IS THIS FORBIDDEN?

Pairing: AU!Rivetra (RivaillexPetra) & AU!Ereri (ErenxRivaille)

Warning: AU, sedikiiittt OOC, dan gajeness (?) karena saya baru pertama kali menulis FF, selama ini hanya menjadi reader yang baik saja (?) Oh dan Rivetra dan Ereri adalah ultimate OTP saya ;w;

Direction: Italic = Thought (?)

HAPPY READING!

"Tch, sial!" tepat pukul 22:45 Levi mengeluh karena laptopnya sedikit lemot. Maklum saja, malam itu ia harus menyelesaikan semua tugas yang telah diberikan oleh atasannya, Erwin Smith. Jika ia tidak menyelesaikan tugasnya malam ini, ia tidak akan bisa bersantai pada libur akhir pekannya. Ya, Levi dikenal sebagai karyawan paling rajin di salah satu perusahaan terkenal di kota mereka, bahkan Levi pernah digosipkan akan menggantikan posisi Erwin sebagai direktur utama perusahaan. Walau Levi jarang—tepatnya tidak pernah tersenyum, namun Levi sangat terkenal dikalangan karyawan lainnya terutama para karyawan wanita. Meski begitu, Levi tidak pernah tertarik dengan wanita mana pun.

Levi melirik pada jam yang menggantung di dinding dan waktu menujukan pukul 01:25. Pekerjaannya sudah selesai dan ini saatnya ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk gosok gigi dan mencuci wajahnya sebelum pergi ke tempat tidur. Ia sangat mencintai kebersihan.

.

.

.

Alarm berbunyi menandakan sudah pukul 07:30. Waktunya untuk Levi bangun dari tidur nyenyaknya. Ia kembali memulai rutinitasnya seperti biasa, bangun, mematikan alarm, mandi, gosok gigi, sarapan, mengenakan seragam kantornya, dan berangkat dengan mobil mewah kesayangannya.

.

.

"Ohayou Levi!" para karyawan serentak mengucapkan selamat pagi saat Levi masuk ke kantornya. Ia hanya mengangguk dan berpikir bahwa itu membosankan. Itu sudah menjadi makanan paginya setiap hari. Membosankan? Sangat.

Levi duduk di bangkunya yang nyaman, meletakan tasnya, dan mengambil hasil kerjanya dari tas tersebut.

"Levi!"

Seorang laki-laki yang lebih tinggi 10 cm dari Levi menyapanya dengan senyuman lebar.

"Ya, Yeager"

Levi membalas sapaan itu pada Eren Yeager

"Levi mau kemana? Sepertinya pagi-pagi sudah sibuk sekali?"

"Memberikan laporanku pada Erwin"

Eren Yeager. Sudah sejak dulu Levi merasakan ada yang berbeda dari laki-laki itu. Ia selalu membantu Levi dalam menyelesaikan beberapa tugasnya. Eren adalah teman yang palig memperhatikan Levi, bisa disebut sahabat karibnya.

"Tunggu disini"

Tanpa berlama-lama Levi melangkahkan kakinya menuju kantor sang direktur Erwin dan meninggalkan Eren yang tengah berdiri disamping mejanya.

'Tok! Tok!'

"Silahkan masuk,"

Suara berat khas Erwin Smith terdengar dan Levi pun masuk kedalam ruangannya serta memberikan laporan tersebut. Erwin membaca laporan tersebut dengan serius seraya menengguk kopinya.

"Levi? Ada apa denganmu?"

Levi tercengang kaget karena ia tidak merasakan ada yang salah dengan dirinya

"Pekerjaanmu kali ini sangat payah, Levi!"

Suara Erwin mulai melengking dan memenuhi seluruh ruangan.

"Saya rasa saya sudah mengerjakannya dengan ba—

'Tok! Tok!'

