Disclaimer : demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura

Warning : OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan

.

.

~ my neighbor ~

.

.

don't like don't read

.

.

Apa yang aku lakukan? Ini kesalahan yang benar-benar parah yang pernah aku lakukan, untuk apa aku menarik lelaki berwajah dingin itu dan mengajaknya keluar dari bar, rasanya aku ingin membuang diriku ke sungai tepat dibawah jembatan yang sedang aku pijaki, dengan tatapan konyol tapi yang terlihat adalah tatapan marahku dihadapan lelaki yang sudah aku kenal beberapa bulan yang lalu. Yaa tuhan, apa yang sedang dia lakukan di bar dan dikerumuni wanita-wanita yang berpakaian seksi dan berwajah menor layaknya badut, tiba-tiba ada yang menggelitik perutku saat menyebutkan dandanan mereka seperti 'badut', sudahlah... itu bukan inti masalah yang aku hadapi sekarang, lelaki berparas tampan itu hanya terdiam dan sepertinya marah bahkan dia tidak mau menatapku.

"Apa kau sudah gila!" ucapku tiba-tiba, bodoh Sakura, apa yang kau ucapkan sekarang. Gumamku dalam hati.

"Sepertinya itu yang harusnya aku tanyakan padamu," ucapnya, cuek.

"Berhentilah bersikap seperti gigolo, Sasuke..!"

Hening.

Ya tuhan..., rasanya benar-benar aku ingin melompat saja, apa yang aku pikirkan keluar begitu saja dari mulutku tanpa terfilter terlebih dahulu.

"Jangan menggangguku dan jangan urusi apapun yang aku lakukan," ucapanya datar.

Tatapannya seperti cuaca yang sedang dilanda kota konoha, begitu dingin dan menusuk, sepertinya aku memang yang salah, tapi tubuhku bergerak sendiri, entah itu berasal dari pikiranku atau dari hatiku yang tergerak, gadis mana yang tidak suka melihat orang yang disukainya dikerumuni wanita-wanita dan bahkan mereka secara liar hampir menanggalkan pakaian Sasuke.

"Pulanglah," ucapnya dan kini menatapku dengan tatapan seperti memerintah.

"Tidak! aku tidak akan pulang, meskipun kau memaksaku," ucapku tegas.

"Baiklah, kita pulang sama-sama," ucap Sasuke dan segera berjalan menuju arah pulang.

Eh? Apa-apaan itu, dia malah memilih untuk pulang dengan enteng seperti itu, padahal aku sudah siap untuk meledak-ledak tadi, ini lebih baik dari pada dia kembali lagi ke bar tadi.

Rumahnya dan rumahku berdekatan, bisa dibilang kita adalah tetangga, masuk ke kampus dan di kelas yang sama, setelah beberapa minggu terlewatkan dan aku baru tahu kalau dia tinggal disebelah rumahku. Namanya Uchiha Sasuke, wajahnya tampan, bersikap cuek dan terlalu dingin, rambut emonya, tubuh atletisnya, tatapan mata onyxnya, stop..! malah mendiskripsikan hal itu. Sesekali aku sering curi pandang terhadapnya, sepertinya dia adalah lelaki yang sempurna, itu adalah kalimat yang terlontarkan saat pertama kali aku bertemu dengannya, tidak untuk hari-hari berikutnya.

Terlalu pribadi jika aku langsung menanyakan masalahnya, Sikapnya baik, selalu menjadi pusat perhatian di kampus maupun disekitar rumah, termasuk mahasiswa yang sangat rajin dan nilainya diatas rata-rata, bahkan nilaiku hanya bisa masuk 10 besar, tapi disisi lain, dia kelihatan frustrasi, beberapa kali aku menemukannya pulang pagi dan sempat mendapatinya sering masuk ke bar dan baru kali ini, aku dengan sikap ke-sok-pahlawananku, mendorong semua wanita yang sangat lapar ingin menjamah Sasuke dan menarik Sasuke dengan cepat keluar dari bar. Apa yang dipikirkannya jika wanita-wanita tadi menelanjangkannya di bar, orang-orang di sekitar mereka pun acuh tak acuh, tidak peduli dengan kegiatan tidak senonoh mereka disalah satu meja tamu, dia bahkan tidak mabuk dan sadar apa yang wanita-wanita itu lakukan.

"Apa yang kau lakukan tadi?" ucapku, memecah keheningan yang sejak tadi melanda perjalanan pulang kami.

"Kau mau tahu?"

Apa itu? Dia sedang mencoba menggodaku? Ahk, kenapa malah aku yang jadi frustrasi atas masalah dirinya.

"Kalau tidak ingin kau beritahu, tidak apa-pa kok, itu kan hakmu," ucapku dengan rasa penuh kemenangan, kau tidak akan bisa menggodaku Sasuke.

Sasuke terdiam cukup lama, apa dia sedang mencoba mencari percakapan baru atau sedang mencoba mencari kalimat yang pas untuk menggodaku kembali. Aku sudah tahu ini bukan masalah yang patut aku ikut permasalahkan, tapi aku sedikit khawatir kepadanya, jika dia menganggapku teman atau tetangga, setidaknya dia menceritakan sedikit masalahnya kepadaku. Ahh~~ aku terlalu berhadap jika dia akan menganggapku orang yang bisa dia ajak bercerita.

"Terima kasih," ucap Sasuke.

"Te-terima kasih? Untuk apa?" Kaget, Sasuke berterima kasih kepadaku, itu ucapan yang langkah untuk dia ucapkan.

"Hm, beberapa hari yang lalu, aku bisa tenang di bar, meskipun suara musiknya yang keras aku bisa berdiam diri disana tanpa harus melakukan apapun, meminum beberapa gelas, tapi tidak sampai mabuk, sampai hari ini, mereka datang dan aku membiarkan mereka melakukan sesuka hati mereka,"

"Kenapa kau membiarkan mereka melakukannya padamu?"

"Entahlah, aku sendiri sudah bosan untuk melakukan hal-hal yang normal,"

"Ada apa denganmu Sasuke? apa kau punya masalah?"

"Kau tidak akan tahu rasanya jika kau punya saudara yang tidak punya belas kasihan, membiarkan orang tuamu tidak berdaya dan menghabisi mereka,"

Aku hanya terdiam dan mencoba mencerna setiap ucapan Sasuke, apa maksudnya? Saudaranya membunuh orang tuanya, apa seperti itu yang dimaksudkan Sasuke. Sepertinya ini adalah masalah terbesar Sasuke yang dia sembunyikan, pantas saja dia hanya tinggal sendirian, setiap bulannya ada uang yang dikirim untuknya, apa itu dari saudaranya, tapi jika saudaranya membunuh, kenapa dia tidak di penjarakan? Sedikit ragu-ragu namun aku mencoba menanyai Sasuke lebih lanjut, aku ingin mengetahui semuanya, semuanya yang Sasuke sembunyikan.

"Kenapa saudaramu tidak di penjara atau dihukum sesuai undang-undang yang berlaku jika dia sudah membunuh?"

"Semua penyelidikan mengarah ke arah seseorang dan pelukanya bukan kakakku, tapi aku yakin, kalau dia adalah dalang dari semua pembunuhan itu," ucap Sasuke dan kini tatapannya hampa.

