Membosankan.

Sama saja seperti hari-hari sebelumnya selama enam bulan belakangan ini. Ya, enam bulan―terhitung sejak Ayah yang menyeretku untuk ke sekolah khusus pria yang memuakkan ini di pertengah semester tahun lalu. Aku tahu ini semua memang karena ulah berandalanku yang sering keluar hingga larut malam dan tak jarang aku menghabiskan waktuku bersama para gadis. Well, seharusnya itu bukan masalah yang besar untukku, jika saja kakak perempuanku satu-satunya itu tidak dengan sukarela membocorkan aibku di hadapan Ayah dan Ibu. Dan akhirnya, disinilah aku sekarang―di sebuah sekolah asrama khusus pria yang mengurungkan hampir sepanjang tahun (catatan, murid-murid disini hanya diperbolehkan pulang ke rumah saat liburan kenaikan kelas).

Fakta lainnya yang membuat detik-detik hidupku saat ini terasa sangat membosankan adalah fakta bahwa aku harus terjebak di perpustakaan sekolah hingga jam 7 malam bersama seorang pemuda pendiam yang―sialnya―menjadi partnerku untuk mengerjakan makalah tentang kenakalan remaja dalam Bahasa Inggris.

"Kau sudah menyelesaikan bagianmu, Kim?" Pemuda pendiam dan terkenal dingin bernama Sehun itu jelas-jelas bertanya ke arahku, namun tatapan matanya sama sekali tidak beralih dari deretan huruf di buku yang dibacanya.

Aku menggeleng pelan sambil menggumam, kemudian bersusah payah menatap kembali buku tebal yang dimaksud Sehun sebagai bagianku.

Aku tidak bisa melihat dengan jelas, tapi aku yakin bahwa Sehun baru saja melirikku sebelum kembali melanjutkan kegiatannya.

"Harus berapa lama lagi kita terjebak disini? Kita bahkan sudah melewatkan makan malam setengah jam yang lalu, Oh Sehun." Aku menyerah dan akhirnya aku hanya bisa mengeluh dengan raut wajah frustasi ke arah Sehun.

Sehun mendongak dan menatapku dengan tatapan datarnya. "Harus berapa kali lagi kubilang kalau kau harus menyelesaikan bagianmu dulu?" Dia menirukan gaya bicaraku dengan sangat mirip―minus wajah frustasiku, tentu saja.

Aku membuang nafas dengan kasar dan berakhir dengan suara teriakan―mungkin lebih mirip jeritan frustasi.

Persetan dengan penjaga perpustakaan.

Persetan dengan aturan perpustakaan.

Aku hanya ingin kembali ke kamar dan menikmati makan malam.

Selesai.

rappicasso

presents

an alternate universe fanfiction

sogheichat

.: chapter 1 :.

starring:

Kim Jongin | Oh Sehun | Park Chanyeol | Byun Baekhyun | etc.

note:

this is a request fic from Rani Unnie a.k.a Psychoyoungers

Setelah satu jam berusaha menguatkan diriku sendiri untuk membaca tumpukan kertas tebal yang disebut buku itu dan setengah jam lainnya kugunakan untuk merayu si Oh-Dingin-Sehun, akhirnya aku bisa keluar dari perpustakaan terkutuk itu. Saat itu, hanya ada beberapa orang yang tersisa di perpustakaan―aku merasa bersyukur bukan menjadi orang terakhir yang harus tinggal disana dan melewati kejadian-kejadian aneh seperti yang pernah kutonton di beberapa film bergenre horror. Aku berjalan keluar dari perpustakaan sambil menyandang tas di bahuku, kemudian melangkahkan kakiku menuju kantin sekolah. Bagaimanapun juga, aku harus menagih makan malamku!

Aku melihat kantin mulai sepi, namun wanita penjaga kantin itu masih setia duduk dibalik mejanya, bersiap jika saja ada murid yang menagih makan malam. Aku pun menghampirinya sambil membawa nampan makanku.

"Tumben sekali kau datang larut sekali, Jongin." Wanita ramah itu berkomentar. "Kau biasanya akan menjadi yang paling pertama datang."

Aku hanya bisa tersenyum malu. Aku tidak benar-benar menjadi murid yang pertama kali datang kemari, namun wanita ini sangat paham dengan nafsu makanku yang cukup besar. Aku selalu bersemangat jika harus berurusan dengan makanan. Toh makanan yang disediakan disini tidak payah, malah seperti buatan rumah. "Aku harus menyelesaikan sesuatu di perpustakaan," ungkapku.

Wanita itu sudah mengisi mangkukku dengan sup yang terlihat masih hangat. "Oh, anak rajin ya?" sindirnya halus.

