"Ini juga bisa jadi hadiah yang sangat cocok kok buat teman. Nenek jamin deh!"

Connie Springer masih menatap kotak lusuh berwarna hitam di tangan sang nenek. Sebenarnya ia sangat sangsi melihat penampilan si nenek tua ini, dari ujung rambut hingga ujung kuku tidak ada tanda-tanda zaman kekinian. Apalagi, kotaknya sudah berdebu sana-sini.

"Bantu nenek, Cu. Tolong belilah kotak ini." ucap si nenek memelas pada remaja di depannya.

Connie berkedip, 'Apa emang si nenek semiskin itu ya?'

Lalu bayangan si nenek yang berjualan kotak – yang entah apa isinya itu – dari zamannya masih muda, dari musim semi sampai musim semi lagi, sampai sekarang masih dengan baju yang sama walaupun rambutnya telah memutih pun terlintas di benak Connie. Sehingga, timbul-lah rasa kasihan dan prihatin.

"Berapa nek, harga kotaknya?"

"15 ribu aja, cu. Diskon 70% buat kamu."

Well, Connie tidak tahu harga pastinya dengan diskon 70% itu. Dia tidak mau (dan tidak ahli) menghitung susah-susah. Connie merogoh kantongnya dan mengeluarkan uang pas, lalu ia menyodorkannya pada si nenek. "Ini nek, saya beli." Katanya sopan.

Gotcha! Rayuan maut si Nenek akhirnya berhasil!

Si Nenek pun tersenyum bahagia, seraya bertukar barang dengan apa yang ada di tangan mereka ia bergumam, "Terima kasih ya, Cu. Kamu baik sekali."

"Sama-sama, nek," balas Connie ramah seraya membersihkan pelan kotak tersebut – biar keliatan gak lusuh-lusuh banget, "Saya juga sebenernya lagi kepepet nyari kado buat temen saya. Terus acara ulang tahunnya tinggal 15 menit lagi." remaja kepala botak itu menyempatkan diri untuk curcol pada Si Nenek.

"Oh, begitu. Siapa nama temanmu itu?"

"Jean Krischtein, Nek. Rumahnya cuma selisih dua blok dari sini."

Si Nenek pun mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Bilang selamat ulang tahun ya dari Nenek? Semoga dia suka sama kotaknya."

"Baik, Nek. Saya permisi dulu."

.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.

Kotak GOKIL!

Shingeki no Kyojin by Hajime Isayama

WARN : AU. OOC. Typo. BAHASA SEHARI-HARI YANG SUPER NYELENEH. ect.

Genre : Fantasy / Firendship / Humor ?

( Gak yakin sebenernya ama genre-genre tersebut ._. )

.

.

Berhubung dia tidak mungkin ke acara pesta ulang tahun Jean dengan tangan kosong dan yang menjualnya adalah seorang nenek berwajah melas di pinggir jalan, maka Connie pun membeli kotak itu.

[ P.s : Namanya Kotak GOKIL! Buat permintaan dan semua akan menjadi kenyataan. Yoi, GOKIL kan?! Cobalah dan lihat keajaiban sesungguhnya! ]

.

Happy Reading! ^^

.

.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.

.

.

"Happy birthday, Jean!"

"Wah, repot-repot lo, Nie. Pake bawa kado segala," kata Jean yang bertolak belakang dengan keinginannya di lubuk hati. Ia pun menerima hadiahnya dari tangan Connie seraya mengatakan, "Thanks ya, bro. Masuk yok, yang lain udah dateng."

Connie pun membuntuti sang tuan rumah yang berulang tahun.

"Gua kira lo bareng Eren mangkanya agak telat." Ujar Jean.

"Enggak," kata Connie, "Emangnya dia belom dateng?"

Jean menunjuk ruang tengah dengan dagunya. Di sana ada Reiner Braun, Shasa Blaus, Armin Alret, Krista Lenz, Ymir, dan Annie Leondhart – tidak ada sosok Eren Jaeger. Bahkan, Mikasa Ackerman yang serumah dengan pria bersurai coklat itu pun tidak nampak. Oh, tentu saja.

"Gak ada kan? Tumben banget emang."

Connie ber-oh ria, "Mungkin, gara-gara masih sibuk pindahan. Kan rumahnya yang dulu atapnya bolong, temboknya juga."

Jangan tanya kenapa, salahkan saja Grisha Jaeger yang malas memperbaiki rumahnya sendiri.

"Ah, bener juga lo. Pantes gua chat semalem gak dibales-bales." Sahut Jean yang juga meyakini hal tersebut, "Yaudah, kita mulai aja yok? Daripada kelamaan nungguin itu bocah."

