Anne Garbo

White←

Disclaimer :Kuroko no Basukemilik Fujimaki Tadatoshi

Warning : peringatan warna warni ada disini. Tapi yang paling saya ingatkan adalah

Saat anda menemukan ranjau typo, dimohon agar jangan diinjak

Malam yang menjadi tak biasa, dimana Seijuuro menapakkan kakinya ke ruang terlarang dimana hanya ayahnya – Akashi Masaomi yang memiliki akses tunggal. Ruang tersembunyi yang hanya ayahnya dan orang kepercayaannya ketahui. Sayangnya Seijuuro bukan orang yang dipercaya oleh ayahnya sendiri.

Ya, awalnya ia tidak tau mengenai ruangan itu. Tapi kini ia tau. Ruangan dimana letak rahasia terbesar ayahnya tersimpan.

Malam yang tak biasa, dimana Seijuuro melihat sesosok wanita berambut merah panjang duduk tergelung di atas ranjang besar berwarna putih. Sosok itu mengangkat kepalanya saat mendengar langkah Seijuuro masuk. Wajah itu.

"Kau bukan Masaomi," sosok itu bersuara. Anehnya ia tidak memiliki suara lembut layaknya wanita.

"Aku anaknya," Seijuuro membalas. Melangkah lebih dekat kepada sosok yang kini berangsur memojokkan diri ke dinding.

"Kau tau, kau tidak boleh masuk ke sini kan?" tanya sosok itu. Ia membenarkan gaun tidurnya yang sama berwarna putih untuk menutupi kaki-kakinya.

"Aku tau," Seijuuro menjawab. Ia mendudukkan diri di atas kasur. "Aku hanya ingin tau apa yang dia sembunyikan selama ini. Mungkin bisa kupakai untuk melawannya nanti. Dan tidak kusangka, aku menemukan..." kalimatnya sengaja dibiarkan menggantung. Matanya meneliti sosok itu dari atas sampai bawah. "Siapa kau?"

Sosok itu tertawa. Seijuuro hanya tersenyum. Berusaha sabar.

"Aku ibumu."

Mata Seijuuro membola karena terkejut. Tapi ia berusaha tenang kembali. "Kau bukan."

"Aku iya."

Seijuuro menyeringai sinis. "Aku tidak ingat memiliki seorang ibu laki-laki."

Sosok itu tertawa lagi. Lebih lepas kali ini. Kedua tangannya memegang perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa. "Itulah yang ingin aku dengar dari Masaomi!" ucapnya lalu tertawa lagi.

Seijuuro diam. Berusaha mencerna informasi-informasi ini sambil meneliti si sosok. Dia bukan wanita. Tapi Seijuuro tidak yakin kalau dia juga pria. Tubuhnya kecil dan kurus.

"Hey, apa aku mirip ibumu?" tanya sosok itu tiba-tiba.

Seijuuro diam. Dia memang tidak bisa berbohong jika sekilas dilihat dari jauh, bentuk wajah dan tubuh itu sekilas mengingatkan Seijuuro kepada almarhum ibunya. Mereka memiliki rambut yang sama tapi..

"Ibuku tidak memiliki mata seperti itu."

"Ah iya, aku tidak mengenakan lensa kontak hari ini," jelasnya sambil melirik ke belakang. Dimana tempat lensa kontak tergeletak di atas nakas. "Jadi, sisanya aku mirip?"

Seijuuro tak berani menjawab lagi. Sosok itu tersenyum sedih. "Berarti mustahil untukku keluar dari sini rupanya," gumamnya.

Ruangan hening. Diantara mereka tidak ada lagi yang memulai percakapan. Sampai akhirnya Seijuuro mengecek waktu di jam tangannya.

"Sudah ingin pergi?" tanya sosok itu.

"Aku tidak punya waktu banyak. Dan aku sudah tau apa yang dia sembunyikan disini."

Sosok itu tau sedari awal kalau anak dari Masaomi ini tak ada niatan untuk membebaskannya. Hanya dugaan asal, awalnya. Tetapi ternyata dugaannya benar. Lalu dengan santai ia bertanya, "Oh? Jadi apa kesimpulanmu?"

"Ayahku adalah seorang maniak yang tidak bisa pergi dari bayang-bayang istrinya, menculik seorang pemuda secara random, dan menjadikannya boneka," jelas Seijuuro.

Penjelasan Seijuuro yang singkat dengan wajah datar itu membuat si sosok tersenyum sedih. "Tidak semua tepat, tidak semua salah."

Seijuuro diam. Ia yang melihat wajah sosok itu tersenyum sedih merasa ada sengatan ngilu di jantungnya. Ia meremas tangannya sendiri kemudian bangkit. "Aku pergi," ucapnya. Tapi langkahnya terhenti ketika ada sebuah tangan menahannya.

"Siapa namamu, anak dari Masaomi?" tanya sosok itu sambil melepaskan tangannya.

Sosok itu menegapkan badannya. "Kau tadi bertanya siapa aku kan? Akan aku beritahu setelah kau memperkenalkan diri. Anggap saja seperti barter."

Seijuuro mengangkat sebelah alisnya. "Akashi Sejuuro," jawabnya datar, seperti biasa.

Sosok itu melepas wig merah yang sedari tadi menghiasi kepalanya. Memperlihatkan rambut coklat pendek dan berantakan. Tangannya terulur mengharapkan sambutan jabatan. "Furihata Kouki, salam kenal!"

Sosok itu tersenyum. Senyum yang berbeda dari semua senyum ngilu yang ia tunjukkan kepadanya selama tadi. Ini senyum yang berbeda.

Seijuuro meneguk ludahnya. Kurang lebih paham kenapa ayahnya menahan Furihata Kouki di penjara seperti ini.

FIN←

Hallow, bersama Anne lagi dengan kumpulan drabble lain O . .O

Sebenarnya Anne benci dengan tag angsty /tapi kenapa dipake?!/ Kalian juga kah?

Jadi, Kolor ini.. isinya drabble, maso drabble. Tidak tau akan berapa banyak nanti.. tapi, jangan dinantikan.

Mungkin nanti ada beberapa orang sinis berkata, "Lu Cuma cari aman doang kan bikin drabble-drabble aja?!"

Dan Anne jawab, "Yes! Karena lu udah liat kan berapa banyak utang di bawah *lirik draft*. Dan lu pasti tau rasanya mendapatkan pm dan review dari epep yang lu sendiri aja nangis karena bikin satu kalimat aja gak dapet-dapet!"

Ah, curcol.

Btw, untuk mengisi lahan kosong *lirik word count belom nyampe 1k acan-acan*, saat lebaran kemarin, salam-salaman sama tetangga dan kalian baru sadar, "Eh buset dah tuh bocah udah setinggi gue ye!" atau "Anak itu pan yang ingusan dan suka gue lempar ke got. Kok sekarang kece?" dan berakhir pada respon, "Udah berapa taon gue baru keluar dari goaaa!"

Apa ada yang kayak gitu?

*lirik word count* Belom seribu juga = . . =