"Dari mana kau tahu kalau kakakmu adalah dalangnya?" ucapku semakin penasaran.

Sasuke kemudian menceritakan kronologi orang tuanya dibunuh, saat Sasuke masih berumur 5 tahun, Sasuke sangat jelas mengingat kakaknya itachi uchiha memegang sebuah pistol dan menembak kedua orang tuanya di dalam ruangan tamu yang sedikit gelap dan hanya diterangi cahaya bulan sepintas, Sasuke yang masih anak-anak hanya bisa mematung dan berlinang air mata menatap kedua orang tuanya tewas. Saat di persidangan, Itachi mempunya alibi tersendiri dan ucapan anak berumur 5 tahun yang masih tidak bisa dianggap sebagai pernyataan menjadi seorang saksi. Setiap mengingat ucapan itachi, dia merasa semakin sakit dan frustrasi, Itachi sudah meyakinkannya bahwa dia bukan pelakunya, namun mustahil, Sasuke semakin membencinya.

Cerita Sasuke berakhir dan kami kini sudah berada tepat didepan rumahku.

"Jangan pernah ceritakan masalahku ini ke siapapun," ucapnya.

"Iya, aku tidak akan menceritakannya,"

Sasuke tidak mengucapkan apa-apa lagi dan berjalan menuju rumahnya. Aku hanya bisa mematung memandangnya dan berpikir sejenak, bagaimana caranya biar aku bisa menghilangkan rasa frustrasimu itu, aku sama sekali tidak bisa membaca pikirannya.

"Masuklah, kau akan sakit, udara semakin dingin,"

"I-iya, aku akan masuk," ucapku kaget, ternyata dia masih berdiri depan pagarnya dan menatapku sejenak yang sedang sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Sampai jumpa besok, dan jangan mencoba membantuku, aku tidak suka itu," ucapnya lagi dan kini sudah menghilang dibalik pintu putih rumahnya.

Ba-bagaimana bisa dia membaca pikiranku, baru saja aku mencari ide yang bagus untuk membantunya, malah langsung ditolak tanpa aku tanyai terlebih dahulu. Aku hanya bisa pasrah dan masuk ke dalam rumahku, sedikit gelisah bercampur khawatir jika Sasuke kembali ke bar, dari arah jendela kamar, aku bisa melihatnya jika dia tiba-tiba saja keluar, apa yang aku lakukan?, aku seperti mata-mata yang siap menangkap seseorang jika dia ketahuan keluar dari rumahnya.

Pukul 24 : 15

Mataku sudah sangat berat dan sepertinya ada kuliah pagi besoknya, aku rasa sudah cukup untuk hari ini, aku bukan ibunya yang selalu harus mengaturnya setiap hari, ku langkahkan kakiku dengan mata yang sudah sangat ingin tertutup, merebahkan diri dikasur dan mencoba menyamankan posisi tidurku.

"Berharap dia tidak keluar malam ini," gumamku perlahan dan detik berikutnya aku sudah terlelap.

Normal Pov

Pukul 24 : 15

Sasuke hanya membaringkan tubuhnya di kasur tanpa menutup matanya, memandangi langit-langit kamarnya. Dia ingat jika sudah menceritakan masalah peribadinya ke Sakura, berharap gadis itu tidak menceritakan ke orang lain, tapi Sasuke tahu, jika Sakura tidak akan melakukan hal itu, meskipun Sakura baru-baru saja akrab dengannya, Sasuke sudah lebih dulu memahami sikap tetangganya yang berambut softpink itu. Tanpa Sadar Sakura selalu mengeluarkan sikap aslinya saat berbicara dengan orang lain atau menyapa orang lain, semua hal itu tanpa sengaja Sasuke perhatikan.

Sedikit terukir senyum di wajah Sasuke saat mengingat Sakura yang seperti seorang istri yang marah besar menemukan suaminya yang sedang selingkuh, menarik para wanita itu satu-persatu dan mendorong mereka dengan keras ke lantai, Sasuke hanya menatap Sakura dan membiarkannya menariknya menjuah dari wanita-wanita yang sedang berteriak geram dan marah akan tingkah Sakura secara tiba-tiba, mereka ingin sekali membalas Sakura namun terlambat, Sakura dan Sasuke sudah menghilang dari pintu bar.

Sakura berlari menarik Sasuke sampai ke jembatan, yang seharusnya Sasuke ingin tertawa, tapi dia malah membuat wajah seakan-akan marah terhadap sikap Sakura dan sengaja tidak menatap Sakura dengan matanya.

Beberapa bulan ini, Sasuke semakin akrab dengannya, mereka sekelas dan mau tidak mau mereka akan selalu bertemu, Sakura yang tinggal jauh dari orang tuanya dan menempati rumah yang orang tuanya dulu tinggal, sekarang mereka lebih memilih tinggal di kota Suna, tempat kelahiran Sakura, Sasuke yang juga tinggal sendiri, menempati rumah yang di beli oleh kakaknya, Itachi Uchiha, dan Itachi sendiri sibuk berada di luar kota untuk menjalankan perusahaan Uchiha, Meskipun Sasuke tidak menyukai kakaknya, kakaknya tidak tinggal diam dan terus meyakinkan Sasuke bahwa dia tidak melakukan apapun terhadap orang tua mereka, setiap bulan Itachi akan mengirimkan uang kepada Sasuke.

Sasuke berbalik menghadap kesamping dan mencoba tidur, malam ini dia tidak berniat untuk keluar lagi, dia memilih untuk tertidur lelap agar gadis yang sedikit cerewet terhadapanya tenang dan tidak mengkhawatirkannya lagi.

.

.

.

"Aku kesiangan...!" teriak Sakura frustrasi, dia secepat kilat menuju kamar mandi, dengan tergesa-gesa memakai bajunya dan berhenti sejenak di dapur hanya untuk meneguk segelas air putih, Menyambar tasnya di meja, menaruh beberapa buku untuk mata kuliah hari ini, Sakura kembali tergesa-gesa memakai sepatunya, mengunci pintu rumah dan bersiap melakukan lari pagi, ralat, lari terlambat.

Langkahnya terhenti saat melihat Sasuke baru juga keluar dari rumahnya dengan gerakan yang santai dan pelan-pelan mengunci pintunya, Sasuke berjalan keluar dan kini menatap Sakura. Rasanya Sasuke ingin tertawa sekeras mungkin, namun tetap ditahannya, yang terlihat dihadapannya, wajah Sakura yang kusut, cukup terlihat setengah lingkaran hitam dibawah matanya, Sasuke merasa dia terjaga sepanjang malam, Apa Sakura tidak tidur demi mengawasiku kemarin malam? Gumam Sasuke, rambut Sakura sedikit berantakan, napasnya tergesa-gesa, seperti sudah melakukan lari marthon.

"Kenapa kau santai sekali, cepat, nanti kita terlambat!" ucap Sakura dan sudah siap mengambil ancang-ancang untuk berlari lagi.

Sasuke hanya terdiam dan melirik kembali jam tangannya, Pukul 06:30, setelah menatap jam tangannya Sasuke kembali menatap Sakura.

