Disclaimer: Masashi Kishimoto
Pairing: NaruSasuNaru
Warning: YAOI, Mungkin OOC, Typo, mungkin ide pasaran, dan kekurangan lainnya.
.
Suasana di ruangan dengan sofa krem di atas permadani abu-abu terasa mencengkam. Seorang wanita bersurai merah kekuningan menampakkan raut tak terima yang kentara, dua lelaki dewasa dengan iris yang sama tampak tegang dengan kemarahan sang wanita.
"Tenang Kyuu," ucap pria berhelai raven dikuncir kuda. "Kau tidak perlu semarah itu," tangannya mengelus helai merah kekuningannya, menenangkan.
"Tapi-,"
"Ssst," potongnya. Jari rampingnya diletakkan pada bibir kemerahan sang wanita, pandangannya dialihkan pada pria yang duduk di seberang sana, mengerlingkan sebelah mata. "Katakan alasanmu, Sasuke."
Sasuke, lelaki yang duduk dengan kaki bertumpuk serta tangan menyilang di depan dada memutar iris kelamnya. Bosan. Tubuhnya ditegakkan dengan gerakkan yang lambat, kelerengnya bergulir menatap dua orang dewasa secara bergantian.
"Cepatlah Sasuke, Kau sangat membuang waktu," protes satu-satunya wanita di ruangan bernuansa putih itu.
"Dengar," Sasuke sedikit mencondongkan tubuhnya. "…kalian baru saja menikah, Naruto akan segan. Dan sadarlah Kyuu, Naruto sudah 20 tahun."
"Hanya itu!" pekik Kyuubi, wanita bersurai merah kekuningan. Jelas dia tidak terima dengan alasan adik iparnya. "…Naruto akan mengerti jika aku menjelaskan. Naruto harus tetap bersamaku. Titik."
Sasuke menghela napas. Itachi menatap Sasuke, rautnya mengatakan –betapa bodoh adik laki-lakinya itu –jelas Kyuubi tidak akan terima dengan alasan biasa seperti itu.
Tapi-,
"Sasuke benar Kyuu."
Iris violet itu mendelik, menatap garang lelaki yang duduk di sampingnya. Itachi suaminya, miliknya, harusnya Itachi lebih membela dirinya, dibanding orang lain –Kyuubi melupakan fakta bahwa Sasuke dan Itachi adalah saudara.
Itachi membalasnya dengan tersenyum lembut, membelai pipi putih wanita yang dicintainya, mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibir mereka, melumatnya perlahan. Lupa jika ada seorang 'single' di ruangan yang sama dengan mereka.
Sasuke sedikit membuka bibir, tidak percaya dengan apa yang dilakukan pasangan baru di hadapannya, berciuman mesra di saat seperti ini. Sasuke berdehem sekeras mungkin, tidak terima dengan kemesraan Itachi dan Kyuubi. Sasuke memang pernah beberapa kali menonton berbagai jenis adegan dewasa –bahkan merealisasikannya. Tapi, Sasuke bukanlah seorang maniak yang gemar menonton adegan dewasa secara nyata. Terlebih menonton Itachi. Yaiks, Sasuke sedikit bergidik.
Itachi tertawa hampa, menyeka bibirnya dengan ibujari. Kyuubi menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah. Mereka benar-benar lupa jika masih dalam suatu perdebatan dengan Sasuke.
Itachi berdehem, menghilangkan kegugupannya. "Baiklah, lanjutkan Sasuke."
"Ini sudah yang kedua kalinya. Sadarlah kalian," Sasuke menampakan wajah muram bercampur kesal, tidak habis pikir dengan perbuatan keduanya. Itachi hanya tertawa.
"Begini saja. Kita tanyakan langsung pada Naruto dengan siapa dia akan tinggal. Rapat ditutup," Itachi menghela napas, mengakhiri perdebatan panjang mereka.
"Demi apa! Bukankah aku sudah mengusulkannya sedari awal," Sasuke menggeram, untuk apa dia duduk lama di sini jika keputusan akhirnya begini.
Ah. Sebenarnya dia tidak keberatan harus menunggu lama seperti ini, ia hanya tidak terima dengan kelakuan Itachi dan Kyuubi tadi, dia merasa telah dilecehkan. Yup, dilecehkan. Sasuke mengangguk dengan pemikirannya.
"Aku pulang," seruan samar itu terdengar dari pintu depan. Duo Uchiha beserta Kyuubi berdiri dari duduk nyamannya. Kyuubi berjalan terlebih dahulu, membuka pintu, bergegas menyambut kedatangan lelaki yang ditunggunya –Naruto.
"Sasuke," Itachi menahan lengan Sasuke. "Jelas bukan itu saja 'kan alasanmu?" Sasuke hanya membalas pertanyaan Itachi dengan senyum miring, melepaskan diri, dan menyusul Kyuubi. Itachi hanya menggelengkan kepala mengetahui niat terselubung adiknya.
"Oh, adik manisku sudah dewasa," Itachi menghapus setitik air mata yang keluar.
