Suara desing mesin pesawat dan angin kencang membuat Wonwoo mengeryitkan keningnya. Kepalanya terasa pusing dan kakinya terasa lemas, Jeon Wonwoo mengalami Jet Lag. Dengan lemas ia menarik koper yang ia bawa menuju bangku panjang yang untungnya kosong dan berniat untuk beristirahat sejenak sebelum ia memulai petualangan di kehidupan barunya. Jeon Wonwoo yang berasal dari Changwon, Gyeongsangnam-do harus pindah dan menetap di Seoul karena mendapatkan beasiswa di sebuah universitas di sana dan lagi salah satu teman eommanya menawarkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan. Tapi masalahnya adalah Wonwoo belum punya tempat ia akan tinggal. Setelah beberapa menit duduk dan mengistirahatkan dirinya Wonwoo akhirnya memutuskan untuk mencari apartement sebelum malam tiba, ia berdoa semoga saja ia dengan cepat dapat menemukan apartementnya.

Tapi ternyata merantau di kota yang asing bagi Wonwoo bukanlah hal yang mudah. Ia bahkan tidak tahu kemana dan pada siapa ia mencari apartement. Wonwoo sengaja tidak menaiki kendaraan umum, berniat untuk melihat-lihat kota sambil mencari udara segar. Meskipun dengan koper yang besar dan lumayan berat itu sedikit menganggu perjalanannya tapi Wonwoo menikmatinya.

Ia sering melihat di tv bagaimana keadaan Seoul ibukota negaranya itu, tapi ternyata memang lebih indah jika dilihat langsung. Bagaimana gedung bertingkat berdiri megah, keramaian di jalanan, Wonwoo benar-benar menikmatinya. Ia selalu penasaran dengan sungai yang terkenal itu, sungai Han. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk kesana sambil berusaha menghubungi temannya yang berada di Seoul.

Wonwoo akhirnya memilih menaiki bus dan terlalu bersemangat hingga ia lupa akan Jet Lagnya dan tidak bisa tidur. Meskipun memasang wajah stoic, di dalam hatinya Wonwoo benar-benar takjub akan keindahan kota Seoul. Ia bahkan tidak memperdulikan mata para gadis yang berada satu bus dengannya yang menatapnya berbinar-binar. Wonwoo punya wajah yang tampan, tapi sepertinya Wonwoo tidak perduli akan hal itu.

Akhirnya Wonwoo sampai di sungai Han dan sayangnya ia sampai pada sore hari dimana langit mulai gelap. Wonwoo benar-benar kebingungan sekarang, ia ingin menikmati pemandangan sungai Han tapi disisi lain ia sudah lelah dan ingin cepat-cepat beristirahat. Sambil menyusuri pinggiran sungai Han ia mengotak-ngatik ponselnya mencari kontak yang tepat untuk dimintai pertolongan sampai ia tidak sadar bahwa ia terus berjalan dan menabrak seseorang.

"Maaf…" gumam Wonwoo dan mendongak, ia mengerjapkan matanya ketika mendapati orang yang ditubruknya ternyata mempunyai wajah manis dengan rambut sebahu berwarna coklat. Wonwoo baru sadar bahwa orang itu ternyata seorang pria, pria itu tersenyum dan mengangguk. Pria itu memperhatikan Wonwoo dan matanya kemudian melihat ke arah koper yang berada di samping Wonwoo.

"Apa kau mencari penginapan?" tanyanya, Wonwoo terkejut ketika mendengar suaranya yang lembut. Ia penasaran apa pria ini sudah mengalami masa pubertas atau belum.

"Aku mencari apartement lebih tepatnya…" jawab Wonwoo sambil menoleh melihat ke arah sungai, pria itu mengangguk dan menepuk tangannya sekali membuat Wonwoo kembali menoleh ke arahnya.

"Aku lihat pria yang sedang duduk disana sejak tadi membagikan brosur, temanku bilang ia sudah ada disana sejak pagi tadi. Sebenarnya aku ingin membantunya tapi aku sudah punya tempat tinggal dan temanku tidak mau tinggal bersama orang asing. Kalau kau mau kau bisa bertanya dulu. Sepertinya pria itu sedang mencari roommate." Ucap pria itu masih sambil tersenyum. Wonwoo mengangkat alisnya dan memperhatikan pria gendut dengan jas rapih dan berkacamata duduk di pinggir sungai dengan kertas yang menumpuk ditangannya.