"Ada apa? Kenapa menatapku?" ucap Sakura.

"Apa kau sudah melihat jam mu?"

"Sudah, dan itu menujukkan pukul 09:00, kita sudah terlambat, prof, Kakashi paling tepat waktu datang dan sekarang aku sudah telat sejam,"

Sasuke berjalan perlahan dan mendekati Sakura.

"A-apa maumu? Pokoknya ayo cepat sebelum kita terlambat,"

Sasuke berjalan dan memperlihatkan jam tangannya tepat di depan mata Sakura. Sakura menatap lebar-lebar jam tangan Sasuke dan rasanya Sakura ingin berbaring di aspal tempatnya berdiri.

"Sebaiknya aku istirahat sejenak sebelum berangkat," ucap Sakura dengan nada lelah, berbalik perlahan dan berjalan menuju rumahnya.

"Apa kau baik-baik saja?" ucap Sasuke sebelum dia benar-benar sampai didepan teras rumahnya.

"Hmm, iya, sepertinya aku baik-baik saja," ucap Sakura tanpa mengubah posisinya, mengambil kunci di tasnya dan segera masuk ke dalam rumahnya.

Sasuke lantas kembali berjalan santai dan berhenti sejenak, merasa ada sesuatu yg tergeletak di jalan, Sasuke berbalik dan tersenyum simpul, Apa ku kembalikan atau nanti saja, gumamnya, Sasuke menatap buku catatan yang tertulis 'Haruno Sakura' disudut paling bawah buku itu, Sasuke melihat sepintas rumah Sakura yang sepertinya si pemilik rumah tidak mengeluarkan suara apa-apa, mungkin saja tidur, pikir Sasuke, dia kembali memperlihatkan senyum simpulnya dan beranjak dari tempatnya.

Benar saja, didalam rumah, Sakura memilih tidur sejenak di sofa, menyetel alarm di ponselnya, dia betul-betul terlihat lelah, apa memperhatikan dan menjaga Sasuke adalah tugasnya? padahal Sasuke sama sekali tidak memintanya untuk melakukan semua itu, lebih tepatnya si wajah dingin itu tidak tahu sama sekali apa yang dilakukan si nona Haruno ini, jatuh cinta, yaa.. mungkin saja Sakura melakukannya karena perasaannya yang lebih terhadap Sasuke.

Kriiiiiiinggggggg...!

Alarm dari ponselnya memaksa nona berambut softpink ini harus mengakhiri waktu tidurnya, Sakura bangun perlahan, meregangkan badannya, mengangkat tinggi-tinggi kedua tangan hingga akhirnya dia siap untuk meninggalkan sofa empuknya dan berjalan perlahan keluar dari rumahnya menuju tempat pemberhentian bus untuk ke kampus, Sakura berhenti sejenak didepan pagar rumah Sasuke,'terkunci' si pemilik rumah sepertinya sudah keluar sejak dia tertidur, Sakura kembali berjalan sedikit cepat, takut ketinggalan bus yang datang tepat waktu.


"Ada dimana, yaa?"

Sakura sibuk membongkar-bongkar tasnya, meneliti satu-persatu benda yang ada didalam tas, namun yang dicarinya tidak juga ketemu, gerak-geriknya membuat Ino Yamanaka, Sahabat Sakura, mengerutkan aslinya menatap Sakura yang sangat tidak tenang.

"Ada apa, Sakura?"

"Buku catatanku hilang, ya ampun, itu buku catatanku yang paling lengkap,"

"Apa kau tidak melupakannya di rumah?"

"Tidak Ino, aku jelas-jelas sudah menaruhnya didalam tas,"

"Terjatuh?"

Sakura menghentikan sejenak kegiatan mencarinya dan berpikir,"apa mungkin terjatuh? Sepertinya tasku baik-baik saja, dan tidak terbuka saat aku kesini,"

"Hmm, mungkin terselip,"

"Ah, mungkin saja, ya sudahlah, aku akan cari lagi nanti,"

"Oh iya, semalam kau kemana?"

"Kemana, maksudnya?"

"Kau pergi kemana semalam?"

"Aku tidak mengerti maksudmu,"

"Sakura, jangan pura-pura bingung, semalam Sai melihatmu berjalan dengan tergesa-gesa menuju gang-gang yang sepi dan sepertinya disitu tempat yang tidak baik buatmu,"

'Bar'

Sakura tersentak kaget, ada orang yang melihat pergi ke bar untuk memaksa Sasuke pulang.

"Sakura, ada apa?"

Hening Sakura tidak merespon ucapan Ino, dia malah sibuk dengan pikirannya mencoba mencari alasan yang tepat untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan Ino yang nantinya lebih mendetail.

"Sakura, apa kau mendengarkanku!" ucap Ino sedikit keras.

"Ah! Mungkin Sai salah lihat, aku tidak kemana-kemana semalam,"

"Benar kah? Lalu, siapa yang dilihatnya?"

"Entalah,"

"Apa kau sedang mencoba membohongiku?"

"Baiklah, aku mengaku, aku kemarin pergi mencari..mencari..,"

"Mencari Apa?"

"Seekor kucing, iya, seekor kucing, tetangga dekat rumahku meminta tolong untuk membantunya mencari kucingnya, aku mencarinya sampai ke gang-gang sana, aku pikir dia berlari ke arah sana." Ucap Sakura, mencoba meyakinkan Ino.

"Oh, ternyata seperti itu,"

"Memangnya apa yang Sai lihat?"

"Dia hanya melihatmu, dia pikir kau mau kemana atau sedang tersesat, akhirnya dia mengikutimu dari belakang, tapi katanya kau tiba-tiba menghilang,"

Syukurlah, Sepertinya Sai tidak tahu kalau aku masuk ke bar, apa yang nanti dipikirkan Ino, kalau tahu aku masuk ke bar, Dasar Sai, mentang-mentang dia pacar sahabatku, dia sampai mau tahu apa yang ku lakukan.

"Sakura, apa kau baik-baik saja?"

"Maaf, aku tadi melamun,"

"Kau ini, akhir-akhir ini apa saja yang kau lakukan? Lihat wajahmu, apa kau begadang terus? Padahal tugas sedang berkurang,"

"Aku agak susah tidur malam, sepertinya aku kena insomnia,"

"Jaga kesehatanmu, jangan sampai Sakit,"

"Terima kasih Ino, kau juga harus jaga kesehatan,"

Sakura menghela napas panjang saat berjalan pulang, Ino sudah seperti keluarga baginya, jika Ino merasa ada yang tidak beres, pasti saja Sakura dapat omelan, jika Ino sampai tahu tindakannya semalam dan tindak-tindakan super heronya untuk seseorang yang tidak tahu apa tertarik padanya atau tidak sama sekali.

"Sakura,"

Seseorang menyapanya dari arah samping, Sakura berhenti berjalan dan berbalik, melihat lagi si mata onyx yang kedua kalinya untuk hari ini, selama dia kelas dia tidak akan mengamati atau melirik-lirik Sasuke yang sibuk dikerumuni teman-temannya, Naruto, Shikamaru, Kiba dan Chouji, Sakura berpikir apa teman-teman akrab Sasuke tahu dengan keadaan sebenarnya dari orang yang selalu terlihat tenang ini. Sakura kembali sibuk dengan pikirannya, ini seperti sebuah kesempatan untuk Sasuke, bisa menatap Sakura lebih lama, sebelum dia menyadarkan Sakura dari lamunannya.