Sadarlah Tach, Sasuke sudah 25 tahun.
.
Kyuubi menggenggam kedua tangan Naruto begitu mereka berhadapan, kedua matanya membulat tergenang air mata, pipinya memerah, bibirnya bergetar menahan tangis.
"Katakan Nar, katakan pada dua lelaki itu jika kamu akan selalu bersamaku. Kamu mencintaiku 'kan Nar. Ya, kamu mencintaiku."
Naruto jelas bingung dengan kelakuan kakaknya, baru saja dia sampai rumah dan keadaan Kyuubi yang seperti ini yang didapatkannya. Rahangnya mengeras menahan amarah begitu pikiran negatif menyambangi otaknya. Ia tidak akan terima jika ada yang menyakiti kakaknya, walau Itachi sekalipun. Naruto mendelik begitu melihat kehadiran Sasuke, Itachi yang datang terakhir terkejut mendengar geraman Naruto.
"Kalian menyakiti Kyuu!" bentak Naruto pada dua bersaudara itu. Lengannya memeluk Kyuubi erat.
"Cih, tanya dulu apa yang terjadi. Bodoh," Sasuke berjalan menghampiri Naruto. "…dasar siscon," gumamnya, tapi tetap terdengar. Lalu menarik Naruto, melepas paksa pelukan kakak-beradik itu. Kyuubi ber'hei' tidak terima.
"Aku bukan siscon," sanggah Naruto. Sasuke tak menghiraukannya.
"Jadi begini," Itachi membuka percakapan begitu mereka duduk di sofa panjang di ruang tengah. "Kami sedang membicarakan mengenai dengan siapa Kau akan tinggal."
Naruto mengernyitkan dahi. "Belikan saja aku apartemen, apato, rumah, atau apapun itu…"
"Tidak boleh!" Kyuubi berseru cepat. "Kau akan tingal bersama salah satu diantara kami," Kyuubi menunjuk dirinya dan Sasuke. " –aku tidak mengizinkanmu tinggal seorang diri," tegas Kyuubi galak.
Naruto meringis, bahaya jika membuat kakaknya itu marah. "Aku sudah dewasa, aku bisa menjaga diri," ungkap Naruto pelan, awas degan Kyuubi.
"Menjaga diri katamu," telunjuk Kyuubi mengarah pada Naruto. "Saat pengawasanku melemah saja Kau selalu pulang malam dengan keadaan berantakan seperti ini, bagaimana jika Kau tanpa pengawasan! Kau akan berbuat lebih!" Kyuubi terengah menumpahkan emosinya. Itachi menenangkan Kyuubi dengan mengelus punggung wanitanya.
"Hei, ini baru jam 10 malam," Naruto mengatup rapat bibirnya begitu Kyuubi dan Itachi menatapnya tajam, lalu dia menunduk. 'Dan wajar aku berantakan,' pikirnya, tak berani mengungkapkan secara terang-terangan.
"Kyuubi hanya mengkhawatirkanmu," bisik Sasuke.
"Kyuu, maafkan aku," Naruto berucap setelah beberapa lama keheningan, irisnya menatap Kyuubi dalam. "Aku akan tingal bersama Sasuke."
Itachi dan Sasuke saling menatap, menyeringai bersamaan, menyembunyikan kebahagiaan mereka masing-masing. Kyuubi mendecih begitu melihat raut kemenangan Sasuke.
Kyuubi sudah menduga keputusan yang akan diambil Naruto. Tapi dia hanya ingin memastikan langsung, menepis segala keyakinan dan pemikiran yang akan memisahkan dirinya dengan Naruto. Ia mendesah kecewa begitu dugaannya benar.
"Aku akan selalu berkunjung Kyuu," Naruto memberikan senyum terbaiknya, menenangkan Kyuubi. "…mungkin," gumamnya, hanya didengar Sasuke. "Jangan mengkhawatirkanku Kyuu. Sasuke akan selalu melaporkan kegiatanku padamu," lanjut Naruto melirik Sasuke meminta persetujuan. Sasuke hanya tertawa kecil.
"Baiklah," desah Kyuubi pasrah. Kekhawatirannya mengenai perpisahannya dengan Naruto menjadi kenyataan. Saat yang tidak diinginkannya.
Merawat Naruto tanpa kedua orang tua adalah hal yang sulit bagi Kyuubi. Terlebih saat itu ia masihlah seorang remaja.
Hidup dengan sedikit harta peninggalan ayahnya dan bekerja paruh waktu diberbagai tempat, tidaklah dapat memenuhi semua kebutuhan keduanya. Menjadi kakak sekaligus orang tua bagi Naruto, melakukan segala hal seorang diri, menanggung semuanya sendiri adalah saat-saat tersulit bagi Kyuubi. Dan di saat titik jenuhnya, di mana ia benar-benar lelah dengan semua hal, merasa bosan, merasa putus asa –Kyuubi tidak akan pernah menyulitkan Naruto dalam hal sekecil apapun –ia bertemu lagi dengan Itachi, teman masa kecilnya. Ia tidak berpikir dua kali begitu Itachi berkata akan menikahinya. Lalu beberapa tahun setelahnya –tepatnya lima hari yang lalu, pernikahannya dengan Itachi diselenggarakan dengan sederhana. Kyuubi tersenyum mengingat masa-masa itu.
