Post Me Notes

Disclaimer :

Naruto, Masashi Kishimoto

Story :

Punya saya, semua karakter dipinjam dari punya om MK

Genre : Romance, Drama.

Rating : T, K+

Pairing : SasuNaru (Sasuke X Naruto)

Warning : AU, Two Chapter, Typos as always, OOC, Boys Love, Shounen-Ai Sasuke X Naruto, Don't like don't read! Feel free to leave this page if you don't like it. I've warned you already.

Summary : Kehilangan suaranya karena kecelakaan membuat Naruto begitu frustasi, ia menarik diri dari lingkungan sekitar, tidak ingin berinteraksi dengan siapapun, bahkan setelah dirawat selama seminggu, para perawat pun menyerah. Sampai pada akhirnya notes-notes kecil membuatnya kembali tersenyum.

.

.

.

ENJOY

.

.

.


~ナルトはサスケへ~

-Naruto's side-

Kejadian itu tepat seminggu lalu saat Naruto bangun dengan aroma obat yang begitu menyengat indra penciumannya. Ketika Naruto perlahan membuka matanya, ruang itu berwarna putih. Butuh beberapa menit sampai ia tersadar sedang berbaring dengan selang infus berisi cairan darah dan selang infus yang berisi cairan makanan terpasang dilengannya.

Rumah sakit?

Ingatan terakhir yang terekam dalam memorinya sewaktu ia berada dalam taxi sedang menuju sekolah-nya, tempatnya bekerja. Taxi itu melaju dengan tenang sampai entah bagaimana seorang anak kecil menyebrangi jalan dengan tiba-tiba, lalu supir taxi terserang panik. Di saat panik dan kejadian yang begitu singkat itu, Naruto hanya bisa mengingat taxi yang ditumpanginya menabrak pembatas jalan dan kepalanya membentur keras dashboard.

Sial baginya saat itu karena sempat melepas sabuk pengaman untuk mengambil ponsel yang terjatuh saat ingin menerima panggilan masuk.

Double sial saat ini adalah ketika setelah berhasil mengingat kejadian itu, ingin memanggil perawat, tapi merasa kerongkongannya kering, dan Naruto sadar suaranya tidak keluar sekecil atau sebesar apapun ia berusaha untuk bersuara.

Naruto tahu saat itu juga, ia bisu.

"Dia sudah menulis sesuatu dibuku?" Suara asing tertangkap pendengarannya.

"Belum... Kali ini tuan Uzumaki bahkan menolak untuk minum obat..." Suara yang menjawab mendesah berat dan panjang.

Screw that shit!

Teriak Naruto dalam hatinya. Buat apa minum obat? Toh, itu belum tentu bisa menyembuhkannya dari bisu!

Naruto sudah terlanjur pesimis.

Suara pintu terbuka membuat Naruto mengerang dan membalikkan tubuhnya secara kasar ke arah berlawan dari pintu lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut rumah sakit, tidak peduli rasa perih dilengan akibat jarum infus yang bergesek dengan kulitnya saat bergerak tadi.

"Selamat siang tuan Uzumaki... Bagaimana suasana hatimu hari ini?" Naruto tahu itu suara perawat yang paling sabar merawatnya meski Naruto selalu berlaku tidak peduli dan tidak pernah bereaksi apapun selain memunggunginya.

Buruk seperti biasa. Jawabnya dalam hati dengan bola mata memutar jengah dalam selimut.

"Apakah buruk seperti biasa?" Tanya suara itu lagi dengan kekehan kecil.

Kalau sudah tahu kenapa bertanya?! Teriaknya sekali lagi. Tiba-tiba merasa jengkel sendiri dengan perawat ini.

"Well, setidaknya bergembiralah sedikit. Hari ini kau diperbolehkan pulang..." Naruto tetap tidak mempedulikan ocehan perawat itu. "Aku membawakan obat untukmu, jika masih keras kepala, terpaksa kami menyuntikan obat itu ke dalam cairan infus." Jelas perawat sebelum akhirnya melangkah keluar.

