A Naruto Fanfiction

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Friendship/Romance

Rate : T

Warning : OOC, AU, typo(s), EyD mungkin tidak baku, sedikit fantasy/mystery, dll.

.

.

.

Eeeeennjooyy!

.

.

:: Dia © nubie ::

.

.

.

Hinata tidak tahu hari ini hari apa. Yang ia tahu hari ini semuanya terasa aneh, tidak biasanya, Naruto, teman baiknya tersebut duduk diam dengan manis mengikuti pelajaran dari guru favoritnya, Yuuhi Kurenai.

Entah kenapa ia merasa tidak enak dengan situasi ini. Bukannya ia lebih suka pada Naruto yang berisik, tapi hanya saja ia merasa salah, entah hari itu, waktu itu, saat itu atau pikirannya sendiri waktu itu. Dan ia tahu feelingnya hampir selalu benar.

"Naruto?" Ia berbisik pelan.

"Ya?"

"Kau kenapa?"

"Memangnya aku kenapa?"

"Kau aneh."

"Maksudmu?"

"Namikaze-san, Hyuuga-san, apa ada yang tidak kalian mengerti?" Entah kenapa Kurenai yang tidak terlalu suka mencampuri urusan murid-muridnya selama initiba-tiba menegur mereka, lengkap dengan tatapan bak elangnya.

"Tidak ada, Sensei. Hyuuga-san hanya ingin meminjam penghapus." Naruto berkata dengan tenang, mengabaikan Hinata yang seolah tertampar drama picisan.

Semua terasa semakin aneh. Ia tidak pernah menyangka seorang Naruto bisa berkata dan berekspresi setenang itu. Jika yang berada dihadapannya sekarang adalah Shino atau Shikamaru, atau minimal Chouji atau Kiba, ia akan percaya. Tapi demi kuah ramen, ini Naruto si biang ribut. Mengabaikan rasa penasarannya, gadis itu memilih diam dan kembali mencatat penjelasan yang diberikan oleh gurunya.

.

:: Dia © nubie ::

.

Hinata menyiapkan garpu dan sendok untuk makan siangnya, sedangkan Naruto memilih untuk menyantap ramen kesukaannya. Gadis itu tidak memperhatikan sekelilingnya sampai saat ia akan mengunyah sosis goreng kesukaannya. Suasana di kantin terlihat sepi, murid-murid lain pun hanya beberapa yang ia lihat, tidak sampai sepuluh orang termasuk mereka berdua.

Tubuhnya menegang, ia kembali merasakan firasat buruk. Beberapa saat kemudian seseorang masuk ke kantin dan memilih duduk di meja yang berada di seberang mereka. Awalnya ia malas memperhatikan orang tersebut, tetapi ia merasa seolah diawasi oleh orang tersebut. Dan entah kenapa auranya seolah mengintimidasi.

Hinata balas mengamati perawakan pemuda tersebut. Seorang pemuda dengan rambut spike hitam, kulit putih dengan muka khas oriental, mata yang gelap, dan seringai yang menurut Hinata menakutkan. Pemuda tersebut tidak sedang memesan atau menunggu pesanan atau apapun. Sejauh yang Hinata lihat walaupun ia tidak berani beradu pandang, pemuda tersebut sedang memperhatikan mereka berdua.

Hinata yang merasa terintimidasi langsung menyelesaikan makan siangnya lalu menarik Naruto pergi dari tempat tersebut. Awalnya ia merasa lega, namun saat ia menolehkan kepalanya kebelakang, pemuda tadi masih mengikutinya. Ia mulai berbelok-belok melewati lorong-lorong sekolah untuk menghindari pemuda tadi, namun entah kenapa pemuda tersebut seolah selalu bisa menyusul mereka kemanapun mereka pergi. Sampai akhirnya ia berhenti didepan sebuah ruangan yang dikiranya adalah Laboratorium Biologi.

"Kau mau apa disini, Hinata?" Naruto menatap Hinata dengan alis yang sedikit bertaut.

