruto menggerutu. Ia berjalan tertatih-tatih menuju lorong sekolah. Salahkan taman belakang yang luas. Sehingga, untuk sampai di lorong sekolah saja harus berjalan beberapa lama.

"Cih! Sekarang aku tak mungkin pergi ke kelas. Itu benar-benar menjatuhkan image-ku yang keren ini." Dengan semua keadaannya yang sangat berantakan itu ia masih sempat-sempatnya narsis? Benar-benar bodoh. Seperti yang dikatakan salah satu anggota SUN itu. Dobe. Bodoh akut.

"Lagipula apa itu SUN? Geez... Menyebalkan!" Naruto kembali berkoar-koar. Untung saja, belakang sekolah ini cukup sepi. Jadi, tak ada menyadarinya yang berteriak-teriak.

"Mungkin aku harus pergi ke UKS dan tidur di sana. Siapa tahu dengan begitu aku bisa lebih baik." Dengan memegangi perutnya ia berjalan dengan berpegangan pada tembok. Berjalan terhuyung-huyung ke arah UKS. Yang untungnya, lagi-lagi berada tak jauh dari taman belakang. Walau jaraknya masih cukup jauh. Setidaknya ia tak harus naik tangga.

"Krieett." Suara engsel pintu yang bergeser terdengar begitu cowok pirang itu membuka pintu UKS yang sepi. Lalu, berjalan menuju tempat tidur berseprei putih bersih yang ada di sana. Ia berbaring perlahan. Punggungnya masih sakit. Ia menghela nafas setelah merasa posisinya tepat. Ia membiarkan luka-lukanya begitu saja. Berharap mereka akan sembuh dengan sendirinya. Semoga saja. Lagipula ia sudah terlalu lelah. Ia hanya butuh istirahat. Tak perlu waktu lama. Cowok berkulit tan itu tertidur. Kedua kelopak matanya tertutup diiringi deru nafasnya yang mulai teratur. Ia tertidur dengan damainya.

.

.

.

"Kriet." Suara pintu terbuka terdengar samar. Sesosok cowok tampak memasuki ruang UKS yang lengang. Ia berjalan pelan tanpa suara menuju tempat tidur di pojok ruangan yang dihuni seorang cowok pirang. Ia berhenti tepat di samping tempat tidur. Terdiam sejenak mengamati wajah yang sedang terlelap itu. Begitu tenang. Begitu damai. Dan uhm... begitu imut. Mengenyahkan pikiran aneh ia menggerakkan tangannya menuju kepala cowok pirang itu. Mengelus kepalanya perlahan. Seakan menenangkan. Naruto menggeliat sejenak, lalu kembali diam. Menyamankan posisinya. Sosok itu tersenyum sambil melanjutkan acara mengelusnya.

"Uzumaki Naruto, eh?" Sosok itu bergumam pelan. Bersamaan dengan hembusan angin yang menyamarkan suaranya. Dan kembali membiarkan keheningan mengisi ruangan serba putih itu.


- Bersambung -

A/N: Ini adalah cerita yang muncul di otak Flee waktu nonton sinetron. Hehe

Maaf walau genrenya Romance, tapi ga ada romantisnya. Abis Flee ga bakat bikin romance sih. Lebih seneng cerita pembullyan, pukul-pukulan, kekerasan, dll Haha #KetauanPsiko

Kalo yang begini genrenya bener ga sih?

Dan ini sebenernya Vampire!Fic. Yeyy... Hoho. Cuman belom dimunculin di chap ini.

Gimana? Menurut reader gimana? Menarik gak? Review ya?

Terima kasih udah baca. ^^

14/05/2014

YumeYuumei CrystalFlee