"Jangan terlalu banyak berpikir," telunjuk Sasuke mendarat pelan di jidat Sakura dan sedikit mendorongnya kebelakang, membuat wajah Sakura terangkat ke atas dan menatap Sasuke.

"Aku tidak berpikir" ucap Sakura tiba-tiba, mengambli satu langkah kebelakang, membuat jarak antara dirinya dan Sasuke yang sepertinya tadi sudah sangat dekat.

"Hmm,"

"Ada apa?"

"Mau pulang bersama?"

"Tidak biasanya, mana teman-temanmu?"

"Mereka sibuk belajar dengan Shikamaru,"

Ah, tentu saja, mereka bertiga, Naruto yang suka tidur di kelas bahkan suka terlambat, chouji yang sibuk dengan cemilannya, dan Kiba, sama saja dengan Naruto, mereka benar-benar mahasiswa yang sedikit malas.

"Kau tidak membantu Shikamaru?"

"Aku sudah membantu mereka, kemarin, jadi hari ini Shikamaru, kami bergantian mengajari mereka, jika tidak seperti itu, mereka terancam tidak lulus."

"Kau membantu mereka belajar? Aku pikir kau akan seperti sikapmu seperti biasanya, cuek dengan mereka,"
"Kau tidak bisa menilai seseorang hanya dari sampulnya saja"
"Maaf, Ternyata kalian peduli satu sama lain,"

"Hn? Apa kami tidak terlihat seperti itu?"

"Yang aku tahu kalian hanya akrab saja, aku tidak sampai berpikir seperti kalian mau saling membantu, sepertinya kalian berteman sudah cukup lama,"

"Tentu, seperti kau dan Ino,"

"Dari mana kau tahu kalau aku bersahabat dengan Ino?"

"Tingkah kalian sudah dapat terbaca, kalian sahabat akrab,"

"Yaah, kami memang sudah berteman sangat lama,"

"Jadi, apa kita akan hanya berdiri disini dan tidak pulang?"

Sakura hanya tersenyum dan mulai melangkahkan kakinya disusul Sasuke, mereka menuju parkiran. Kampus mereka lumayan jauh, Sakura setiap harinya harus menaiki bus dan Sasuke lebih memilih menaiki motornya yang terlihat seperti model motor GP, Sasuke sengaja memilih warna hitam untuk badan motornya, dia tidak terlalu suka dengan warna-warna cerah, sesampainya di parkiran, Sasuke memberi helm kepada Sakura,

Sejak kapan dia membawa dua helm? Guman Sakura, merasa aneh, jika dia membawa dua helm, biasanya dia pergi sendiri tanpa membawa dua helm, apa dia bersama seseorang saat pergi ke kampus.

"Apa kau sedang membonceng seseorang?"

"Tidak,"

"Kenapa membawa dua helm?"

"Kebetulan saja,"

"Apa itu sebuah alasan?"

"Tidak, aku hanya kebetulan saja membawa dua helm,"

Sakura menatap curiga ke arah Sasuke, merasa Sasuke sengaja membawa dua helm untuk dirinya satu, tapi pikiran itu segera di hapus Sakura, mana mungkin Sasuke sengaja ingin mengajaknya pulang bersama.

Sasuke sudah memakai helmnya dan menstater motornya, untung saja hari ini Sakura mengenakan celana panjang, dia dengan mudah naik ke motor Sasuke, tempat duduk motor Sasuke sedikit condong kedepan, mau tidak mau Sakura akan mencondongkan tubuhnya ke arah Sasuke, Sakura menghela napas sejenak, tas ransel Sasuke yang ada dibelakang menjadi penghalang antara dirinya dan Sasuke, bisa saja dalam perjalan Sakura akan segera pingsan karena tubuhnya dan tubuh Sasuke berdempetan tanpa ada pembatasan.

"Berpeganganlah, jangan sampai kau jatuh," ucap Sasuke sebelum menjalankan motornya.

Sakura tidak berpikir untuk langsung melingkarkan lengannya di pinggang Sasuke, dia memilih mencengkram tas Sasuke kuat-kuat, dan hal itu membuat Sasuke sedikit tidak nyaman, seperti membawa tas yang berisi banyak buku. Mungkin belum saatnya, Sasuke berpikir Sakura masih menjaga jarak dengan dirinya, dia merasa Sakura tidak ingin ada kesalahpahaman lain.

Motor Sasuke sudah melaju di jalan raya, Sakura memilih diam dan menatap ke arah helm Sasuke, Sasuke sendiri tidak berbicara sepatah kata pun, mereka berkendara dalam keadaan diam. Terasa sedikit senang di hati Sakura, untuk pertama kalinya Sasuke mengajaknya pulang bersama, timbul pertanyaan dibenaknya, apa Sasuke selalu membonceng seorang gadis dengan motornya? Sakura mencondongkan tubuhnya dan kepalanya kini sedikit miring kiri, mencoba berbicara dengan Sasuke meskipun suara angin lebih keras.

"Apa kau pernah membonceng orang lain sebelumnya?"

"Apa?"

Sakura kembali mencondongkan tubuhnya dan dagunya sudah berada di bahu kiri Sasuke, Sasuke yang merasakan ada yang bersandar di bahunya sedikit menoleh dan kembali fokus ke jalan.

"Apa kau pernah membonceng orang lain sebelumnya?" Sakura menghulang pertanyaannya, berharap Sasuke mendengarnya.

"Tidak pernah, kau orang yang pertama,"

Sakura segera menjauhkan dirinya, mengembalikan posisinya yang sedikit tegap dan kembali menatap helm Sasuke. wajahnya memerah, untung saja Sasuke tidak bisa melihat kebelakang. Bisa-bisa Sakura langsung mendorong Sasuke jika tahu wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Sasuke merasakan Sakura sudah memperbaiki posisinya, agak menjauh darinya dan itu sedikit membuatnya kecewa.

Hening, dalam perjalanan mereka kembali tidak berbicara apapun, menit berikutnya mereka sudah sampai didepan rumah Sasuke, Sasuke mematikan motornya, menunggu Sakura turun, merasa Sakura sudah turun, Sasuke menurunkan standar motornya, membuka helm dan turun dari motornya. Sakura mencoba membuka helmnya namun sepertinya tersangkut, Sasuke segera membantu Sakura, merona, Sasuke sedikit terkejut dengan wajah Sakura saat ini, pikirannya, apa Sakura sadar jika wajahnya sedikit memerah.

"Apa kau baik-baik saja, Sakura? wajahmu-"

Mata Sakura terbuka lebar. "Aku baik-baik saja! Terima kasih sudah mengantarku," ucapnya tergesa-gesa dan segera berlari ke rumahnya.

Sasuke mematung melihat gadis itu segera kabur dari hadapannya, Sasuke tidak ingin mengganggu Sakura, dia memilih untuk memasukkan motornya di garasi rumahnya.