"Aku ada urusan sebentar. Kau tunggu disini saja."

"Memangnya kau mau kemana?"

"Pokoknya tidak lama. Tunggu disini ya."

"Kalau begitu baiklah."

Setelah memantapkan hatinya, Hinata berbalik dan berjalan menjauh, ia berusaha mengingat-ingat rute terakhir yang ia lewati, karena ia termasuk buruk dalam mengingat suatu jalan. Satu pilihan yang ia punya, menemui orang tadi.

.

:: Dia © nubie ::

.

"Wah, kau akhirnya menemuiku."

"Mau apa kau mengikutiku?"

"Aku menyukaimu." kata pria tersebut lengkap dengan seringaiannya.

'Apa? Apa dia bilang? Dia gila atau apa? Aku bahkan baru melihatnya hari ini. Memangnya siapa dia berkata seenaknya berkata begitu?'

"Jadi pacarku ya."

"Aku,, Aku sudah punya pacar."

"Orang tadi? Kupikir dia temanmu."

Perlahan pemuda tersebut bergerak mendekatinya. Tidak mau terintimidasi lebih jauh, Hinata pun berlari. Ia tidak peduli sekalipun nafasnya seakan mau habis, yang ia pikirkan hanya menemui Naruto secepatnya.

.

:: Dia © nubie ::

.

"Hinata? Kau kenapa?" Langkahnya terhenti saat ia melihat Naruto telah berada didepannya.

"Kumohon bantu aku." Gadis tersebut berkata dengan napas tersengal karena berlari melebihi kemampuannya selama ini.

Alis Naruto bertaut, bersamaan dengan langkah kaki yang kian mendekat. Alih-alih bertanya, Naruto malah melihat kebelakang Hinata yang juga membuat Hinata menoleh kebelakang.

Langkah kaki pemuda yang ditemui Hinata tadi pelan dan dibuat setenang mungkin, namun bagi Hinata, hal tersebut seolah palu gada yang dihantamkan pada dinding berbatu. Pemuda tersebut menyeringai, sedangkan Hinata semakin ketakutan. Tanpa pikir panjang ia menarik Naruto kemudian menciumnya.

'Maafkan aku, Naruto.'

Pemuda tersebut berhenti, untuk beberapa saat Hinata lega, namun tubuhnya kembali menegang saat dirasanya tatapan pemuda tersebut semakin menusuk dengan tangan terkepal. Dan Hinata pun langsung menarik tangan Naruto menjauh dari tempat tersebut.

.

:: Dia © nubie ::

.

Kriiiing!

Jam weker berbunyi keras, seorang gadis menggeliat di tempat tidur berusaha menjangkau dan mematikan jam weker tersebut. Hal yang pertama dilihatnya adalah boneka beruang besar yang selalu dipeluknya saat tidur. Gadis itu tersenyum pelan.

"Yokatta.. Untung cuma mimpi."

Gadis itu mengusap matanya yang masih sedikit buram.

"Aku bisa gila jika itu sungguhan."

Ia beranjak dari tempat tidur dan mandi, memakai pakaian, merapikan rambutnya sebentar, dan keluar dari kamar dengan menenteng tas ransel di pundak kirinya.

.

:: Dia © nubie ::

.

"Ohayou, Kaa-san." Sapa Hinata saat melihat ibunya masih sarapan pagi dimeja makan.

"Ohayou, Hinata-chan."

"Tou-san dan Hanabi-chan mana?"

"Mereka baru saja berangkat, Tou-sanmu ada rapat. Tadi kata Hanabi kau tidak bangun-bangun."

"Tidak apa-apa, Kaa-san, aku berangkat dulu."

"Hati-hati di jalan, Hinata."

"Iya, Kaa-san."

.

:: Dia © nubie ::

.

"Hinata-chaan!" Seseorang berteriak dari dalam kelas saat wajah Hinata muncul dari pintu. Ia masih sedikit ingat perihal mimpinya tadi pagi, tapi gadis itu berusaha untuk tidak terlalu mempermasalahkannya.