Aku hanya terkekeh pelan. "Salahkan Park Seonsaengnim yang menjeratku bersama Oh Sehun."

"Sehun? Anak pendiam itu?" Walaupun murid pria disini terbilang cukup banyak, namun wanita ini benar-benar hampir hafal dengan setiap murid disini. Katanya, setiap orang selalu memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya bisa menghafal mereka satu per satu dengan mudah.

Aku mengangguk, kemudian melirik ke arah nampanku yang sudah penuh dengan makanan. "Terima kasih sudah memberikan makan malamku, Noona."

"Itu sudah menjadi tugasku, Jongin."

Aku tersenyum tipis, kemudian berjalan ke arah salah satu meja di bagian tengah. Dari sana, aku bisa melihat ada sekumpulan anak yang masih asyik berbincang di sudut ruangan―sepertinya mereka satu angkatan denganku. Aku tidak terlalu punya banyak teman dari kelas lain, kecuali untuk anak-anak yang bergabung dengan klub tari―aku juga bergabung dengan klub tari.

Aku memutuskan untuk segera memakan santap malamku, sebelum hari menjadi semakin larut. Ini sudah jam setengah 9 dan tak banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak lelaki yang tinggal di asrama sepertiku, selain belajar, bermain game portal di handphone atau berkutat dengan laptopku. Aku bersyukur karena sekolah ini mengijinkan muridnya membawa ponsel ataupun laptop, dengan catatan akan ada razia setiap minggunya di hari yang dirahasiakan. Tapi bersyukurlah aku memiliki kenalan seperti Zitao yang selalu membocorkan padaku tentang kapan razia itu akan dilakukan. Jadi aku bisa menghapus semua video porno di laptop atau handphoneku sebelum pihak sekolah sempat menyita atau melaporkan kelakuan nakalku pada orang tuaku.

Saat aku sedang menelan kunyahan keenamku, pikiranku tiba-tiba saja melayang pada sosok Sehun. Aku baru ingat bahwa ia bilang ia belum berniat keluar dari perpustakaan karena ia harus melakukan sesuatu dengan tugas kami. Jadi aku mengiyakan saja dan berjalan keluar untuk langsung ke kantin. Aku sempat berpikir, mungkin aku bisa bertemu dengannya lagi di kantin dan mengajaknya berbincang sebentar tentang tugas kami. Bagaimanapun juga, aku tidak ingin dianggap lepas tangan begitu saja. Walaupun aku cukup bandel, aku ini tipe lelaki yang bertanggung jawab. Lagipula, sosok misterius Sehun benar-benar menggelitik rasa penasaranku. Dia terlalu pendiam untuk ukuran anak lelaki di asrama ini. Semua anak yang kukenal disini―bahkan aku yakin hampir seluruhnya―adalah anak-anak yang berisik apalagi jika mereka sudah berbincang tentang bola, game, dan tentu saja―wanita. Tapi Sehun ini berbeda.

Oh, tunggu. Jangan salah paham dulu. Aku tidak tertarik padanya secara seksualitas―hell, aku ini masih normal dan aku sangat meyakini hal itu, walaupun hampir separuh murid disini menjadi homoseksualitas setelah menginjak tahun kedua tinggal di asrama ini. Dan aku bersumpah aku tidak akan menjadi salah satu dari mereka hanya karena Oh Sehun atau lelaki lainnya. Aku masih sangat waras untuk menjadi gay. Aku masih suka melihat tubuh wanita sexy, bahkan aku masih sering bermasturbasi hanya karena melihat bintang porno favoritku di layar laptopku.

Sial, aku mengutuk dalam hati. Aku benar-benar mulai kehilangan selera makan malamku saat pikiran jorok mulai masuk ke dalam otakku. Aku tidak sedang mencoba menjadi polos dan suci, karena itu sama sekali bukan diriku. Hanya saja, memikirkan hal berbau seks saat makan itu terasa sangat aneh bagiku.

Jadi yang kulakukan selanjutnya adalah meletakkan perlatan makanku, menyandang tasku kembali dan melangkah pergi dari kantin.

Aku benar-benar mengutuk seluruh video porno di handphoneku yang sudah meracuni otak nistaku. Aku tahu, tidak seharusnya aku menyalahkan video-video itu, karena aku sendirilah yang dengan sadar memuja mereka di setiap waktu senggangku. Tapi demi Tuhan, aku sama sekali tidak sedang membutuhkan hal itu saat ini. Aku merasa sangat lapar di tengah malam seperti sekarang―sedikit menyesal karena aku tidak menghabiskan makan malamku yang lezat tadi. Aku pun bangkit dari kasurku dan berjalan malas ke lemari kecil tempatku menyimpan snack. Untung saja, aku masih punya dua bungkus snack yang kubeli seminggu lalu di minimarket―ngomong-ngomong, sekolah ini juga memiliki minimarket. Aku kembali naik ke atas ranjang dan mengambil laptop dari dalam tasku, kemudian membuka satu bungkus snack sambil menunggu laptopku menyala.