Suara pintu yang diketuk terdengar lagi. Nampaknya ada karyawan yang mau memberikan hasil kerjanya ada Erwin.

"Masuk!" jawab Erwin dengan nada agak kesal sementara Levi tetap berdiri dengan posisi menyilangkan tangannya.

"Selamat pagi, Direktur Erwin. Saya mau menyerahkan tugas saya," wanita dengan surai oranye pendek itu tersenyum dan sedikit membungkukan tubuh mungilnya.

"Ah, selamat pagi juga, Levi," wanita itu tersenyum pada Levi setelah ia menyerahkan setumpuk kertas pada Erwin.

"Petra Ral,"

"Kerjamu kali ini sangat bagus!"

Nada bicara Erwin mulai melembut. Levi sedikit melirik pada hasil kerja Petra dan berpikir dalam hati 'Sepertinya biasa saja, bahkan itu standar dan lebih bagus hasil kerjaku,'

Petra Ral, wanita karir muda yang sama tingkat jabatannya dengan Levi. Walaupun ia wanita karir yang masih sangat muda, jangan remehkan dia, ia tak kalah rajin dengan Levi dan selalu menjadi saingan Levi di kantor—saingan dalam bekerja tentunya. Nampaknya gaji Petra digunakan untuk menghidupi dirinya sendiri beserta ayahnya. Dan satu lagi, sepertinya ia tidak 'tertarik' dengan Levi karena ia sudah memiliki pacar, Auro Bossard.

Erwin sedikit menghela nafas dan mulai bicara "Levi, sepertinya akhir-akhir ini kau agak lelah?"

Tidak ada jawaban dari Levi. Petra berdiri tepat disebelah Levi.

"Bagaimana kalau mulai hari ini Ral menjadi asistenmu dalam bekerja?"

Mata Levi mulai mendelik. Siapa juga yang mau 'dipasangkan' dengan saingan kerjanya sendiri?

"Kau dan Ral sama-sama memiliki kinerja kerjanya sangat bagus," sang direktur melanjutkan kata-katanya.

"Saya masih bisa bekerja tanpa ba—

"Saya siap membantu siapa pun termasuk Levi," Petra bicara sambil tersenyum. Nampaknya ia tak sadar bahwa ia telah memotong kata-kata Levi.

Erwin mengangguk dan menatap Levi menyeringai "Kau dengar itu, Levi Ackerman?"

Levi hanya bisa berdecak dan berkata agak keras "Terserah Anda saja, saya memang lelah!" dan laki-laki setinggi 160 cm itu melangkahkan kaki keluar serta membanting pintu ruangan sang direktur.

.

.

.

"Levi! Kenapa hari ini kau terlihat bosan?" Eren Yeager, si pengikut setia Levi Ackerman mulai membuka percakapan di warung makan terdekat dari kantor saat jam istirahat tiba.

"Hanya ada sedikit masalah,"

"Masalah? Kau kan selalu menyelesaikan tugasmu dengan baik!"

"Nah, that's the point, Yeager," Levi menceritakan semua kekesalannya di warung makan tersebut hingga jarum jam di jam tangan Levi menunjukan pukul 12:45 siang. Mereka membayar makanan dan kembali ke kantor. Sang asisten baru Levi telah menyambutnya di pintu depan kantor "Levi sudah makan? Ah, halo Eren!"

Eren tidak tahu apa yang ia rasakan, tapi hatinya sedikit tidak enak ketika Petra mendekati Levi walau ia tahu bahwa Petra adalah asisten baru Levi. Levi itu laki-laki, tapi—ah.

.

.

.

"Levi, sekarang sudah waktunya pulang!" Petra duduk disebelah Levi yang tengah mengetik, Petra mengingatkan bahwa sekarang sudah waktunya pulang meski Levi tentu ingat jam berapa ia harus kembali ke rumahnya.

