"Ayolah..Sasori no Danna. Acaranya nanti malam, pasti akan menarik sekali, un!" rayu pemuda berambut pirang itu setengah memaksa.

Decakan pelan disertai death-glare menyambut Deidara setelahnya. "Aku tidak menyukai hal-hal semacam itu."

"Kali ini saja, un. Hei—missing-Nin hebat macam kita ini juga perlu hiburan, tahu," argumennya sengit. Alis mata pemuda berambut pirang itu kini menukik turun, ekspresinya mencerminkan kekeraskepalaan yang sungguh-sungguh. Sementara itu dilain pihak, sang partner diam-diam menahan geli di dalam hati mendengar pernyataan kelewat pede yang dilontarkan rekannya barusan. 'Cih, dasar bocah..'


Utakata Hanabi

Genre: Friendship/General

Rate: K+

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Warning: OOC (maybe), plot kacau. Semi-canon.


.

Kedua missing-Nin yang baru saja selesai dari sebuah misi pencurian gulungan rahasia itu kini tengah berdiri di depan sebuah poster yang terpampang di jalan alun-alun pusat Kusagakure. Tertulis besar-besar dengan warna yang mencolok mata di poster itu;

Hadirilah!

Festival kembang api tahunan Kusagakure no Sato

Yang akan diadakan pada:

Tanggal: 17 - 18

Tempat: Alun - alun

Jangan lewatkan! Siapa tahu umur anda tak sampai untuk menghadiri festival tahun depan.

.

Dan kini sang teroris berambut kuning itu sedang memaksa-maksa sang partner untuk menghadiri acara tadi. Dalam hati Sasori bersumpah, sekalipun dia diancam dengan sebilah kunai, ia tidak-akan-datang kesana. Lagipula, sebilah kunai saja apa seramnya sih?

"Ayolah, Sasori no Danna.." Deidara masih belum menyerah. Entah urat kesabarannya memang setebal jeruji gerbang segel Kyuubi, atau dia memang hanya terlalu keras kepala.

"Tidak."

Hening sesaat. Deidara memutuskan untuk mengubah teknik pendekatannya.

"Hei, cuaca hari ini cerah ya, un."

"..."

"Nanti malam pasti langitnya sangat indah, un."

"..."

"Bintang-bintangnya pasti terlihat jelas, un.."

"..."

"Dan itu adalah waktu yang tepat untuk menonton kembang a—"

"—Diam." desis sebuah suara serak di sampingnya. Ketika sang ninja Iwa itu menoleh, tampak Sasori tengah menatapnya dengan sebuah death-glare yang cukup untuk melelehkan jurus es Kisame. Deidara menahan keinginan untuk meledakkan armor partner disebelahnya dengan frustasi.

"Ayolah, Sasori no Danna!" paksa teroris berambut pirang itu berapi-api. "Selama tujuh tahun kita sebagai partner, kau belum pernah berbuat baik kepadaku sama sekali, un!"

Alis sang puppet-master itu terangkat tinggi. "Oh ya?" balasnya dengan seringai tajam. "Kalau begitu setiap kali kau terkena ledakan dari bom-mu itu, atau tertimpa reruntuhan akibat kesembronoanmu yang melempar C2 asal-asalan, jangan pernah minta aku untuk mengobatinya."

"..'

Deidara menelan ludah. "Ralat, un. Selama tujuh tahun kita menjadi partner, kita belum pernah melakukan rekreasi sama sekali—"

"..Setiap kali kita pergi untuk melakukan misi, kita sudah melakukan rekreasi, bocah." Potong Sasori datar.

"Bagimu iya, tapi bagiku tidak, un!"

"..."

Tak ada respon. Sejurus kemudian, tanpa disangka-sangka, Deidara menolehkan kepalanya ke samping, dan memasang senyum termanisnya—yang cukup manis untuk membuat seorang anak kecil lari terbirit-birit.

"Hmm..Sasori no Danna?" panggilnya perlahan dengan nada yang —anehnya— teramat sopan untuk ukuran teroris tengil seperti dia.

Sang puppet-master yang sepertinya tinggal sekian meter lagi dari batas kesabarannya itu menoleh, tatapan matanya sedingin es. "Apa?"

"Kita jadi pergi kesana kan nanti malam?"

'Huh?' Laki-laki berambut merah itu mendelikkan matanya pada si partner. "Kita? Kau saja yang pergi sendiri, bocah."

Oke. Deidara sudah mencapai batas frustasinya sekarang. Dalam hati ia menahan keinginan untuk meledakkan boneka armor konyol yang dipakai partner-nya itu sekarang..kalau saja ia tak ingat pada fakta kalau ia masih ingin hidup sehari lebih lama lagi.

"Tak enak pergi ke festival sendirian, un!" gerutu pemuda berambut pirang itu

"Bagiku itu sama saja."

"Itu karena kau selalu sendirian, un!"

Sebuah hening yang menusuk melingkupi keduanya begitu kata-kata itu selesai diucapkan.

—Ups. Deidara menutup mulutnya segera. Ketika ia menyadari kalau sorot mata sang puppet-master itu mendadak berubah menerawang dengan pandangan asing—ia menyesali kata-katanya barusan.

"Hm.." gumam laki-laki berambut merah itu perlahan, memecah kesunyian yang tak mengenakkan tadi. "Baiklah."

"—!"

Deidara membelalakkan matanya, tak percaya akan apa yang didengarnya barusan. Kedua iris birunya melebar, sebelum kemudian menatap lekat-lekat partner baik hatinya untuk memastikan apakah itu klon dari orang lain yang sedang menyamar atau bukan.

"Berhenti menatapku seperti itu, bocah," gumam Sasori jengah, seraya membalikkan badannya dan berjalan duluan menuju penginapan di pinggir kota. Pemuda berambut pirang itu masih terdiam disana, seakan kejadian tadi itu adalah salah satu keajaiban di dunia ninja yang sulit dipercaya.

"Terima kasih, un!" pekiknya seraya menyusul sang partner yang sudah beberapa meter di depan. "Sasori no Danna memang teman terbaikku, un! Fufufu.."

'Cih.' Sang puppet-master berjengit di dalam boneka armor-nya ketika mendengar kata-kata barusan. "Terserah.."

.

Tapi diam-diam, seulas senyum tipis melintas di bibir pucat itu.


.

.

Bersambung..

.

.

.

Notes: Satu lagi fanfiksi Sasori-Deidara yang saya buat. Absurd banget, ya. 0.o #disatetsu

Emm...maaf kalau dua2nya jadi OOC banget disini. Well..bikin dialog untuk mereka berdua ternyata susah juga. ._. #malahcurcol

.

Terima kasih sudah membaca. Ada yang ingin disampaikan? :)