"Kamsahamnida…" ucap Wonwoo sambil membungkuk, Wonwoo berjalan cepat ke arah pria yang ditunjuk tadi. Ia berharap pria yang ia temui tadi tidak menipunya. Berhubung ia bahkan mendengar suara gemuruh petir dan angin berhembus membawa hawa basah, Wonwoo berdoa semoga orang itu tidak mengecewakannya.

Wonwoo menepuk bahu orang itu dan membuatnya menoleh perlahan. "Ada apa?" tanya pria itu, Wonwoo menunduk melihat ke arah brosur yang dipegangnya.

"Aku hanya mencari orang yang mau tinggal bersama orang asing dan membagi rata semua bagiannya. Mandi dan makan di tempat yang sama dengan harga murah, aku juga menyediakan fasilitas seperti tv dan dua kamar yang terpisah tapi hanya memiliki satu kamar mandi. Tempatnya tidak besar tapi cukup jika kau membawa tamu karena ruang tamunya lumayan luas. Jika kau keberatan dengan semua itu tolong tinggalkan aku, karena aku sudah lelah." Ujar pria itu panjang lebar tanpa jeda, Wonwoo menarik salah satu brosurnya dan membaca semua keterangannya.

"Dimana aku harus menandatangani kontrak dan membayar sewanya?" tanya Wonwoo datar, ia tersentak ketika melihat bagaimana bersinarnya wajah pria itu.

Our Secret by Bola Salju

Main Cast: Seventeen Mingyu +Jeonghan X Wonwoo

Other Cast:?

Genre: Drama, Romance, Psycho, Mystery, Hurt.

Rating: EhemM!

WARNING! Yaoi, Boys Love, Shounen-Ai, Obsessive, Possesive, BDSM, DeathChara, Rape, OOC, Typos.

ALERT! BAGI ANAK DIBAWAH UMUR DAN TIDAK KUAT IMAN SILAHKAN TINGGALKAN HALAMAN INI DENGAN DAMAI, AUTHOR TIDAK BERTANGGUNG JAWAB DENGAN SEGALA KEADAAN YANG MENIMPA KALIAN SETELAH MEMBACA FF INI!

A/N: Semua cast milik tuhan, keluarga juga agensi mereka, plot cerita milik author.

#Chapter 1

Wonwoo menghela nafasnya perlahan, sekarang dirinya tengah berdiri di depan pintu apartement barunya. Ia gugup tentu saja, ini sama saja seperti pertama kali kau menjadi murid pindahan dan harus memperkenalkan dirimu di depan kelas. Atau mungkin Wonwoo sedikit berlebihan?

Dalam hati ia sangat berterimakasih pada pria yang sudah menolongnya. Wonwoo bahkan sampai di gedung apartementnya semenit sebelum hujan deras turun. Dengan ragu-ragu Wonwoo mengangkat jari telunjuk kanannya berniat untuk menekan bel. Tapi sebelum ia menekan bel seseorang mengagetkannya dengan berdiri di sampingnya tepat di depan pintu.

"Kau orang baru itu?" tanya pria itu, Wonwoo memperhatikan orang itu. Ia beberapa sentimeter lebih tinggi darinya, dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja putih juga dasi berwarna merah. Wonwoo yakin ia seorang pegawai perusahaan. Tapi sesuatu yang menarik darinya adalah wajahnya. Wajahnya tampan dan imut dalam sekali waktu, meskipun pria yang ditemuinya di sungai lebih manis darinya. Tapi Wonwoo bisa merasakan aura aneh dalam diri pria itu.

Pria itu balik memperhatikan Wonwoo, dengan kaos hitam dan lambang bintang besar juga celana jeans hitam dan sneaker hitam. Wonwoo bahkan terlihat menarik dan seperti remaja-remaja Seoul kebanyakan. Wonwoo memasang wajah datar sama seperti dirinya itu yang membuatnya lebih menarik.

"Si gendut itu sudah memberitahukan semuanya padaku, masuklah." Ajak pria itu setelah membuka kunci. Wonwoo hanya diam dan mengikutinya, ia memperhatikan sekeliling ternyata apartement yang ia tempati tidak buruk juga. Dan benar kata pria gendut tadi ruang tamunya besar dengan tv plasma dan rak berisi kaset juga playstasion.