Kalian pikir, aku ingin menonton video porno? Tidak―setidaknya, tidak untuk malam ini. Aku sedang tidak bernafsu untuk memuaskan kebutuhan biologisku. Aku hanya terlalu bingung harus melakukan apa di tengah malam ini dengan kondisi perut lapar dan mata yang sama sekali tidak mau terpejam.

Saat laptopku sudah menyala, aku segera menyambungkannya dengan wifi sekolah―sebuah keburuntungan lain, karena sekolah ini juga memberi layanan wifi bagi murid-muridnya. Aku membuka beberapa media sosial dan melihat ada berapa banyak dari temanku yang masih online di tengah malam begini. Dan sesuai dugaanku, Chanyeol adalah salah satunya. Chanyeol adalah teman sekalasku yang dijuluki Happy Virus, karena ia selalu terlihat bahagia dan kebahagiaannya selalu menular pada siapapun yang ada di sekitarnya―sayang sekali, ia adalah salah satu lelaki bodoh yang memutuskan menjadi seorang gay disini.

Aku mengiriminya pesan pribadi.

jongin88: Hai, Yeol!

Tak berapa lama, Chanyeol pun langsung membalas pesanku.

parkchan: belum tertidur, dude?

parkchan: atau ada sesuatu yang perlu kutidurkan?

Oh, sial. Dia menggodaku dengan lelucon gaynya yang menjijikkan itu.

jongin88: sialan kau

jongin88: aku benar-benar tidak bisa tidur sekarang, Park. Aku butuh teman ngobrol

parkchan: tapi kau kedengaran seperti sedang membutuhkan teman tidur

Oh, dia mulai lagi.

jongin88: hentikan itu atau aku akan menendang bokongmu besok pagi.

parkchan: ah, itu pasti akan sangat menarik. lalu aku akan mendesah-desah di bawahmu, Jongin.

jongin88: chan, aku bersungguh-sungguh.

parkchan: aku juga

Namun sebelum aku sempat menuliskan pesan balasan, Chanyeol sudah muncul lagi dengan pesan barunya.

parkchan: maaf, maaf. aku hanya bercanda, Jongin

Aku mendesah lega.

parkchan: kau tahu, aku sedang asyik mengobrol dengan seseorang di sogheichat.

jongin88: sialan. kau masih menggunakan itu?

Menurut dari penjelasan Chanyeol, sogheichat adalah suatu situs pertemanan khusus orang-orang penyuka sesama jenis. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa hal semacam itu benar-benar nyata dan legal.

parkchan: tentu saja. aku menemukan banyak orang menarik disini

parkchan: lagipula, mereka semua sangat ramah

jongin88: tetap saja menjijikkan

parkchan: kau menganggapku menjijikkan?

Aku terdiam membaca pesan balasan Chanyeol. Aku memang jijik dengan orang-orang penyuka sesama jenis. Namun bagaimanapun juga, aku dan mereka tinggal dalam dunia yang sama yang tidak memiliki batas. Cepat atau lambat, aku harus menyusaikan diri dengan keberadaan mereka di sekitarku. Masalah aku setuju atau tidak pada masalah penyuka sesama jenis, itu adalah masalah pribadiku. Lagipula, selama kegiatan mereka tidak menggangguku, maka itu bukanlah suatu masalah yang harus dibesar-besarkan.

jongin88: tidak, tidak begitu, Park. maaf, aku salah bicara

parkchan: tak apa. aku bisa mengerti

Aku bingung sekarang. Aku bisa menangkap nada dingin dari balasan Chanyeol barusan. Aku kenal Chanyeol―dia bukanlah tipe orang yang mudah marah. Tapi aku merasa tak enak saja karena aku sudah menyinggung perasaannya.

jongin88: jadi bisakah kau memberitahuku cara untuk bergabung dengan situs itu?

Aku tak bisa menemukan balasan yang lebih baik daripada "jadi bisakah kau memberitahuku cara untuk bergabung dengan situs itu?" Kupikir dengan balasan itu, Chanyeol akan beranggapan bahwa aku baik-baik saja dengan fakta bahwa dia adalah seorang penyuka sesama jenis. Dan hal itu memang berhasil. Chanyeol nampak sedikit lebih antusias. Aku yakin, dia tak mungkin beranggapan aku mendadak berubah haluan menjadi seperti dirinya.