"Hampir saja dia melihat wajahku, ah, tidak! Dia tadi sudah melihatnya, ya ampun Sakura, kau bodoh sekali, kenapa harus sampai harus berwajah seperti itu," ucapnya pada dirinya sendiri, langkahnya menuju dapur dan segera mengambil air minum dan meneguknya dengan sedikit tergesa-gesa.

Sakura merasa wajah meronanya sudah menghilang, tapi gara-gara perlakuan Sasuke membantunya membuka helm membuatnya kembali ber-blushing-ria, dia bisa menatap Sasuke sedekat itu, tali pengait helmnya sedikit tersangkut dan Sasuke harus sedikit mencondongkan wajanya ke leher Sakura untuk memastikan pengait helm yang tersangkut. Rasanya seperti ada yang mengelitik perut Sakura saat menatap Sasuke sedekat itu, dia benar-benar 'tampan' seperti seorang pangeran yang ada di buku-buku dongeng, pikiran Sakura mulai melayang-layang mengingat wajah Sasuke.

"Sadar Sakura, dia tidak menyukaimu, dia hanya baik padamu, jangan sampai kau terlena karena wajahnya," lagi-lagi Sakura menyadarkan dirinya sendiri.

Sasuke benar-benar membuatnya jatuh hati dan Sakura merasa tidak akan melirik lelaki manapun selain Sasuke, apa dia harus berjuang? atau membiarkan keadaan ini berjalan sebagaimana mestinya hingga ada suatu kejaiban yang terjadi antara mereka.


Sakura memilih bersih-bersih halaman rumahnya untuk sore hari, beberapa pohon yang tumbuh di sekitar halaman rumahnya lumayan membuatnya sedikit kotor dengan dedaunan kering yang berguguran.

"Akhirnya kelar," ucapnya bangga dengan pekerjaan yang lumayan cepat kelar.

"Apa kau sudah selesai?"

"Sa-Sasuke, kau menganggetkanku!" Sakura membuang sapunya begitu saja, kaget dengan panggilan Sasuke yang sebenarnya sejak tadi sudah memandanginya saat membersihkan halamannya.

"Kau terkejut?"

"Tentu saja,"

"Sepertinya kau tipe yang fokus dengan satu hal dan tidak memperdullikan sekelilingmu," ucap Sasuke dari seberang pagarnya.

"Aku tidak tahu, mungkin saja, hahaha" Sakura berusaha membuatnya menjadi lucu, padahal tidak ada yang lucu.

"Apa aku bisa meminta tolong?"

"Te-tentu," ucap Sakura, agak sedikit ragu dengan ucapannya sendiri.

"Aku berharap ada yang bisa membuatkan ku makan malam, aku sedikit bosan dengan makanan restoran di luar, bisa kah kau membantuku? Aku sedikit tidak pandai jika masalah dapur,"

Memasak untuk Sasuke? apa ini mimpi? Aku akan membuat makan malam untuk Sasuke, apa yang harus aku lakukan? Menerimanya atau menolaknya, aku mau! Aku mau memasak makanan untuknya.

"Sepertinya kau tidak-"

"Aku mau! Aku akan membuatkanmu makan malam," tegas Sakura.

"Kau tidak keberatan?"

"Tentu saja, sesama tetangga harus saling menolong,kan? mungkin ini bisa jadi ucapan terima kasihku untuk siang tadi,"

"Baiklah, tapi aku tetap tidak keberatan saat mengajakmu pulang tadi,"

"Tidak apa-apa, pokoknya aku merasa berutang, tapi,"

"Hn? Apa?"

"Kau harus menemaniku belanja? Bagaimana?"

"Hn,"

Sakura bergegas berganti pakaian, begitu juga dengan Sasuke, supermarket tidak terlalu jauh dari rumah mereka, mereka memilih untuk berjalan santai sampai kesana, suasana canggung menyelimuti mereka berdua, tapi sepertinya itu cuman dirasakan Sakura, wajah Sasuke benar-benar tenang membuat Sakura yang sedikit melirik ke arah Sasuke tidak bisa membaca apa yang sedang dipikirkan Sasuke.

"Kau mau makan apa?" ucap Sakura.

"Apa saja, asal bukan yang manis-manis, aku kurang suka makanan yang manis,"

"Hmm, baiklah,"

"Jadi? Apa yang akan kau masak?"

"Tidak akan kuberi tahu, lihat saja nanti,"

Senyum tipis terpampang di wajah Sasuke, Sakura sedikit bermain-main dengannya, membuat dia seperti menunggu apalagi yang akan dilakukan Sakura terhadapnya. Saat adegan penarikan dirinya di bar dan Sakura jelas-jelas memarahinya saat di jembatan. Sasuke segera menutup mulutnya dan mengalihkan pandangnya berlainan arah dari Sakura. dia tidak ingin Sakura melihatnya sedikit menahan tawanya, mengingat kejadian di bar.

"Ada apa?" tegur Sakura, melihat gerak-gerik Sasuke yang sedikit aneh.

"Tidak ada," ucapnya dan kini memasang wajah temboknya lagi.

"Bagaimana kalau kau menebaknya?"

"menebak?"

"Iya,"

"Jika benar, aku menang apa?"

"Menang apa yaa," Sakura malah baru berpikir sebuah hadiah jika Sasuke menang.

Sasuke masih menunggu jawaban Sakura yang sedikit-agak-lama, saking lamanya, Sasuke kembali bisa memandangi wajah Sakura, namun sedikit lucu bagi Sasuke, wajah bingung Sakura, dia benar-benar berpikir keras hadiah apa jika menang nanti.

"Bagaimana kalau sebuah ciuman?"

"Ciuman? Memangnya siapa yang akan menciummu?"

"Entahlah,"

Detik berikutnya Sakura berhenti berjalan dan Sasuke masih terus berjalan tanpa sadar Sakura berhenti, Sakura menutup mulutnya dengan kedua tangannya, wajahnya benar-benar memerah, Sakura memikirkan orang yang akan mencium Sasuke adalah dirinya, merasa tetangga baiknya tidak berjalan, Sasuke berbalik dan sedikit terkejut melihat wajah Sakura, wajahnya seperti tadi siang, memerah dan dia mematung.

"Sakura, kau baik-baik saja?" ucapnya kembali memasang wajah tembok dinginnya.

"A-aku baik saja!" ucapnya dan berjalan lebih cepat, tidak peduli lagi kalau orang yang menemaninya belanja sudah berjarak sedikit jauh darinya.


Suasana berbelanja sedikit canggung, Sakura benar-benar seperti menjaga jarak dengan Sasuke, membuat Sasuke sedikit risih dengan suasana itu, dia berharap Sakura menariknya, seperti menarik lengannya atau kaosnya atau sedikit bercanda dengan mendorong bahunya, sepertinya yang Sakura lakukan dengan teman-temannya seperti Naruto yang kadang mendapat pukulan di bagian lengannya jika sedikit bercanda dengan Sakura, atau menarik lengan Kiba jika Sakura menemukan seekor anjing liar yang berkeliaran di sekitar kampus, atau mendorong chouji menjauh dari makanannya jika belum menyelesaikan tugas kelompok mereka. Sasuke benar-benar iri dengan beberapa temannya yang selalu dapat bersentuhan dengan Sakura.