"Kyuu, aku tidak ingin mengganggu kehidupan baru kalian. Terlebih Itachi, dia sudah banyak membantu kita. Aku ingin kalian hidup dengan nyaman dan bahagia. Kau tidak perlu mngkhawatirkanku. Aku bersama Sasuke," Naruto bangkit dari duduknya, berjalan menuju kamar.
Ketiga orang dewasa itu menghela napas bersamaan.
"Apa tidak masalah Naruto bersama Sasuke, dia ingin hidup sendiri," Itachi menyuarakan pendapat yang ingin diungkapkannya sedari tadi.
"Tidak," Kyuubi berkata tegas. "Kau lihat Itachi, dia berantakan, wajahnya lebam. Pasti dia berkelahi lagi," Kyuubi menutup wajahnya. "Apa aku sudah gagal menjadi seorang kakak," isakan terdengar jelas, mengejutkan kedua Uchiha. Itachi memeluk Kyuubi, menenangkannya. Sasuke beranjak, meninggalkan kedua orang yang sedang berdrama. Setidaknya itu yang dipikirkan Sasuke.
.
.
"Apa yang Kau lakukan disini?" Naruto bertanya begitu Sasuke merebahkan diri di ranjangnya.
"Pintu kamarmu tidak terkunci."
Naruto memutar bola mata. "Bukan itu yang aku tanyakan."
Mereka lalu terdiam. Sasuke memiringkan tubuh, menyangga kepala dengan punggung tangan memperhatikan pekerjaan Naruto yang sedang melipat pakaian.
Sasuke menyeringai. Naruto duduk membelakanginya, menampakkan punggungnya, rambut kuning jabrik itu tidak seberantakan biasanya, karena beban air yang menetes, mengalir melalui lekukan punggung lebar –sedikit bungkuk, berkulit tan yang tidak dilapisi pakaian, tubuh remaja yang masih dalam masa perkembangan dan pembentukkan terpapar dengan jelas. Sedikit mengikis kepercayaan diri Sasuke.
'Beberapa tahun lagi dia akan jauh di atasku,' Sasuke mendecih begitu kenyataan pahit itu menghampiri benaknya. Sungguh tidak adil saat remaja yang lima tahun di bawahmu memiliki tubuh yang lebih 'kelakian'.
"Apa yang tidak adil?"
Sasuke terkejut mendengar pertanyaan Naruto di saat dirinya tengah melamun. Dan keterkejutannya bertambah begitu Naruto menaiki ranjang dan merebahkan diri di sampingnya. "Apa yang Kau lakukan!" pekiknya, lalu secepat itu pula Sasuke membekap bibirnya begitu menyadari tingkahnya yang seperti wanita.
Dia bukan wanita!
"Apa? Tentu saja tidur," Naruto menggeser tubuhnya, mencari posisi nyaman. Tubuhnya menyamping menghadap Sasuke. "Kau tidak tidur?" tanyanya. Menendang-nendang tubuh Sasuke pelan, meminta Sasuke menyingkir.
"Aku akan tidur di sini," Sasuke merangkak, merebahkan diri di samping Naruto, menghadap remaja bersurai kuning keemasannya.
Naruto hanya bergumam. Toh, ini bukan kali pertama dia tidur seranjang bersama Sasuke. Saat dirinya masih seorang anak-anak, Naruto akan memaksa Sasuke agar mereka tidur bersama –memaksa Sasuke bercerita mengenai banyak hal. Beberapa tahun yang lalu setelah sekian lama mereka berpisah lalu bertemu kembali, Naruto melakukan hal yang sama –memaksa Sasuke agar mereka tidur bersama.
"Naru…apa Kau sudah tidur?" Sasuke mengangkat sedikit tubuhnya, melihat Naruto.
"Sudah," gumam Naruto. Dia benar-benar lelah dan mengantuk. "…jangan ganggu."
Sasuke merebahkan tubuh, mencari posisi nyaman. Beberapa lama keheningan, Sasuke membuka mata, jantungnya berdetak sangat cepat, dia bisa mendengar dengan jelas di tengah kesunyian seperti ini.
Sasuke berpikir untuk pergi dari kamar ini. Tapi, dia terlalu malas. Selain itu, ia ingin seperti ini untuk beberapa waktu.
Sasuke melihat keadaan Naruto. Pemuda itu tidur dengan posisi terlentang dengan guling yang menjadi pembatas diantara keduanya. Sasuke mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah Naruto, meyakinkan diri bahwa Naruto benar-benar sudah terlelap. Memindahkan guling secara perlahan, Sasuke merapatkan diri mencari kehangatan pada tubuh remaja itu.
"Selamat tidur, Dobe," bisik Sasuke, mengecup bibir Naruto, tangannya melingkar di tubuh Naruto.