"Kamarmu disebelah kanan. Kamar mandinya di ujung lorong dekat dengan dapur. Kau bisa pakai barang apapun selain yang berada di kamarku, jika ada perlu ketuk pintu. Aku paling tidak suka ada yang menyelinap ke dalam kamarku." Jelas pria itu sambil membuka sepatunya. Wonwoo hanya diam mendengarkan dan mengikutinya masuk hingga sampai di depan pintu kamarnya.

"Apa kau lapar?" tanya pria itu dengan nada datar, Wonwoo menggeleng perlahan dan memilih masuk ke kamarnya. Ia benar-benar butuh istirahat sekarang. Wonwoo bahkan baru sadar kalau mereka belum berkenalan hingga akhirnya ia memilih untuk tidur dan mengobrol dengannya besok pagi.

.

.

.

Wonwoo terbangun di pagi hari dan tidak mendapati siapapun di sana. Saat ke dapurpun Wonwoo tidak mendapati makanan di atas meja, dan itu membuat Wonwoo berpikir bahwa teman sekamarnya itu adalah pegawai sibuk yang pasti akan pergi pagi pulang malam. Jadi untuk berterimakasih karena memperbolehkannya tinggal dan sebagai perkenalan Wonwoo berniat untuk membuatkannya makan malam. Tapi sebelum itu Wonwoo harus pergi ke kampusnya dan pergi bekerja untuk hari pertama. Lagi-lagi Wonwoo gugup hingga perutnya terasa sedikit sakit.

Wonwoo pergi dengan naik bis yang untungnya halte itu tidak jauh dari apartementnya. Ia tidak perlu bangun terlalu pagi untuk sampai ke halte. Wonwoo benar-benar bersyukur akan hal itu.

Sesampainya di kampus Wonwoo langsung pergi ke kelas pertamanya. Ia tidak perlu bersusah payah meminta jadwal karena pihak kampus sudah mengirimkan semua informasi seminggu sebelum Wonwoo pergi ke Seoul. Tapi meskipun ia tahu dimana ia akan pergi Wonwoo masih buta arah dan harus bertanya. Setidaknya ada yang memberikannya peta, karena kampus barunya benar-benar luas dan besar.

"Apa kau tersesat?" Wonwoo menoleh ketika mendengar suara familiar dan mendapati pria yang ia temui di sungai Han kembali berdiri di hadapannya dengan senyum yang sama.

"Wah, kita bertemu lagi. Apa kau sudah mendapat tempat tinggal?" tanya pria itu, Wonwoo tersenyum kecil dan mengangguk.

"Ng, apa kau tahu dimana letak kelas ini?" tanya Wonwoo sambil memberikan kertas jadwalnya. Pria itu mengambilnya dengan senang hati dan menepuk pundak Wonwoo dengan tiba-tiba.

"Kau satu kelas dengan temanku. Ayo!" ajak pria itu. Di sepanjang koridor pria itu benar-benar tidak bisa berhenti bicara. Wonwoo akhirnya tahu pria itu bernama Yoon Junghan, tapi teman-temannya memanggilnya Jeonghan. Ia tidak aneh dengan namanya karena pria itu benar-benar seperti malaikat.

"Nama temanku adalah Jihoon, pria mungil dengan rambut ungu. Dia memang dingin tapi sebenarnya ia baik dan berhati keibuan. Dia sering sekali mengoreksi hal kecil dengan kata-kata pedasnya jadi jangan dimasukkan ke hati ya…" ucap Jeonghan. Wonwoo hanya mengangguk dan penasaran sebenarnya seperti apa pria bernama Jihoon itu.

"Jeonghan apa lagi-lagi kau jadi GuideTour?" Wonwoo mengangkat alisnya ketika mendapati seorang pria berambut hitam dengan gummy-smile berjalan ke arah mereka.

"Seungcheol hyung selamat pagi." Sapa Jeonghan yang diangguki pria bernama Seungcheol.

"Ohh~ kau anak baru? Aku belum pernah melihatmu disini. Siapa namamu?" tanya Seungcheol.

"Jeon Wonwoo…" jawab Wonwoo setengah bergumam. Jeonghan hanya memperhatikan Wonwoo yang sepertinya masih malu itu dan tersenyum kecil.