"Kare?" ucap Sasuke, saat melihat Sakura mengeluarkan isi belanjaan dan di hitung oleh kasir.

"Eh? Kau bisa tahu hanya melihat bahan-bahannya?"

"Hn, aku sedikit hapal beberapa bahan masakkan, hanya saja aku tidak bisa membuatnya meskipun tahu apa-apa saja bahannya,"

Seorang kasir-wanita- yang menjumlahkan belanja mereka sedang mematung, menatap Sasuke yang masih serius berbicara dan menatap Sakura.

"Ehem," Sakura mencoba menyadarkan si kasir-wanita- ini agar segera sadar dan segera menyelesaikan pembayaran mereka. Sakura sedikit tidak senang dengan tatapan kasir itu, seakan-akan, apa lihat-lihat, jangan coba menggoda Sasukeku, 'Inner Sakura'

Berbelanja sudah selesai, Sasuke yang membayar semuanya, Sakura sama sekali tidak diperbolekan untuk mengeluarkan uangnya. Sasuke meminta agar Sakura memasak didapurnya saja, karena dia tidak ingin Sakura repot lagi dengan peralatan dapurnya.

Ini untuk pertama kalinya Sakura masuk ke rumah seorang cowok dan cowok itu adalah orang disukainya, Uchiha Sasuke, rumah Sasuke sedikit lebih besar dan lebih luas dari pada rumahnya, tapi di dalam begitu sepi, bukan sepi karena orang, Sakura tahu kalau mereka sama-sama tinggal sendirian, tapi karena barang-barang yang terdapat di dalam rumah Sasuke, hanya ada beberapa barang di tiap ruangan, ruang tamu dengan sofa merah maron dengan garis-garis hitam, lampu kristal yang lumayan besar di langit, ruang nonton, di sepanjang dinding tertutupi dengan rak yang penuh dengan buku-buku, Tv layar datar dengan meja panjang tempat dudukan Tv itu, didalamnya tertata dvd film dan musik dan sebuah sofa berwarna krem dengan karpet yang hampir berwarna sama dengan sofa, Sakura meneliti setiap celah di rumah Sasuke, sangat bersih dan semua tertata rapi, tidak banyak barang yang di simpan sembarangan atau barang-barang yang memenuhi ruangan seperti rumahnya yang sedikit ramai.

Memasuki area dapur, Sakura menjadi takjub dengan dapur Sasuke yang tidak jauh beda seperti buku-buku yang tertata rapi, begitu bersih dan semua bumbu-bumbu tertata rapi, Sakura merasa tidak tega untuk sedikit menghancurkan dapur Sasuke, dia berharap tidak terlalu membuatnya berantakan jika masak nanti.

"Sepertinya kau tidak pernah menggunakan dapur ini,"

"Begitulah, dapur ini hanya menjadi pelengkap dari rumah ini,"

"Sayang sekali jika tidak digunakan,"

"Dengan senang hati aku mengijikanmu menggunakannya,"

"Kau harus membantuku, ayo bawa semua bahan dan cuci bersih,"

Sakura mendorong Sasuke masuk ke dapurnya sendiri, Sasuke merasa sedikit senang dengan sikap Sakura, sepertinya Sakura sudah melupakan sikap canggungnya tadi setelah melihat dapurnya, mungkin dapur Sasuke bukan hanya pelengkap tapi sebuah keberutungan untuknya bisa bersama Sakura beberapa jam untuk membuat makan malam.

Meskipun sudah berusaha untuk tidak menghancurkan, tetap saja masakan yang hampir jadi sedikit membuat noda dan bercak-bercak bumbu jatuh ke lantai mau pun di meja dapur, Sasuke tidak terlalu pusing dengan hal itu, semuanya akan bisa dibersihkan, tapi waktu bersama Sakura itu adalah yang sulit untuk di dapat, Sakura mencicipi sedikit rasa kuah karenya, merasa sudah pas, Sakura memanggil Sasuke yang sibuk memotong buah dan menyuapi Sasuke untuk mencobanya juga.

"Bagaimana?"

"Hmm, enak,"

"Okey, apa kau sudah memotong buahnya?"

"Hampir selesai, apa yang mau kau lukan dengan buah-buah ini?"

"Pasti kau akan menyukainya, aku akan membuat puding buah,"

Sasuke kembali membersihkan beberapa buah dan Sakura menyiapkan karenya dan nasi di meja makan, setelah Sasuke kelar, Sakura mengambil alih buah-buah itu dan membuat puding untuk mereka. Tidak begitu lama, Sakura sudah menyimpan pudingnya di kulkas, sejenak mendinginkan puding itu. Di meja makan berbentuk bundar, Sakura dan Sasuke duduk saling berhadapan, membuat jarak mereka sedikit jauh dengan ukuran meja makanan yang sedikit besar, hal ini membuat hati Sakura sedikit tenang karena tidak harus makan dan berdekatan langsung dengan Sasuke, mungkin saja akan membuatnya grogi.

Sasuke yang sedikit kelaparan, duluan melahap makanannya, lagi-lagi suasana canggung mengusik mereka, Sakura mencoba mencari topik pembicaraan agar menghilangkan kekakuan diantara mereka.

"Jadi apa benar, cuman aku satu-satunya yang pernah kau bonceng?"

Bodoh! Sakura! kenapa malah memilih topik yang itu, Sakura menelan ludahnya yang terasa berat, sepertinya dia memilih topik yang salah untuk dibicarakan sekarang.

"Hn, kau satu-satunya gadis yang menaiki motorku, aku tidak pernah membonceng gadis lain sebelumnya," ucap Sasuke dengan wajah tenangnya, merasa seperti pertanyaan ini biasa-biasa saja dan tidak terlalu mengusik makannya.

"Apa kau tidak membonceng pacarmu?"

"Aku masih single sampai detik ini,"

"Bohong, kau berbakat dan sangat tampan, mana mungkin tidak ada gadis yang tertarik denganmu,"

Keceplosan, Sakura tanpa sengaja mengucapkan 'sangat tampan' dengan sungguh-sungguh di hadapan Sasuke.

Sasuke merasa ini seperti ujian tahan ketawa, kenapa tiap kali bersama Sakura dia merasa selalu saja ada yang menggelitik perutnya dan ingin tertawa sekeras-keras mungkin, Sasuke mencoba menguasai dirinya dan tetap memasang pertahannya 'wajah tembok'

"Menurutmu aku tampan?"

Oh tuhan, Kenapa Sakura begitu menggemaskan sekali, aku sampai harus menahan diri dan menjaga image cool di hadapannya, sakura tolong jangan membuatku tidak bisa menahan diri.

"Sedikit," ucapanya menatap ke arah entah kemana.

"Hn?"

"I-itu menurut teman-temanku, mereka sering menceritakan dirimu jika kau sudah keluar dari kelas, mereka selalu bilang kalau kau itu tampan, aku hanya mengucapkan dari pendapat mereka," Sakura membela dirinya.

"Oh," Sasuke kembali menghabiskan makannya yang tinggal beberapa sendok lagi.