Pintu kamar inapnya kemudian terdengar berbunyi pertanda perawat sudah keluar, Naruto langsung membuka selimut dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Kepalan tangannya mengencang dan memukul keras tempat tidur.

Naruto merasa tidak bisa menerima keadaannya saat ini. Ia terbiasa berbicara, ia seorang guru taman kanak-kanak yang suka bernyanyi, berbicara dan bermain bersama anak-anak. Jika kehilangan suara artinya Naruto kehilangan hidupnya. Ia sangat mencintai pekerjaannya, tidak berinteraksi dengan anak-anak artinya kegelapan.

Bahkan dulu Naruto tidak se-frustasi ini ketika ia dan kekasihnya bertengkar hebat sampai akhirnya putus hanya karena hal sepeleh.

Bagaimana ia bisa menjalankan hidupnya dengan normal setelah ini?

Naruto bergerak bangun dari posisi tidur ke posisi duduk. Tangannya memijit pelan kening dan kemudian merengangkan otot lehernya. Baru saja kepala dipalingkan kekiri saat merengangkan sendi-sendi, matanya menangkap sesuatu yang asing.

Sebuah sticky notes berwarna biru tertempel di atas tempat obat-obatan.

Dengan enggan Naruto meraih notes tersebut dan membaca tulisan rapi di atas kertas itu.

Minum obat ini dan kau akan mendapat notes lainnya.

-Kau-

Naruto mendengus karena catatan itu, memangnya dia anak kecil yang bisa ditipu dengan hal konyol seperti ini?

Dan apa-apaan ini? Bukannya tertulis nama pengirimnya, tapi malah tertulis 'Kau'.

Ketika Naruto ingin mengembalikan catatan itu, ia menyadari ada catatan lain dibalik kertas itu.

Jangan keras kepala...

Aku tahu kau akan melakukannya...

Minum obatnya, please.

-Menyakitiku-

Kening Naruto mengenyit karena kata 'menyakitiku'. Dia menyakiti siapa jika tidak mau minum obat? Bukankah yang disakiti adalah dirinya sendiri?

Apakah tulisan bergaris bawah adalah pesan kedua untuknya? Tanpa sadar, Naruto tersenyum kecil karena pemikirannya.

Baiklah, Naruto memutuskan untuk mengikuti permain si pembuat notes ini, hitung-hitung mengusir kebosanan selama menunggu jam check out dari rumah sakit. Akhirnya dengan satu gerakan Naruto meraih gelas berisi air putih dan meminum beberapa pil yang ada disana.

Belum berapa menit berselang perawat masuk kembali dan Naruto sudah kepalang tanggung untuk berpura-pura tidur. Jadi, ia memilih menatap datar, sedang perawat itu masuk dengan senyuman ramah di wajahnya. Naruto memutar bola matanya karena merasa senyuman itu lama-lama terlihat menyebalkan.

"Aku tadi sekedar melawati ruangan ini ketika melihat sebuah notes tertempel di pintu kamar rawat ini, sepertinya untukmu, tuan Uzumaki..."

Rasanya Naruto ingin menerjang perawat itu untuk merampas kertas biru yang dipegangnya. Tapi, lebih memilih membuang muka sambil melipat tangan seolah tidak peduli.

Tsundere.

"Aku letakkan di nakas, ya…." Naruto masih tidak peduli sampai terdengar bunyi pintu ditutup dan tawa perawat sebelum pintu benar-benar tertutup.

Sekali lagi Naruto buru-buru meraih sticky notes itu.

Tersenyumlah seperti tadi,

Aku selalu menyukai senyumanmu….

-Jika-

Sekali lagi alis Naruto bertaut, ia diawasi oleh pengirim notes. Apakah pengirimnya mengawasi dari luar kamar? Karena ia memang sendirian di kamar ini.

