You wake up my heart

and walk to my world

I call you a miracle

.

.


Entah sudah keberapa kalinya perempuan itu berlari ke kamar mandi. Dengan tangan gemetar, ia membuka tutup kloset dan mulai melepaskan rasa mual yang ditahannya sejak tadi. Tidak ada sececer pun sisa makanan, hanya cairan bening yang keluar dari mulutnya. Ia belum makan sejak kemarin malam, bukan karena ia tidak ingin, tapi karena ia tidak bisa. Rasa mual itu sering kali menyerangnya tepat sebelum sesendok nasi akan masuk ke dalam mulutnya.

Lim Youngmin memejamkan matanya erat-erat, kukunya memutih akibat kepalan tangannya yang sangat kuat. Ia sedang mati-matian menahan semua rasa sakit yang menjulur tubuhnya. Di samping perutnya bergejolak, kepalanya juga berdenyut dan kerongkongannya terasa sangat perih. Lengkap sudah penderitaannya.

Youngmin tidak tahu ia sedang sakit apa. Seumur hidupnya, ia tidak pernah merasa mual tanpa sebab. Memang pernah Youngmin tiba-tiba mual dan muntah, tapi hal itu terjadi karena hidungnya mencium bau busuk dari tempat pembuangan umum, sedangkan sekarang ia berada di rumahnya sendiri yang lokasinya jauh dari tempat pembuangan sampah.

Ia tidak memeriksakannya ke dokter karena kebenciannya terhadap rumah sakit. Membayangkan bau-bau alkohol khas tempat perawatan tersebut membuatnya gila.

Jadi di sinilah Youngmin berada, di depan cermin kamar mandinya dengan sebuah benda yang begitu asing di hadapannya. Salahkan Nona Takada yang menyarankannya untuk membeli ini sebagai jawaban dari sakit yang dideritanya.

Namanya kalau tidak salah test pack. Untuk menggunakannya, benda ini harus didiamkan dulu di tempat berisi urin selama beberapa menit. Jika yang keluar satu garis merah, mungkin kau hanya sedang masuk angin saja. Namun, jika hasil lain yang keluar, maka lain cerita.

Sialnya demikian.

Youngmin membeku, kedua matanya nampak membesar menatap benda tersebut bak tak terduga, giginya menggertak, menggigit jari-jari tangannya yang bergetar. Benda panjang tersebut mencetak dua garis merah yang tampak menyala di mata Youngmin, seolah sudah berhasil sangat jelas, memukul tepat titik sensitif milik perempuan itu.

Ia kemudian menangis, test pack tadi sudah tergeletak di lantai. Badannya perlahan turun, kedua kakinya terlalu bergetar untuk digunakan sebagai tumpuan tubuhnya.

Hatinya sudah hancur berkeping-keping. Masa depan yang selalu diidam-idamkannya kini telah terbang bak abu diterpa angin.

Tidak bisakah waktu berjalan mundur sejenak?

.

.

.


HEAVENprolog.