"Dia harus cepat ke kelas hyung, dan ternyata ia sekelas dengan Jihoon. Jadi aku duluan, sampai jumpa nanti…" pamit Jeonghan sambil merangkul bahu Wonwoo dan menariknya pergi, meninggalkan Seungcheol yang memanggil namanya.

.

.

.

Wonwoo menghela nafasnya ketika ia keluar dari supermarket tidak jauh dari apartementnya, ia bisa melihat kepulan asap putih keluar dari mulut dan hidungnya ketika ia menghela nafas. Ia sangat yakin bahwa tadi pagi hingga sore suhunya masih sangat hangat, dan Wonwoo sedikit heran kenapa suhu bisa langsung turun dengan drastis. Wonwoo berjalan dengan langkah yang terburu-buru perutnya lapar dan angin semakin kencang berhembus, ia bahkan yakin bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Diperjalanan Wonwoo menggumamkan lagu yang berada di kepalanya dan langsung berhenti ketika melihat juga mendengar seorang wanita yang sepertinya pegawai kantoran itu tertawa bahagia dengan menggandeng seorang pria yang Wonwoo tidak jelas bagaimana ekspresi wajahnya. Wonwoo mengerutkan keningnya ketika sang wanita mengatakan "Dasar mesum." Dengan nada yang Wonwoo yakin wanita itu pasti juga mau, jadi ia dengan cepat berjalan melewati gang gelap dimana kedua orang itu masuk.

Dalam hati ia menggerang, kenapa orang dewasa suka sekali bermain di tempat gelap. Wonwoo bahkan merinding membayangkan mereka melakukan hal seperti itu di tempat umum. Tapi kalau dipikir-pikir kenapa juga ia memikirkan hal itu. Begitu pikirnya.

Wonwoo memperlambat langkahnya ketika jaraknya dari gang sudah cukup jauh, ia kembali menghela nafas lega ketika ia melihat gedung apartementnya yang sudah tidak jauh. Tapi mendadak Wonwoo menghentikan langkahnya. Wonwoo menoleh dan tidak mendapati siapapun di belakangnya. Tanpa pikir panjang Wonwoo berlari hingga kedua plastik yang dipegangnya itu menimbulkan bunyi keras.

Wonwoo tidak salah dengar ketika ia berhenti berjalan dan menoleh. Tanpa Wonwoo tahu wanita itu sudah tergeletak dengan darah yang mengalir deras di sekeliling tubuhnya. Matanya basah dan menatap ngeri ketika ia melihat sendiri bagaimana pria yang berada di bawahnya itu tengah menggigit dan menguyah daging yang berasal dari kaki kanannya. Kedua tangannya sudah terputus hingga menyisakan bagian kepala dan tengah tubuhnya, hingga ia tidak bisa berontak. Perlahan air matanya kembali mengalir. "To…Long…"

.

.

.

Nafas Wonwoo terengah-engah ketika ia sampai di apartementnya. Wajahnya pucat, tubuhnya lemas dan jantungnya berdetak kencang. Wonwoo menelan salivanya dan kembali mencoba mengatur nafasnya hingga ia tertidur di koridor dengan kedua kaki dan tangannya yang terlentang. Meskipun umurnya sudah Sembilan belas tahun tapi Wonwoo masih percaya dengan hal mistis dan Wonwoo benci juga takut pada hal itu.

"Wonwoo-ssi?" Wonwoo terkesiap dan berteriak keras tepat di depan wajah pria berambut coklat madu yang berada di atasnya. Pria itu hanya mengerutkan alisnya merasa terganggu dengan teriakan Wonwoo. Ia menegakkan tubuhnya dan menghela nafas.

"Mi-mianhe, aku pikir kau han…tu" buru-buru Wonwoo meminta maaf dan tekejut ketika mendapati pria itu yang menjadi roommatenya itu hanya mengenakan celana tidur hitam dengan rambut basah dan juga tidak mengenakan baju. Wonwoo tekejut karena Wonwoo tidak punya badan yang seatletis dan sesexy pria itu. Wonwoo memiliki ABS tapi Wonwoo belum memiliki dada sebidang itu.