Lalu apakah ini perbuatan kekasihnya?

Tapi, jika dipikir tidak mungkin. Sebab kekasih keparat-nya bahkan tidak bisa dihubungi semenjak kecelakaan tersebut. Mungkin kekasihnya sudah memiliki kekasih lain? Persetan dengan sumpahnya ini.

Well, Naruto memang menjalani hubungan jarak jauh. Untuk sementara waktu karena kekasihnya diutus untuk mengurus cabang kantor tempat bekerjanya di negeri orang. Sampai waktu yang mereka sendiri tidak tahu kapan itu.

Sepertinya kali ini pun akan ada kata putus. Naruto tidak yakin mereka akan tetap bersama jika kekasihnya mengetahui kalau sekarang ia bisu.

Terima kasih sudah memenuhi permintaanku…

Sekarang istirahatlah dan tunggu notes-ku selanjutnya.

-Tetap-

Itu tulisan dibalik notes tadi. Naruto menyadari kata-kata yang digaris bawahi seperti puzzle saling berhubungan dengan kata sebelumnya.

'Kau…. Menyakitiku…. Jika…. Tetap….-'

Kalimat yang dibentuk saat ini. Naruto jadi penasaran dengan kata selanjutnya yang akan dikirim dan Naruto menuruti permintaan si penulis notes untuk beristirahat.

~ナルトはサスケへ~

Naruto tersadar dari tidurnya setelah hampir dua jam ia tertidur. Ini tidur lelap pertamanya tanpa rasa gelisah semenjak kecelakaan minggu lalu.

Teringat akan janji tentang notes selanjutnya, Naruto melirik sekilas nakas dan menemukan sebuah sticky notes berwarna biru terletak di sana.

Tertidur lelap?

Wajahmu manis jika terlelap.

-Menolak-

Kali ini kening Naruto yang berkerut memikirkan kemungkinan siapa yang mengirimi notes ini.

Apakah ia memiliki penggemar di rumah sakit ini?

Berpikir keras, huh?

Kau sudah tahu aku siapa…

-Dirawat-

Ah jika digabungkan kata-kata itu sekarang menjadi-

'Kau menyakitiku jika tetap menolak dirawat'.

Pipi Naruto merona karena kalimat itu bahkan senyuman di wajah melebar sempurna.

"Ini pertama kali aku melihat senyuman manismu, tuan Uzumaki. Kau tampan jika tersenyum seperti itu..."

Perawat sialan ini muncul diwaktu yang salah lagi dan sialnya melihat dirinya tersenyum lalu berakhir menggodanya.

"Waktu check out-mu sudah dekat. Tapi, tenang saja urusan berkas rumah sakit sudah diurus oleh penggemarmu." Ujar perawat itu sambil mencabut selang infus ditangan Naruto dengan senyuman usil melekat diwajahnya.

Naruto meringgis, bukan karena jarum yang sekali lagi menggesek kulitnya sewaktu dicabut, tapi karena dugaannya tepat.

Dia memiliki penggemar dan Naruto tidak menyukai pemikirannya sendiri itu.

Setelah selang itu tercabut, Naruto segera merobek kertas sebuah buku yang berada di nakas dan mulai menulis. Buku itu memang disiapkan untuknya, sekedar berjaga-jaga jika membutuhkan sesuatu saat perawat datang melihatnya.

'Ada titipan notes lagi?' Itu adalah tulisan yang diberikan kepada perawat untuk dibaca.

"Sayangnya tidak ada, tuan Uzumaki..." Perawat itu menggeleng dengan senyuman sedih diwajahnya, "...Dan ini adalah interaksi pertamamu dengan perawat. Satu kemajuan..." Senyuman itu berganti senyuman mengoda.

Naruto mencibir karena reaksi yang menurutnya berlebihan itu.