"Tunggu sebentar," Levi menutup aplikasi Microsoft Word di laptopnya dan mengklik start. Petra sendiri sedang sibuk memberesi kertas yang berserakan di meja Levi sambil sesekali menyampirkan rambutnya di telinga belakangnya.

"Petra sayang,"

Petra dan Levi bersamaan menengok dari mana suara itu berasal, Auro Bossard, kekasih Petra. Petra hanya membalasnya dengan senyuman karena ia masih sibuk membereskan kertas-kertas.

"Aku menunggumu di parkiran motor, sayang," Auro mengecup pipi kanan Petra kemudian ia melangkahkan kaki menuju parkiran.

"Kau pulang dengan pacarmu, hm?" tanya Levi setelah Auro meninggalkan tempat kerjanya.

Terlihat rona merah pada pipi Petra dan ia mengangguk pelan "Tentu saja,"

"Kelihatannya ia lelaki yang baik dan setia," Levi memasukan laptop pada tasnya, mengambil map hijau bening yang berisi beberapa coretan dan pamit pulang pada Petra.

.

.

.

Hari demi hari kian berlalu dan Levi merasa hidupnya semakin berbeda dari sebelumnya. Ia mulai merasa bahwa kini Petra seutuhnya membantu dalam pekerjaannya, bukan menjadi saingannya seperti dulu lagi. Ia merasa nyaman dengan asisten barunya. Nyaman? Nyaman tentu saja dibutuhkan dalam hal pekerjaan, bukan nyaman seperti yang kau pikirkan. Padahal awalnya Levi sering sekali bertengkar dengan Petra, sepertinya itu karena mereka memikirkan kepentingan masing-masing. Lalu, ada apa dengan Eren? Ia merasa ada yang berbeda dari sebelumnya. Entah kenapa Eren kelihatan tidak senang bila Levi, sahabatnya, berdekatan dengan si asisten cantik bersurai oranye tersebut.

"Kenapa, hm?" Levi membuka percakapan mereka di sebuah cafe favorit mereka.

Lelaki yang dipanggil Eren itu hanya terdiam dan memandangi cangkir teh seraya mengaduk-aduknya. Ia kelihatan sangat galau. Entah. Tidak tahu kenapa. Ini pertama kalinya ia tak menceritakan kegalauannya pada sahabat yang mencintai kebersihan dan kopi tersebut.

"Eren Yeager,"

Pemilik nama itu tersentak kaget.

"Ada apa denganmu? Kau kesini untuk menenangkan pikiranmu kan? Lalu kenapa kau tak menceritakan apa pun padaku?"

'Grek..'

Suara pintu cafe terdengar ketika ada pelanggan baru yang masuk. Eren tersenyum kearah si pelanggan baru tersebut dan Levi menoleh.

Petra dan Auro sedang berkencan.

Petra terlihat membisikan sesuatu di telinga Auro dan mereka pun menghampiri Eren dan Levi.

"Kalian sedang kencan?" Levi bertanya lalu ia menyeruput kopi hitam kesukaannya.

Wajah pasangan tersebut memerah. Levi mempersilahkan pasangan itu untuk duduk disebelah mereka. Petra dan Auro terlihat sangat bahagia. Petra memanggil pelayan cafe untuk memesan suatu minuman.

"Andaikan aku bisa seperti mereka," Eren bergumam kecil, namun gumamannya tersebut terdengar oleh Levi.

"Ada apa, hm?"

"Ti—tidak ada apa-apa," wajah Eren memerah dan ia mulai menutupi wajahnya.

Haloooo xD /? Bagaimana dengan fic ini? Ane minta reviewnya ya karena ini pertama kali ane menulis fic .w. Gomen kalau ada keanehan atau kejanggalan (?) pada fic ini, gomen dan harap maklum .w. Arigatou juga buat piringgg yang sudah menyebarkan virus (?) angst pada saya dan menyemangati dalam pembuatan fic ini ^^

^^ NO BASH ^^