Acara pesta ulang tahun ke-17 seorang Jean Kristchein pun dimulai. Semua berjalan dengan suasana tenang dan minim keributan atau bahkan cekcok. Hanya ada candaan karena Connie yang berkepala botak. Berbeda sekali kalau ada Eren, pasti mereka sudah mepraktekkan smack down plus guling-gulingan ala pelatihan militer karena ejekan Eren kepada Jean yang belum punya kekasih di umurnya yang semakin tua.

"Hey, dua tahun lagi Jean pantas dipanggil 'Om' loh! Om-om jomblo." Eren imajiner lalu tertawa keras.

Membayangkannya saja membuat Jean kesal.

'Sial, mesti cepet-cepet punya cewek gue!' Jean bertekad dalam hati.

"Jean, kita pamit pulang dulu ya, udah malem," Armin mengatakan hal itu juga untuk mewakili mereka yang hadir. Tak terasa memang dua jam sudah berlalu, "Terima kasih udah undang kita ke sini. Eren–"

"Ah, gak apa-apa kok, gak apa-apa," sela Jean cepat – entah kenapa. "Justru gua yang harusnya bilang terima kasih sama kalian, karena udah mau dateng plus nemenin gua di rumah."

"Emangnya kapan orang tua lo balik dari luar kota, Jean?" tanya Berthold.

Jean sedikit menggumam, "Dua hari lagi kalo gak salah. Tapi, gak apa-apa kok. Gua bisa beresin rumah sendiri." jawabnya yang disambut anggukan Berthold.

Sebenarnya siapa juga yang mau ikutan beres-beres rumah?

Kemudian yang lain pun ikut berpamitan kepada Jean.

"Okelah, kita pulang ya, Bro?"

"Gua sama Krista pamit ya, Jean."

"Thanks, Jean. Kita pulang dulu."

"Trims."

"Besok-besok adain roti kentang juga ya, Jean!"

Remaja yang baru saja genap berusia 17 tahun itu mendegus begitu mendengar omongan Sasha Blaus, "Dasar maniak kentang lo!" sahutnya yang hanya dibalas Sasha dengan cengiran lebar dan gigitan besar pada kentang rebus di tangannya.

Setelah sosok teman-temannya itu hilang dari pandangan, Jean masuk ke dalam rumahnya dan mengunci pintunya. Tidak lupa dengan pintu kaca samping ruang tengah. Laki-laki dengan tinggi 175cm itu kemudian bergerak mengumpulkan piring kotor dan meletakkannya di wastafel – tanpa mencucinya karena malas selevel dinding Sina. Pasti Nyonya Krischtein akan murka saat itu juga jika mengetahui wastafelnya penuh. Sehingga, Jean bersyukur ibunya kini tidak di rumah. Selesai dengan piring kotor, Jean lalu memasukkan semua makanan yang masih utuh ke dalam kulkas. Lumayan untuk sarapan pagi besok.

"Nah, ini dia.." gumam Jean yang berdiri di depan sebuah meja di sudut ruangan.

Ya, ini dia saat-saat yang ditunggu ketika pemberi kado sudah pulang dan tidak ada yang melihatnya. Membuka kado. Jean Krischtein sudah tidak sabar mengetahui apa yang teman-temannya kasih sebagai hadiah itu. Katanya kan usia 17 itu sangat spesial – makanya ada yang juga bilang sweet seventeen.

Tapi, kenapa tadi gak ada yang nyinggung sama sekali? Soal sweet-sweet itu?

Jean terpekur selama beberapa detik, 'Ah, udahlah. Yang penting udah pada dateng – bawa kado juga.'

Cengiran lebar menghiasi wajah Jean ketika mengambil satu per satu kado yang ada di meja lalu membawanya ke kamar, "Isinya apa yaa~" senandung Jean kepo dikala langkahnya. Setelah sampai depan pintu kamarnya, Jean pun masuk dan menghamburkan berbagai bentuk kado yang ada di tangannya ke karpet kamarnya–

–termasuk kado berbentuk kotak dari Connie.

"Okeh!" seru Jean seraya duduk bersila seolah bersiap menerima ilham dari langit, "Dari yang paling kecil!" putusnya lalu mengambil sebuah amplop berwarna merah dengan hiasan sana-sini. Membuat Jean merasakan dokidoki desu.

'Jangan-jangan ini surat cinta? Waduh, gua bakal ditembak siapa nih?!'

Dengan tidak sabar dan hidung kembang-kempis Jean membuka surat tersebut, manik karamel itu lalu bergerak secara seksama untuk membaca kalimat yang tertulis di setiap barisnya.

Happy Birthday, Jean.

Wish you all the best.

Annie Leondhart.

"Udah? Gitu doang?" Jean berujar tidak percaya.