Perawat tersebut lalu membantu membereskan perlengkapannya. Saat tengah membereskan barang, Neji, sepupu sangat jauhnya datang untuk menjemput pulang.

Dengan buku di atas meja tadi, Naruto sempat bertanya dalam tulisan pada si perawat,

Apa Neji yang dimaksud perawat dengan penggemar yang mengurus berkasnya?

Perawat itu hanya menggeleng kepala dan tersenyum misterius. Mau bertanya pada Neji pun Naruto terlalu malas untuk menulis lagi dan belum tentu Neji tahu soal sticky notes itu.

Mereka berdua, Naruto dan Neji, berjalan dilorong rumah sakit dalam keadaan hening. Biasanya Naruto yang akan memulai percakapan, tapi sekarang mau bagaimana lagi? Ia bisu dan seharusnya Neji-lah yang berbicara terlebih dahulu, tapi Neji juga bukan tipe yang berbicara terlebih dahulu.

Saat mereka melewati resepsionis, seorang petugas rumah sakit menghentikan langkahnya dan memberikan secarik sticky notes berwarna biru lagi. Petugas itu tersenyum malu-malu dan mengatakan notes itu pemberian penggemar Naruto dan berbisik betapa beruntungnya Naruto memiliki penggemar setampan itu.

Sudah waktunya kau pulang...

Jangan murung lagi, okey?

-Aku-

Naruto sontak menatap kesegala arah dalam ruangan itu, tapi tidak menemukan orang yang mencurigakan untuk dianggap sebagai tersangka penggemarnya.

Jangan mencariku...

Kau tahu siapa aku, karena aku selalu memperhatikanmu.

-Peduli-

Rasanya bulu kuduk Naruto jadi meremang karena tulisan itu.

Kenapa penggemarnya terkesan psikopat, ya?

Sialnya, bukan membantu mencari tahu siapa penguntit yang mengaku penggemarnya, Neji malah bersiul keras hanya untuk menggodanya karena baru seminggu berada di rumah sakit, ia sudah memiliki penggemar.

~ナルトはサスケへ~

Tiga puluh menit lama waktu yang dibutuhkan agar mereka tiba di apartemen Naruto. Neji hanya mengantar sampai di depan pintu apartemennya lalu segera kembali ke kantor dengan alasan ia mencuri waktu bekerja saat menjemput Naruto, jadi Neji harus segera kembali sebelum ketahuan dan berakhir dirinya dipecat.

Sejujurnya, Naruto terkadang jengkel dengan sikap sok disiplin bos Neji.

Saat membuka pintu apartemen dan melewati ruang tamu, Naruto sadar ada secangkir susu coklat yang masih menguarkan asap dan secarik kertas sticky notes biru terletak di atas meja.

Kau suka susu coklat panas, bukan?

Aku siapkan untukmu...

-Padamu-

Sontak Naruto mengeluarkan semua sticky notes yang tersimpan dalam saku jaket-nya dan membaca tulisan yang digaris bawahi.

'Kau - Menyakitiku - Jika - tetap - menolak - dirawat-'

'Aku - peduli - padamu.'

Tubuh Naruto bergetar, sudah jelas ini bukan ulah penggemarnya di rumah sakit, tapi penggemarnya sejak sekolah menengah atas dulu.

Awalnya Naruto sempat ragu untuk membalik sticky notes itu, tapi rasa ragu kalah dengan otaknya yang memberi perintah pada tangannya untuk membalik kertas itu.

Sudah kubilang kau tahu siapa aku...

Minum dulu susu ini dan temukan notes lain dalam saku jaket yang tergantung didekat meja ruang makan.

-Kekasihku-

Sekarang jika disusun kata-kata di notes itu menjadi,

'Kau - Menyakitiku - Jika - tetap - menolak - dirawat-'

'Aku - peduli - padamu - kekasihku.'