Sakura yang sedikit merasa lega namun di dalam hatinya sangat kacau, memakan makananya dengan terburu-buru dan habis dengan cepat.

"Biar aku yang cuci piring dan jangan membantah," ucap Sakura terburu-buru mengambil piring makan Sasuke dan segera menuju dapur.

Sakura sudah menghilang dari meja makan, membuat Sasuke bebas untuk tersenyum lebar dan sedikit menahan suara cekikannya. Sasuke merasa sedikit bahagia, keadaanya yang beberapa hari lalu sudah berubah sedikit demi sedikit akibat tingkah dan ucapan tetangganya itu.

Menghela napas panjang dan Sakura siap untuk membereskan dapur Sasuke, dia tidak ingin Sasuke repot, karena dia yang menggunakan dapur Sasuke, meskipun Sasuke yang memintanya untuk menggunakan dapurnya sesuka hati. Sakura meminta Sasuke untuk bersantai di ruang Tv sambil menunggu selesai membersihkan dapur dan menunggu puding buahnya dingin.

Beberapa menit berlalu, dapur Sasuke sudah bersih dan semua bumbu sudah kembali pada tempatnya semula, piring-piring dan peralatan masak sudah rapi di tempatnya masing-masing, Sakura berjalan perlahan membuka kulkas Sasuke dan mengambil puding buah yang sudah dingin, Sakura meletakkannya di meja masak, memotongnya untuk Sasuke dan untuk dirinya lalu menaruh puding itu di piring kecil, sisa pudingnya Sakura letakkan kembali di dalam kulkas, berpikir untuk Sasuke bisa memakannya lagi besok sebagai pencuci mulut.

Sasuke terlihat santai di sofa panjangnya yang langsung menghadap tv, Sakura memberinya sepiring puding dan menunggu Sasuke mencicipinya terlebih dahulu.

"Apa kau suka?"

"Ada sedikit rasa asam manis dari buahnya, lumayan, setidaknya ini tidak terlalu manis, aku menyukainya"

Sakura tersenyum lebar, menandakan dia senang dengan pencuci mulut yang dibuatnya disukai Sasuke.

"Aku menyimpan sisanya di kulkas, puding ini bisa bertahan beberapa hari, jadi kau bisa memakkannya lagi,"

"Terima kasih, sudah menolongku hari ini,"

"Tidak masalah, aku senang bisa membantumu, kapan-kapan kalau ada perlu, kau bisa memanggilku lagi,"

Lagi-lagi Sakura keceplosan, kalimatnya seperti berharap kalau Sasuke akan meminta tolong lagi kepadanya.

"Hn,"

"Ngomong-ngomong apa yang sedang kau nonton," Sakura mencoba mengalihkan pembicaraan tadi.

"Ju-on,"

Sakura tersentak terkejut dan tidak berani menatap layar tv, jelas sekali Sakura mendengar suara khas dari film Ju-on, Sakura hapal dan sedikit trauma dengan film Ju-on, entah mengapa dia sangat takut dengan hantu wanita yang ada di film Ju-on itu, dulu Ino mengajaknya nonton dan itu membuatnya tidak bisa tidur berhari-hari, tinggal sendiri dan Sakura seperti menjadi parnoid, memikirkan jika tiba-tiba saja dari tangga rumahnya turun hantu yang paling ditakutinya.

Suara mencekam mulai terdengar dari tv dan membuat Sakura tanpa berpikir panjang lompat dan memuluk Sasuke erat-erat, membuat piringnya dan piring Sasuke yang belum sempat disimpannya jatuh di atas karpet, untung saja karpet itu tebal dan melindungi piring itu agar tidak pecah.

"Aku mohon matikan film itu! Aku mohon!" ucap Sakura sedikit teriak.

Sasuke yang kaget dengan tingkah Sakura mencoba mengambil remot tv dan segera mematikannya.

Sasuke sedikit khawatir dengan sikap Sakura yang tiba-tiba, dia seperti anak kecil yang sangat ketakutan, Sakura masih belum melepaskan Sasuke dan tetap memeluknya erat-erat hingga Sasuke menggerakan tangannya dan mengusap perlahan punggung Sakura, berharapan dia bisa menghilangkan rasa takut Sakura.

"Maaf," ucap Sakura, perlahan melepaskan Sasuke.

"Kau mengagetkanku, ada apa, Sakura?"

"Hanya sedikit trauma dengan film horor itu,"

"Kau takut?"

"Aku sangat takut dengan film itu, aku bahkan tidak bisa tidur berhari-hari,"

Kembali ada yang menggelitik perut Sasuke, tapi dia akan terlihat sangat bersalah jika tertawa karena ketakutan Sakura.

"Tenanglah, itu hanya film,"

"Aku tahu itu hanya film dan aku tidak menyukainya,"

"Baiklah, aku tidak akan memutarnya lagi jika kau disini,"

"Piringmu!" Sakura sibuk memungut piring yang sudah tergeletak, pudingnya yang masih ada sedikit mengotori karpet Sasuke. "Aku akan mencuci karpetmu,"

"Tidak usah, biarkan saja begini,"

"Tapi-"

"Tidak apa-apa, lagi pula ada tukang bersih-bersih rumah yang datang setiap hari untuk membersihkan rumahku,"

Akhirnya Sakura tahu kenapa rumah Sasuke terlihat rapi dan bersih, dia punya pembantu, tapi hanya membersihkan rumah dan setelahnya pembantu itu akan pulang.

"Baiklah,"

"Tidak usah peduli dengan piring-piring itu, aku bisa mencucinya, simpan saja di meja,"

"Kau akan repot,"

"Tidak, sebaiknya kau beristirahat,"

Sakura meletakkan piring sesuai perintah Sasuke, dan berjalan menuju pintur keluar, Sasuke mengikutinya dari belakang.

"Terima kasih sudah mengajakku makan malam di rumahmu," ucap Sakura.

"Terima kasih sudah membantuku membuatkan makan malam," balas Sasuke

"Terima kasih sudah membiarkanku menggunakan dapurmu," ucap Sakura.

"Terima kasih sudah membuat pencuci mulut yang pas untukku," balas Sasuke.

Hening sejenak.

Sakura tertawa dan segera menutup mulutnya, Sasuke hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Sakura yang tertawa terbahak-bahak. Mereka seperti orang tua-tua yang sedang saling berterima kasih.

"Hahah, maaf, baiklah, aku sebaiknya pulang, dah,"

"Hn,"

"Sampai jumpa besok,"

"Apa kau mau pergi bersama, besok?"

"Maaf, mungkin lain kali, aku sudah janji dengan Ino,"

"Oh, dah,"

Sakura berjalan santai menuju rumahnya, sebelum masuk kedalam rumah, Sakura melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah seberang, Sasuke membalasanya dengan mengangguk cepat.


Masih ada 10 menit sebelum dosen berikutnya masuk, Sakura sibuk dengan mencatat beberapa hal yang penting di dalam buku catatannya, tatapannya melirik ke arah buku yang satu lalu ke buku yang lain, mencoba mencocokkan catatan yang di salinnya, tangannya tidak berhenti menulis-nulis dan sedikit mencoret-coret beberapa huruf yang salah, kegiatannya berhenti saat sebuah buku disodorkan ke hadapannya, Sakura mendongakan kepalanya dan melihat orang yang memegang buku itu, tatapannya menjadi sangat senang saat melihat buku yang di pegang tetangganya itu.