Namun benar saja, ketika ia membolak-balikkan kertas memang sudah tidak ada satu hurufpun yang tertulis di sana. Bersih. Kertas di tangannya hanya berisikan 3 kalimat, 10 kata, atau 48 huruf plus 3 tanda baca itu saja. Lesu, Jean akhirnya mengembalikkan surat tersebut pada amplopnya.

Melayang sudah harapan mendapat surat cinta.

Tangan panjang Jean lalu meraih kado berbentuk kotak kecil dengan bungkus bermotif hijau tua-coklat-krem yang langsung disobek-sobeknya tanpa perasaan – efek masih mutung. Namun, ekspresinya langsung berubah secepat kilat melihat isinya–

"Dafaaag!"

Sekotak kapsul penambah stamina untuk pria sejati dan resep olahraga rutin untuk membentuk otot-otot yang sempurna. Oh, ada secarik kartu ucapan juga.

Happy Birthday, Jean.

Semoga lo cepet dewasa dan jadi pria sejati.

Salam, Reiner.

"Gua ga butuh bantuan lo, Rein! Gua punya cara sendiri! Makasihh!" Jean berteriak emosi pada kotak kapsul di tangannya sebelum dilempar entah kemana, "Che, masih jaman apa minum obat segala? Next!" ujarnya kemudian mengambil kado berbentuk seperti bantal.

Brek! Brek! Breeeekkk!

Sebuah snack keripik kentang rasa nanonano (serius, begitu tulisan di bungkusnya) ukuran jumbo dengan ucapan yang dituliskan di atas bungkusnya.

HAPPY BIRTHDAY, JEAN!

Jangan lupa nikmati snack yang luar biasa ini ya! Rasanya uweeenaaakkk bangeeett!

~Sasha~

"Ck!"

Swing! Buk!

Dan snack keripik kentang bernasib sama dengan kapsul stamina untuk pria sejati.

Jean dengan tampang super boringnya lalu meraih kado berbentuk persegi panjang yang besarnya tidak seberapa namun cukup berat. "Apaan lagi ini?" gumamnya heran saat membawanya pada pangkuan untuk disobek bungkusnya.

Brek! Breeek! Breeeeekkk!

Ternyata sebuah buku ensiklopedia berjudul 'Horse' dengan gambar kuda hitam dan secarik kartu ucapan.

Selamat Ulang Tahun, Jean.

Semoga bukunya bermanfaat ya. Maaf, Mikasa dan Eren tidak bisa datang.

Regards : Armin Arlet, Eren Jaeger & Mikasa Ackerman.

Untuk pertama kalinya Jean merasakan migrain saat membuka kado ulang tahunnya. "Demi kolornya Hannes! Siapa yang milih buku berjudul nista gini, hah?! Kampret lo, Eren!"

Andaikan Jean tahu kalau si gadis oriental-lah yang memilih buku tersebut sebagai kado untuknya dikala Armin dan Eren berburu keperluan sekolah di toko buku tiga hari yang lalu. Eren terbahak keras sambil mengacungkan jari jempolnya tanda setuju. Sedangkan, Armin berkomentar kalau buku adalah kado yang bermanfaat.

Tidak kuat melempar buku setebal kitab suci, Jean menendangnya dengan kurang ajar.

"Sabar, ganteng. Tinggal dua kado lagi." dengan narsis selevel dinding Sina, Jean menenangkan dirinya. Tersisa kotak hitam ukuran sedang dan kotak berlapis kertas berwarna emas. Berhubung Jean Krischtein adalah seorang laki-laki yang tertarik pada harta, takhta, wanita, dan quota, maka ia memilih kado berwarna emas.

Kali ini Jean tidak merobek sembarangan si kertas emas dengan sia-sia. Isinya pun terlihat–

"What –?!"

Ternyata sebuah miniatur kuda poni berpose jingkrak dengan warna kulit coklat tua dan rambutnya berwarna cokelat susu, dibingkai oleh kotak kaca. Migrain Jean makin parah. Ia meraih secarik kertas yang terselip.

Hi, Jean. Happy birthday.

Ymir bilang kalau miniatur ini sangat cocok untukmu. Dan menurutku, miniatur ini juga sangat berseni. Semoga kau suka ya. ^^

Krista Lenz & Ymir

Jean tidak sabar untuk mengambil palu dan menghancurkan minatur berseni tinggi namun sangat menyentil sanubari di tangannya ini. "Sial lo, Ymir!" umpatnya emosi.

Lanjut ke kado terakhir, sebuah kotak lusuh berwarna hitam yang tidak lain dan tidak bukan dari Connie Springer. Jean menatap lelah kotak tersebut dan mendesah, "Connie, gua tau otak lo berpentium 2. Tapi, lo pasti orang yang baik. Iya kan?"