Sudut mata Naruto mulai berair, tapi Naruto berusaha meneguk susu yang rasanya sangat familiar itu dengan tetap tenang, tidak terbawa rasa emosionalnya. Susu itu habis tanpa sisa. Meski masih meragu, Naruto tetap berjalan menuju ruang makan, dan benar jaket tebal tergantung dekat meja makan.

Ada sticky notes tertempel dibagian saku kantung sebelah kanan jaket itu.

Pakai ini dan datang ke balkon.

Aku tahu keadaanmu saat ini, jadi kumohon jangan menghindariku, okey?

-Dan-

Tidak ada catatan lain dibalik notes yang satu ini.

Naruto memakai jaket tebal itu dengan mengigit bibir bawahnya keras sampai rasanya gigitan itu bisa saja merobek kulit bibirnya. Tapi, Naruto tetap melangkah menuju balkon.

Pintu balkon terbuka, semilir angin meniup rambut pirangnya. Mata biru menangkap pemuda seusianya yang awalnya membelakanginya kini menatap dengan senyuman manis dan tatapan rindu terlihat jelas dari ekspresinya.

Pemuda itu berbalik saat mendengar suara pintu yang berdenyit.

Terima kasih sudah melakukan yang kuminta hari ini.

Aku pulang...

Dan,

Aku merindukanmu...

Itu tulisan disecarik kertas sticky notes yang disodorkan pada Naruto sambil sebelah tangannya merapikan rambut Naruto yang tertiup angin.

Kamisamaaa! Betapa Naruto sangat merindukan pemuda yang sudah menjadi penggemarnya selama sekolah menengah atas, menjadi kekasihnya sejak masa kuliah, yang pernah sekali putus dengannya karena alasan sepele, yang tinggal bersama selama tiga tahun belakangan ini, yang berhubungan jarak jauh hampir setahun lamanya karena masalah perkerjaan dan yang sangat Naruto cintai sampai rasanya takut kehilangan sebab ia telah menjadi bisu saat ini.

Naruto ingin memeluk, tapi terlalu takut untuk memulai terlebih dahulu. Saat ia hampir saja melangkah mundur, tubuh kekar itu memeluknya erat sampai rasanya pelukan itu bisa saja meremukkan tulangnya.

Mereka terdiam beberapa menit lamanya sampai pelukan itu terlepas dan secarik sticky notes diletakkan di atas telapak tangannya lagi.

-Aku sangat mencintaimu, Naruto-

-Apapun keadaanmu...-

Uchiha Sasuke.

Naruto mengambil semua sticky notes yang didapat dari kekasihnya, Uchiha Sasuke sepanjang hari ini.

"Aku pulang..." Bisik Sasuke ditelinga Naruto. "Kau menyakitiku jika tetap menolak dirawat. Aku peduli padamu, kekasihku dan aku sangat Mencintaimu, Naruto. Apapun keadaanmu. Uchiha Sasuke." Ulang Sasuke tepat seperti tulisan bergaris bawah yang ditulisnya saat ia menjauhkan kepalanya dan meihat Naruto masih menatap kertas-kertas itu.

"Terima kasih... Aku juga sangat mencintaimu, Sasuke..."

Itu suara serak milik Naruto yang membalas perkataan Sasuke.

.

.

.

THE END

.

.

.


Note :

Fic ini terdiri dari dua chapter. Di Ch selanjutnya dari sudut pandang Sasuke dan ugghhh saya tahu punya hutang sama Why Must Two, tapi saat ide ini muncul, rasanya sayang jika tidak ditulis. Jadi, saya memutuskan untuk menulis sebelum idenya hilang ditiup angin.

Maaf jika typo bermunculan dimana-mana.

Bagi teman-teman yang sedang berpuasa, selamat menunaikan ibadah puasa~

And the least not the last,,,

Our Ship Doesn't Need A Canon For It To Sail!

~09/06/2016~