Prologue 1Close to YouRedfield Siblings

Claire hanya bisa menatap Chris yang sedang membereskan semua perlengkapannya yang akan ia bawa memerangi Umbrella nanti. Menatap abangnya merogoh semua kantong yang ada di jaketnya lalu menyusun obat di kotak P3K, memasukan semua amunisi yang ia perlukan, mengecek seberapa siap senajata api yang akan ia bawa. Hati Claire berkecamuk, enatah mungkin sirik karena Chris akan terjun kesebuah aksi laga lagi, entah mungkin kagum karena bagaimanapun dan dari angle manapun Chris akan selamanya menjadi sosok paling keren di matanya.

Tapi satu hal yang pasti...

Aku tidak sanggup kehilanganmu lagi.

Claire mengenggam tangannya erat-erat, menyeder ke sebuah tembok di apartemen persembunyian mereka yang kecil dan sempit tapi nyaman di sebuah sisi benua Eropa. Setelah insiden di Antartika, Claire akhirnya tinggal bersama Chris lagi. Chris telah bergabung dengan sebuah organisasi anti Umbrella. Kali ini ia berjanji untuk mengahbisi semuanya. Claire sebenarnya ingin ikut, mengingat semua yang telah terjadi padanya.

Dari mulai perjumpaannya dengan Leon ketika ia berniat mencari Chris, yang tidak mengkontaknya selama berminggu-minggu, di Raccoon City dimana ia mendapati dirinya dan Leon terkepung BOW buatan Umbrella yang tidak kalah memnjijikan dari tong sampah yang dibiarkan selama tiga hari terisi penuh. Dimana ia menghadapi biang kerok pencipta T-Virus, virus manyun yang membuat makhluk hidup jadi undead yakni William Birkin yang telah bermutasi menjadi seekor Tyrant sementara Claire berusaha melindungi putrinya, Sherry yang ikut jadi korban atas segala kekacauan yang dibuat Ayahnya itu. Akhirnya Raccoon City dibinasakan dan Claire tetap bersikukuh mencari Chris di sebuah markas Umbrella di Eropa. Ia dengar Chris berada disitu dan alhasil Claire ditangkap dan di isolasikan ke pulau nan jauh di mato bernama Rockfort Island. Belum beberapa lama ia ditahan, Claire dibebaskan. Tapi itu malah baru awal dari semuanya dan ia pun berhadapan lagi dengan makhluk ileran nan jijay bernama zombie itu ditambah lagi dengan si kembar gila Ashford, Alfred dan saudarinya, Alexia. Claire akhirnya bisa bereuni dengan Chris, tetapi dibayar dengan nyawa orang yang membantunya—disayanginya, Steve.

Claire pun menjadi sama bencinya dengan Chris soal Umbrella.

Ia ingin ikut abangnya pergi ke Rusia, tetapi katanya tidak boleh. Ia juga ingin mengakhir Umbrella habis dan ludes seperti mencuci pakaian putih yang ternodai dengan bleach paling ampuh yang dijual di supermarket. Tapi sebanyak apapun alasan yang Claire kemukakan, Chris tetap menyuruhnya di tinggal.

"Aku akan menitipkanmu di markas kami, kau akan aman disana." Ujar Chris sambil memasukkan semua suplai dan amunisinya kedalam tas.

Claire tidak menajawab. Ia tetap menatap Chris. Ia TETAP ingin ikut.

Ia punya memang punya dendam terhadap Umbrella, tetapi itu tidak cukup. Ada alasan lain yang tersembunyi dalam-dalam di dirinya yang memaksanya untuk ikut. Dan ketika Chris bangkit dari duduknya, Claire semakin geram. Perasaanya sudah lebih menumpuk dibanding cendol yang siap saji.

Chris membalikkan badan, menatap Claire dan berharap ini bukan yang terakhir kalinya, "Ayo Claire, kau sudah siap berangkat ke markas?" tanyanya selembut mungkin, menampilkan senyum terbaiknya kepada Claire-nya yang tersayang.

Claire maju perlangkah, mendatangi Chris yang menenteng tasnya yang kelihatannya berat itu. Chris merangkul pundaknya, rangkulan paling hangat bagi Claire di dunia. Tetapi membayangkan menorobos markas Umbrella, sama seperti sebelumnya, dipenuhi zombie nan jijay, monster-monster yang ganas, dan berapa nyawa yang harus dibayar untuk itu...

Claire terlalu takut, Takut sekali.

Tiba-tiba Claire teringat ketika Steve menghembuskan nafas terakhir di pangkuannya sambil menyatakan cinta padanya.

"Mereka akan menjagamu disana. Kau pun jaga diri nanti, ya?"

Suara Chris seperti menggema di telinga Claire. Claire ingin itu terus menggema

Dan sekarang Claire tahu apa yang membuatnya ingin ikut...

Sekejap, dipeluknya tubuh abangnya yang lebih besar darinya itu dan dibenamkannya kepala Claire ke dadanya. Dipeluknya Chris erat, erat seperti abadi. Ia nyaris menangis, ia tidak sanggup, tapi terlalu banyak alasan yang membuatnya tidak bisa menangis sesakit apapun hatinya.

"Aku tidak ingin berpisah denganmu lagi, Chris."

"Claire..."

Kakak-beradik itu diam. Mengingat semuanya yang telah terjadi, memori mereka menyuruh mereka untuk cukup diam.

"Izinkan aku ikut bersamamu..." Sengguk Claire.

Kalau dipikir-pikir, memang semua ini sudah jadi pertimbangan Chris yang paling awal ketika ia memutuskan untuk menghabisi Umbrella. Bagaimana dengan Claire selama ia tidak ada, siapa yang akan menjaganya, dan bagaimana agar Claire terus bisa berhubungan dengannya. Oke, markas Anti-Umbrella memang membantu, tetapi...

Seumpamanya hal yang paling buruk terjadi siapakah yang akan benar-benar menjaga Claire?

Tapi Chris percaya, sebuah kepercayan yang membuatnya selama ini terus selamat dai mimpi buruk Umbrella yang berkepanjangan itu.

"Aku akan baik-baik saja, Claire..."

Claire mengankat wajahnya, mencoba menatap Chris, lurus ke mata birunya—mata biru yang sama dengan miliknya.

"Percaya padaku." Chris tersenyum, menaruh kedua telapak tangannya di pipi Claire yang akhirnya basah dengan airmata.

Tapi belum sempat Claire membalas ucapan Chris, sebuah cahaya putih silau datang seperti nuklir, memecahkan jendela apartemen, sebuah getaran dan suara dashyat melengkapi hal tersebut.

Dan yang Chris tahu, ia harus melindungi dirinya dan Claire sekuat tenaga dari ledakan misterius tadi...