"Tidak masalah, aku juga terkejut ketika seseorang membuka dan menutup pintu dengan keras, aku pikir kau pencuri." Jawab pria itu, Wonwoo sweat drop. Mana ada pencuri membuka dan menutup pintu dengan keras?

"Maaf menganggu…" gumam Wonwoo sambil membungkuk sedikit. Pria itu mengangguk dan berbalik pergi, Wonwoo yang masih di posisi duduk di lantai memperhatikan punggung roommatenya yang mulus itu, Wonwoo menyentuh lengannya dan tersenyum kecil, kulitnya juga tidak kalah putih dan mulus. Wonwoo menepuk keningnya ketika baru menyadari alasan ia pergi ke supermarket tadi. Wonwoo buru-buru berdiri dan menyusul roommatenya itu.

"Ng, apa kau lapar?" tanya Wonwoo, pria tinggi yang tengah membuka kulkas itu menoleh dan hendak menggeleng tapi bunyi perutnya yang keras tidak bisa membohongi Wonwoo lagi.

"Aku baru saja dari supermarket, sebagai ucapan perkenalan biarkan aku memasak makan malamnya. Oke?" ujar Wonwoo sambil mengacungkan jempol kanannya dan tersenyum, ia kemudian menaruh bahan-bahannya di atas meja dan mulai mencuci sayuran.

"Kim Mingyu." Wonwoo menoleh dan menaikkan kedua alisnya.

"Namamu Kim Mingyu?" tanya Wonwoo. Pria bernama Kim Mingyu itu mengangguk sedikit dan mulai mendekati Wonwoo.

"Aku akan membantumu memasak…" ucapnya seperti bergumam, Wonwoo mendorong bahunya pelan.

"Sebaiknya kau pakai dulu bajumu Mingyu, terkena minyak langsung ke kulit bukan sesuatu yang lucu kau tau?" peringat Wonwoo, Mingyu hanya diam dan akhirnya pergi entah untuk memakai baju atau melakukan hal lain. Wonwoo merasa puas karena rencananya berjalan dengan mulus, meskipun Wonwoo tidak tahu asal-usul pria itu tapi setidaknya Wonwoo tahu namanya. Tapi Wonwoo penasaran dengan luka yang berada tepat di dada kirinya itu.

Mingyu kembali dengan memakai kaos berwarna abu-abu dan rambutnya pun sudah kering, ia dengan cepat membantu Wonwoo memasak hingga Wonwoo sendiripun kagum akan keahliannya. Dengan postur tubuh tinggi seperti itu Wonwoo yakin Mingyu orang yang doyan sekali makan.

"Kau suka memasak?" tanya Wonwoo sambil mengaduk-ngaduk sup, Mingyu mengangguk masih sibuk memotong sayuran.

"Aku suka makan itu alasannya, makanan kesukaanku adalah daging. Tapi aku tidak keberatan dengan sayuran. Aku juga suka buah." Jawab Mingyu, Wonwoo hanya mengangguk-ngangguk.

"Aku tidak suka seafood karena alergi…" timpal Wonwoo separuh bergumam, Mingyu hanya diam mendengarkan. Dan acara memasak mereka hanya ditemani suara air mendidih juga suara sayuran yang dipotong.

Setelah menghabiskan waktu dengan memasak dalam keadaan lapar berat, tapi akhirnya mereka puas karena makanan yang mereka buat seperti apa yang mereka bayangkan. Setelah membantu Wonwoo memasak Mingyu juga membantu Wonwoo mencuci piring.

"Sudah lama aku tidak makan masakan seenak ini selain masakan eommaku. Kau memang berbakat sekali Mingyu!" puji Wonwoo dengan senyuman cerah, Mingyu hanya mengangguk dan berkonsentrasi membilas piring. Wonwoo memperhatikan wajah Mingyu yang begitu berkonsentrasi dan membuatnya terkekeh.

"Kau pasti orang yang sangat giat sekali bekerja ya? Bahkan membilas piringpun…" ujar Wonwoo, Mingyu hanya mendengus pelan.

"Ngomong-ngomong dimana kau bekerja? Kau sering pergi pagi dan pulang malam, pekerjaanmu begitu banyakkah?" tanya Wonwoo.