Jadi sekarang, aku terdampar di sebuah situs pertemanan untuk penyuka sesama jenis di jam-jam yang sangat riskan. Yah, kalian tahu maksudku kan? Aku bisa saja menjadi korban pelecehan seksual disini. Oke, aku kedengaran agak berlebihan

Aku sudah mendaftar ke situs ini sesuai dengan petunjuk yang diberikan Chanyeol. Chanyeol memperingatiku untuk tidak terlalu mengumbar identitas―dan yah, aku bahkan sempat berpikir ingin menyamar menjadi orang lain. Username akunku adalah kimkai. Itu tidak terlalu menunjukkan identitasku, bukan?

Oke, situs ini tidak seperti situs jejaring sosial lainnya seperti twitter atau facebook. Situs ini hanya membukakan jalan bagi para penggunanya untuk saling berbincang satu sama lain―yah kedengaran seperti kencan buta yang diadakan via online. Situs ini akan menyediakan list username orang-orang yang sedang online dan kita bisa memilih untuk berbincang dengan siapa saja. Kita juga bisa berbincang dengan beberapa orang sekaligus, namun untuk setiap chatroom hanya dibatasi dengan dua orang saja. Jadi perbincangannya terkesan pribadi.

Aku melihat list username yang masih online pada saat ini dan melihat nama darkshad yang cukup menarik perhatianku―entah atas alasan apa. Aku pun langsung mengirimkan pesan padanya.

kimkai: hai

Aku membuka bungkus snack yang kedua sambil menunggu pesan balasan.

darkshad: hai juga

kimkai: belum tidur?

Oh, sial. Aku kedengaran sangat kikuk.

darkshad: kalau aku sudah tidur, kau pikir dengan siapa kau berbincang?

Aku merutuk kesal dalam hati. Sepertinya, karakternya sangat dingin, tapi entah kenapa, ini adalah tipeku―yah, andai saja dia ini wanita.

kimkai: hahaha. setan mungkin? lagipula, kau kelihatan seperti setan yang dingin

darkshad: aku bukan setan. aku ini seperti bayangan

kimkai: sama saja. sama-sama tidak terlihat

kimkai: jadi apakah itu alasanmu memakai usename darkshad?

darkshad: ya begitulah. aku selalu dianggap seperti bayangan oleh orang-orang di sekitarku

darkshad: jadi aku berada disini hanya untuk mencari kesenangan saja, sebenarnya.

kimkai: kabur dari kenyataan eh?

darkshad: kurang lebih begitu

darkshad: bagaimana denganmu? kupikir kau juga tidak memiliki tujuan yang sama seperti kebanyakan orang

kimkai: bagaimana kau bisa tahu?

darkshad: hampir kebanyakan orang yang kutemui disini akan berbasa-basi terlebih dahulu, barulah mereka akan mengajakku berbicara tentang hal berbau seks

kimkai: bagaimana kalau ini juga bentuk basa-basiku?

darkshad: percayalah. instingku kuat

Aku menyeringai.

kimkai: baiklah, kau benar, Tuan Bayangan. aku mungkin sama sepertimu, hanya sedang mencari kesenangan

kimkai: jadi apakah aku bisa memanggilmu dengan nama yang lebih baik? kurasa kita akan cukup cocok untuk saling berbincang

Lama pemilik akun darkshad tidak menjawab. Entah aku tak tahu, mengapa aku begitu mengharapkan balasan darinya. Kupikir, aku bisa memiliki teman baru disini―dan sebagai nilai tambah, karakternya yang cuek benar-benar cocok denganku.

darkshad: panggil aku shad

to be continued...

dee's note:

hello dear. maafkan saya yang balik-balik selalu bawa ff baru. maaf ya maaf /bows

saya sedang nulis ff lama lainnya (Mianhae, Marry Me, Le Fiance Ideal, Like Father Like Son), tapi semuanya masih macet di tengah jalan. maafin saya ya? saya akan berusaha update sesegara mungkin (sebelum ujian mungkin), karena nantinya saya akan vakum seminggu atau dua minggu dan baru balik menjelang libur semester atau libur akhir tahun. jadi doakan semoga ff lama saya yang terbengkalai bisa cepat diupdate

dan tentang ff ini, well ini pertama kalinya saya bikin KaiHun ya? hehe. Ini request dari Rani Unnie dan idenya juga berawal dari dia (ditambah pengembangan dari saya). maaf ya Unn, requestnya lama banget bikinnya. semoga chapter satunya lumayan memuaskan fufufu ;-; dan oh ya, ini bakalan menjurus ke rate M. mungkin chap depan udah mulai mihihi xD saya dipaksa bikin yang berbau rate M sm Rani Unnie /slapped

okay, saya nggak tau harus bilang apa lagi (?)

akhir kata, bolehkah saya meminta review?

xoxo,

rappicasso