Jean membuka tutup kotak tersebut, namun hanya secarik kertas lusuh yang sudah berganti warna menjadi kekuningan yang ada di dalamnya. Jean ingin menangis saja rasanya. Dengan raut wajah kusut siap disetrika dengan setrika baju, Jean membaca tulisan yang ada.

Namanya Kotak GOKIL! . Buat permintaan dan semua akan menjadi kenyataan. Yoii, GOKIL kan?!

Cobalah dan lihat keajaiban sesungguhnya!

(P.S : Kotak ini benar-benar berkekuatan magis. Hendaknya perlakukan dengan baik.)

"Demi Dewaa!" Jean meringis tersedu sedan dengan lebaynya. "Ini apaan, botak?! Lo kira gua bocah ingusan yang demen gulali kapas–"

BLAZT!

"EH COPOT!" Jean terkaget ala ibu-ibu latah yang dilempari petasan. Tangannya reflek melempar kotak gokil itu sembarang. Mata karamel Jean melotot horor, tangannya tertahan di dada dengan jantung yang melompat-lompat. Sadar dengan ketidak elitannya yang terpampang di pantulan cermin, Jean menggeram emosi, "ANJIR! NGAPA GUA JADI KAYAK EMAK-EMAK SIH?!"

Dalam lima detik pertama Jean masih menatap horor kotak hitam di hadapannya. Takut-takut kalau bakal keluar makhluk aneh dari salam sana. Namun, di sepuluh menit kemudian tetap tidak terjadi apa-apa. Jean yang penasaran akhirnya membuka tutup kotak dengan biji keringat yang membanjiri pelipis.

Glup.

Ludah ditelan, Jean coba membuka dengan mencongkel tutup menggunakan jari telunjuk.

Klap! – Tutup terbuka.

"Hah?" Jean melongo. Sebuah gulali gagangan persis seperti di jaman Jean kecil yang masih mengompol di celana tergeletak di dalam kotak. "Loh? Bukannya tadi kotaknya kosong?" ia mengambil permen tersebut dan mengocok-ngocok kotak hitam itu dengan posisi terbalik. Tidak ada satu pun benda yang terjatuh. Masih penasaran, Jean meraba-raba sisi kotak dengan mata menelusur teliti ke setiap sudut.

"Gak ada apa-apa tuh?" gumamnya heran seraya mengembalikan kota tersebut ke lantai. Lalu, matanya kembali melihat kertas lusuh yang ia temukan sebelumnya. Mengedip sekali, dua kali. 'Mungkin beneran kotak ajaib..?'

Menguji prasangkanya terhadap si kotak, Jean kembali memungut tutup kotak hitam tersebut dan memfungsikannya seperti yang seharusnya. Dengan tangan bersedekap di dada, Jean berpikir apa yang seharusnya ia minta jika kotak gokil ini sungguhan berkekuatan magis.

"Ah!" Jean memetikkan jari saat mendapat ide. Ia pun dengan semangat berujar, "Wahai kotak ajaib, aku minta uang!"

BLAZTT!

Secercah cahaya putih keluar dari sela-sela tutup kotak yang sedikit terangkat efek bergetar. Jean berkedip dengan mulut sedikit terbuka. Masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Perlahan ia mendekat pada kotak dan membuka tutupnya.

"Woah.."

Sepuluh uang lembaran lima ribu yang sudah langka. Jean bisa kaya mendadak.

Dengan tangan sedikit gemetar, Jean mengambil lembaran uang tersebut dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Tatapan takut campur tidak percaya tak lama kemudian langsung sirna, digantikan dengan cengiran lebar dan semburat merah akibat terlalu senang.

"YEEESSS!"

Tapi, masih ada satu hal lagi yang Jean ingin minta dari kotak. Jean menyeringai.

.

.

.

-To be Continued-

A/N : Hallo, bertemu lagi dengan saya~ Masih dengan demam bikin penpik dengan bahasa seenak udel. GROAAHAHAHAHA! *ngakak bareng titan* err, oke, jadi di penpik ini tokoh utamanya Jean Krischtein. Karena penulisan marga Perancis yang susah (menurut saya) harap maklum jika saya salah ngetik (dan males ngedit lagi) ya? *ditampar fans Jean*.

Tadinya penpik ini mau jadi OS tapi kayaknya terlalu panjang, jadi saya bakal bikin jadi beberapa chapter. Doain aja updatenya bisa cepet hehe. Seperti biasa, saya sangat menanti review dari reader loh~ Kritik, saran dan komentar dari kalian adalah pembelajaran buat saya www ~(*w*)~

Ok! Au revoir on next chapter! (^^)/