"Pekerjaanku tidak begitu banyak tapi bawahanku begitu sulit diatur itu alasannya. Aku bahkan kurang tidur dua bulan ini…" jawab Mingyu, Wonwoo mengangguk-ngangguk dalam hati ia merasa kasihan karena menjadi pelajar yang bekerja pun sudah terasa lelah bagaimana dengan Mingyu yang bahkan dua bulan kurang tidur. Tapi tunggu dulu, bawahan katanya?

"Kau ini bekerja dibagian mana?" tanya Wonwoo ragu-ragu.

"Direktur Manager di Shin Company." Wonwoo melongo, ia yang berpikir bahwa Mingyu hanya pegawai kantoran biasa hanya bisa shock dan merutuki dirinya.

'Untung saja aku tidak bilang kalau dia terlihat seperti pegawai kantoran biasa.'

"Kau yang mahasiswa dan bekerja juga pasti melelahkan."

"Tapi tidak semelelahkan kau Mingyu-ssi…" gumam Wonwoo tegang. Ia begitu segan dengan orang yang punya pangkat tinggi seperti Mingyu ini, ia bahkan heran kenapa Mingyu memilih apartement kecil dan bersewa murah seperti ini.

"Tidak perlu memanggilku Mingyu-ssi, kau tadi memanggilku Mingyu kan?" ujar Mingyu dengan nada tidak suka, Wonwoo melirik ke arah lain. Panik.

"Tapi kau-aduhh…"

"Apa aku harus berhenti menjadi manager agar kau memanggil namaku seperti biasa?"

"Hah? Kau gila, kita bahkan baru berkenalan belum lebih dari sehari. Untu k apa? Aku bisa memanggil namamu setiap saatkan Kim Mingyu! Jangan bodoh." Omel Wonwoo sambil menendang paha bagian belakang Mingyu dan kemudian pergi.

Wonwoo mendadak berhenti dan berbalik. "Mingyu kau berhati-hatilah ketika pulang malam ya." Ujar Wonwoo membuat Mingyu mengangkat sebelah alisnya. Tapi kemudian mengangguk pelan.

"Tadi saat aku pulang dari supermarket aku mendengar suara-suara aneh…" Mingyu semakin heran. Ia mendekati Wonwoo yang menunduk.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Mingyu sambil menyentuh puncak kepala Wonwoo.

"Dimana kau mendengar suara aneh itu? dan lagi, aku ini lebih lama tinggal disini kau seharusnya lebih berhati-hati…"

Wonwoo mengangkat kepalanya dan tersenyum kaku. "Benar juga…"

Mingyu diam ia memperhatikan wajah Wonwoo yang perlahan memucat.

"Di gang…" Wonwoo terkesiap, ia kontan melihat ke arah Mingyu tepat di matanya.

"Orang-orang mendengar dari arah gang itu. Mereka akan mendengarnya ketika jarak mereka sudah jauh kan? Kau pikir itu hantu?" tanya Mingyu sambil mengelus-ngelus surai coklat muda Wonwoo.

"Bagaimana kau-"

"Hantu itu tidak ada Jeon Wonwoo. Yang kau dengar itu bukan hantu. Tapi korban."

"Korban?"

Mingyu mengangguk. "Mereka yang dibawa ke gang itu akan hilang, entah kemana. Tapi yang kudengar mereka semua dimakan."

"Di-dimakan?"

Mingyu kembali mengangguk. "Oleh kanibal."

Wajah Wonwoo kembali memucat, ia sepertinya akan muntah dan pingsan dalam waktu bersamaan. Tapi dengan cepat Mingyu menahannya dengan menggenggam lengan kirinya.

"Itu hanya mitos Wonwoo, kau aman disini. Kau bersamaku ingat?" Wonwoo hanya mengangguk ia bahkan tidak sadar dengan kalimat aneh Mingyu.

"Darimana kau tahu namaku?" tanya Wonwoo agak bergetar.

"Hm? Oh si gendut yang memberitahuku."

To Be Countinue.

Rerwrite dari Our Secret-_-, adakah yang tidak dimengerti T.T? sebenarnya author juga rada mual dan geli pas dapet ide gila seperti ini ya ampun-_- ketika banyak ff vampire dimana-mana author malah bikin ff beginian mana dua ff belum beres-_- dan akupun galau buat masukin Hoshi atau enggak-_-#sllaaapppeddd# yap sampai jumpa di chap selanjutnya '-')/