-OuO-
For Irosami Week
August 18 : Forgiveness
-OuO-
Disclaimer: Yang jelas bukan sayaaa~ :Db
Warnings: OOC, not so fluffy, dan segala keanehan yang terjadi di fic ini...
-OuO-
"Maaf." Wajahnya terlihat muram saat menyampaikannya, meskipun begitu, wajahnya tetap berusaha menatap lurus pada gadis yang ada di depannya.
"Aku tidak bisa meringankan hukuman ayahmu."
"Tidak apa-apa," mata si gadis yang diberitahu pun terlihat kecewa, si pria, General Iroh, bisa melihatnya. Dia tidak mudah ditipu, "kau sudah berusaha, dan aku berterima kasih karena-nya."
Asami berbisik pada dirinya sendiri, "Lagipula, ayahku memang pantas mendapatkan hukuman seperti ini kan?"
"Sekali lagi maaf, Nona Sato."
Asami kembali tersenyum, meskipun terlihat dipaksakan "Asami, anda bisa memanggilku dengan Asami."
"Asami, kalau begitu aku akan pergi sebentar." Dia membungkuk, meninggalkan Asami yang duduk di taman sendirian.
Asami kembali duduk, dia menghela nafas, mencoba berpikir positif, hal-hal yang menyenangkan, sesuatu seperti itu. Tapi hal pertama yang terlintas di kepalanya adalah memori masa kecilnya, ia dan ayahnya. Hari-hari begitu bahagia,
Ayah yang menyempatkan bermain bersamanya di pekarangan rumah.
Ayah yang suka bercerita padanya.
Ayah yang mengajarkan bagaimana caranya menyetir.
Ayah yang mengajaknya pergi ke pabrik.
Ayah yang akan selalu bersamanya meskipun ibu tiada
Kenapa dia bisa tidak sadar? Bagaimana bisa, ayahnya sendiri, memupuk kebencian sebegitu besarnya pada pengendali elemen? Setidaknya, bisakah dia memberikan sedikit petunjuk agar Asami bisa tahu bagaimana perasaan ayahnya yang sebenarnya?
Panas, wajahnya terasa sangat panas, apa ini karena ia ingin sekali meledak? Asami tidak tahan membendung segalanya. Ia ingin berteriak, bagaimana ayahnya bisa begitu tidak bertanggung jawab pada dirinya, bagaimana ibu pasti akan sedih kalau melihat apa yang terjadi pada ayahnya. Hatinya sungguh-sungguh sakit, kecewa, juga sedih. Dan demi apa pun, dia ingin sekali menangis, sekarang, saat ini juga. Ia yakin matanya sudah terlihat berkaca-kaca dan merah, meskipun tanpa bantuan cermin, dia benar-benar tidak tahan, berkali-kali Asami menahan setiap air mata yang siap keluar.
'Aku harus menahannya, aku harus bertahan' Itu yang selalu Asami ucapkan pada dirinya sendiri, 'Sekarang aku sendirian, aku harus bertahan'
Kali ini sepertinya kata-kata itu tidak berhasil pada dirinya, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya yang hijau, dan ketika dia mengerjap, bulir pertama jatuh.
Bulir kedua.
Bulir ketiga.
Bulir keempat.
Dan dia melihat seseorang seperti berlari ke arahnya, agh- mungkin itu ilusi Asami ataukah mungkin memang benar-benar nyata? Sosok yang berlari ke arahnya, dengan suara yang Asami kenal dengan baik, mengeluarkan sapu tangan, dan memberikannya pada Asami.
Asami terdiam sebentar, mengelap air mata yang keluar dengan sapu tangan tersebut, kemudian mengangguk untuk berterima kasih,"General Iroh, kenapa kau kembali?"
"Mungkin ini terdengar aneh, tapi rasanya aku tidak bisa meninggalkan Nona Asami." Si pria bermata emas menunduk, terlihat malu saat mengucapkannya, terutama mengucapkannya pada seorang gadis cantik seperti Asami.
"Ah-oh, itu- um, kenapa?" Asami lebih terlihat gugup, pipinya memerah, layaknya seragam Iroh.
"Mungkin karena nona terlihat seperti menanggung segala sesuatunya sendirian," dia terdiam sesaat, "perasaan seperti itu pastinya tidak menyenangkan, jadi kupikir… Untuk menemani Nona?"
Asami merasa tersentuh pada kata kata sang Jendral, cukup membuat dia melupakan apa yang terjadi padanya beberapa hari belakangan ini, "Terima kasih, General Iroh." Si gadis berambut panjang sekali lagi menghela napas, mungkin juga ini sudah waktunya memaafkan segala sesuatu yang terjadi, ayahnya, keadaan, dan juga... dirinya sendiri.
"Maaf, tapi kalau kau tidak keberatan, apa Nona bisa memanggilku dengan Iroh saja?"
"Kalau begitu kau jugapanggil aku Asami saja, tidak perlu memakai nona." Asami tertawa, kali ini benar-benar tertawa tulus, bukan dipaksakan, membuat Iroh terlihat lega.
-OuO-
Um, pertama kalinya saya nulis di sini, dan juga I feel so lame nulis cerita ini, karena buru-buru... Tapi saya terlanjur suka sekali sama pair ini, jadi saya merasa harus berpartisipasi. : D
Prompt-nya saya liat di tumblr, dan berhubung saya pasti fail nulis di english, saya nulis aja pake Bahasa Indonesia, haha... ; w ;
R n R?