"Kau berisik sekali, Naruto-kun." Ujar Hinata sambil berpura-pura menutup telinganya, Naruto cemberut. Ia bersyukur pada Naruto yang seperti ini, berisik namun membuatnya tenang.

"Aku mau duduk dulu, Naruto-kun."

"Sini aku bawakan tasmu."

Mereka pun berjalan ke tempat duduk mereka yang berdekatan dengan dinding.

"Hinata-chaan!" Teriak seseorang yang baru muncul dari pintu. Lagi.

"Kau kenapa sih, Ino?" Naruto yang berada didekatnya menggosok telinganya yang seperti mau pecah mendengar suara Ino yang barusan didengungkannya dengan oktaf yang cukup tinggi.

"Ssst, ini urusan wanita, kau diam saja."

Naruto mendelik kesal, bukannya ia mau mencampuri urusan orang tapi demi sosis goreng, suara Ino itu berisik-berisik gimana gitu, ia seolah mendengar parade kembang api yang diledakkan tepat disamping telinganya. Berdenging, refleks Naruto menutup telinganya dan sedikit menjauh.

"Terserah kau sajalah."

"Kalian ini masih saja bertengkar, memangnya ada apa?"

"Ada siswa baru, dia tampan sekali, ah rasanya aku jatuh cinta." Ino berkata dengan mata berbinar dan senyum yang mengembang.

"Biar kutebak, pasti selanjutnya kau berharap ia satu kelas dengan kita?"

"Tentu saja, memangnya apa lagi?" Tanpa sadar Ino berkata dengan sedikit menaikkan nada suaranya, sedangkan Hinata menatap horror pada sesuatu dibelakang Ino.

"Yamanaka Ino, silahkan kembali ketempat dudukmu."

Takut-takut Ino berjalan pelan menuju tempat duduknya yang berada disamping Hinata tanpa berani adu pandang dengan orang yang menyuruhnya tadi. Karena tanpa dilihat pun ia sudah tahu itu adalah guru paling killer di sekolah itu. Miss Mitarashi Anko, guru muda yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris, lulusan Sastra Inggris langsung dari negeri Inggris, dan juga seorang calon penulis novel romansa yang rasanya sedikit tidak cocok mengingat kesannya dimata para murid yang terdengar garang.

"Baiklah anak-anak, sebelum saya mengajar, saya akan mengenalkan siswa baru pada kalian. Uchiha-san, silahkan masuk."

Hinata yang penasaran dan Ino yang masih berbinar melihat kearah seorang pemuda yang muncul dari luar. Seorang pemuda berambut spike hitam, bermata gelap, dengan muka khas oriental lengkap dengan seringaiannya. Tatapannya tertuju pada satu arah, Hinata.

Mata gadis itu membulat.

"Tampannya."

"Di-Dia..."

"Salam kenal, aku Uchiha..."

.

.

.

-tebece-

.

.

.

Hai minnaaaa, ini draft lama yang gak sengaja ketemu waktu aku sibuk nyari draft fanfiksi kibahina dari author yang akunnya gak kutemuin lagi, karena ini draft lama jadi aku juga lupa-lupa inget kerangkanya gimana -_- terus yang aku gak tau ini genrenya juga apaaaaan /histeris

Oke, aku beraniin buat publish disini kali aja ntar inspirasinya nyangkut keotak lagi /ohok, oia buat minna juga yang kira-kira punya ide buat cerita ini gimana dan berbaik hati mau bantuin aku monggoh kasih sumbangan pencerahan :')

re-ed: 11/07/15

Beberapa penyesuaian kutambahin karena aku ngerasa kata-katanya ada yang rancu. Dan ujungnya malah nambah jumlah words, haha

Akhir kata, kritik dan saran atau mau ngasih kue, just klik review. :3

jaa ne,

author unyu

en-ube- i-e