"Dari mana kau dapat ini? Sejak kemarin aku mencarinya," ucap Sakura senang dan detik berikutnya buku catatan itu sudah ada di dalam pelukkannya.

"Sepertinya terjatuh dan kau tidak menyadarinya"

"Terima kasih, Sasuke, aku senang kau menemukannya, aku sampai bingung harus membuat ulang semua catatan yang ada di dalam buku ini,"

"Hn, oh iya, aku memperbaiki beberapa catatanmu yang seperti kau keliru,"

"Benarkah?" Sakura membuka-buka buku catatannya dan mendapati beberapa koreksi di dalamnya. Rasanya Sakura semakin senang dengan beberapa catatannya yang dia masih bingung dan sudah dibenarkan oleh Sasuke.

"Maaf sudah merepotkanmu, aku terbantu sekali,"

"Tidak masalah,"

"Sekali lagi terima kasih,"

Sasuke mengangguk perlahan dan kembali ke mejanya, beberapa temannya yang melihat tingkah Sasuke, mencoba mengganggunya.

"Oh, jadi sekarang kau akrab dengannya?" singgung Naruto.

"Sepertinya dia jarang berbicara dengan gadis-gadis di kampus, tapi kenapa harus bicara dengan Sakura yaa," tambah Kiba.

"Kau berani sekali dekat dengan Sakura, aku takut dengannya, dia suka memisahkanku dengan cemilan-cemilanku," ucap Chouji, sedikit curhat sambil ngemil beberapa makanan ringan yang setiap hari dibawanya.

"Kalian ini, berhentilah mengganggu Sasuke," ucap Shikamaru, sebenarnya dia tidak terlalu pusing, tapi sepertinya Shikamaru paling paham dengan sikap Sasuke yang tidak terlalu suka jika diganggu.

"Kau tidak seru Shikamaru, kami kan hanya bercanda, Iya kan, Naruto" ucap Kiba.

"Benar-benar, bagaimana tuan Uchiha, apa pendapat anda?"

"Shikamaru, sepertinya kita harus pakai soal-soal yang sulit sebagai standar untuk belajar nanti, bagaimana?"

"Ide bagus, aku setuju,"

Ucapan Sasuke yang mempunyai nilai terbaik pertama dan Shikamaru di posisi kedua ditatap ngeri oleh 6 pasang mata, Naruto, Kiba, dan Chouji, mereka sepertinya sudah salah mencari musuh, mereka kapok untuk mengganggu Sasuke dan memohon-mohon untuk mengembalikan sistem soal seperti semula.

Di kursi seberang, Ino menatap curiga ke arah Sakura.

"Sejak kapan kalian berbicara? Seperti sudah sangat akrab,"

"Aku pikir tidak ada salahnya berbicara dengan teman satu kelas,"

"Tapi kalian jarang berbicara, tiba-tiba saja mengobrol akrab,"

"Dia hanya mengembalikan buku catatanku Ino,"

"Hufff, kau sebaiknya tidak sering-sering berbicara dengannya,"

"Ada apa?"

Ino mencondongkan tubuhnya ke arah samping Sakura dan suaranya sengaja di kecilkan lebih ke setengah berbisik.

"Banyak gosep jelek tentang Sasuke,"

"Gosip?"

"Iya, nanti saja kita berbicara, bagaimana kalau sebentar kita ke cafe,"

"Baiklah,"

Sakura menjadi penasaran dengan apa yang akan diceritakan Ino tentang gosip jelek terhadap Sasuke. Selama ini Sakura tidak pernah merasa ada yang aneh dari Sasuke, kecuali beberapa hal yang dia tahu tentang Sasuke yang suka keluar tengah malam, pulang pagi, dan pergi ke bar. Apa ada orang lain yang melihat kelakuan Sasuke itu dan menceritakannya di kampus, tega sekali orang yang menyebar cerita itu jika benar itu hal yang akan di ceritakan Ino.


Sasuke tidak menemukan Sakura berjalan menuju pintu keluar, sepertinya Ino sudah lebih dulu menculik Sakura dan mereka lebih dulu pulang, Sasuke sedikit kecewa, hari ini dia tidak bisa pulang bersama Sakura.

Di cafe, Ino dan Sakura sudah memesan beberapa cake dan minuman, sambil menunggu Ino mulai menceritakan beberapa gosip, dan benar saja, apa yang dipikirkan Sakura tepat sekali.

"Ada yang sering melihat Sasuke keluar masuk bar, dan kadang setiap hari, kadang juga beberapa hari, kau tahu sendiri jika bar di tempat itu sudah terkenal kurang bagus, soalnya terlalu banyak wanita-wanita nakalnya,"

"Aku tahu kok," ceplos Sakura.

"Eh? Dari mana kau tahu?"

"Ah, ma-maksudku aku tahu dari beberapa orang yang bicara soal beberapa bar di Konoha yang tidak baik di masuki orang," Sakura mencoba membuat alasan secepat mungkin, dia sudah tahu keadaan bar di Konoha, Sakura tidak bisa melupakan aksi heronya yang sedikit terngiang saat Ino mengucapkan kata 'bar'.

"Benar, itu bukan gosip lagi, bar-bar di Konoha memang horor dengan wanita-wanita dan pria-pria tidak jelas, oh iya, dan katanya lagi, Sasuke sudah meniduri beberap gadis di kampus dan beberapa wanita di bar yang dia datangi," ucap Ino, mengecilkan suaranya agar cuman Sakura yang mendengarkan setiap ucapannya.

Wajah Sakura sangat terkejut mendengar ucapan Ino, apa itu hanya sebuah gosip atau benar-benar terjadi, Sakura mencoba menenangkan dirinya, mengingat kembali Sasuke dan ucapan-ucapannya saat mereka makan malam bersama.

"Tidak, Ino, sepertinya itu hanya gosip,"

"Kau membelanya? Dari mana kau tahu kalau itu cuman gosip?"

"Itu, anu, aku bisa lihat dari tatapannya, dia sepertinya tidak melakukan hal itu,"

"Yaah, aku juga tidak bisa membenarkannya langsung, soalnya aku juga tidak melihatnya dengan mata kepalaku, sepertinya itu memang hanya gosip,"

"Mungkin saja ada yang tidak suka dengannya, kau sendiri tahu Sasuke itu bagaimana, dia populer dan terpelajar, mana mungkin sikapnya sekotor itu,"

"Lagi-lagi kau membelanya, apa kau menyukainya?"

"Ti-tidak, aku hanya, hanya berpikir kemungkinan terburuk jika berada di posisi Sasuke,"

"Kau ini berpikir kritis sekali dan sepertinya kau mulai perhatian dengannya, oh tuhan, tolonglah sahabatku ini, semoga dia tidak dibutakan oleh si pria tampan dan berwajah dingin itu,"

"Ino, apa yang kau ucapkan, aku tidak perhatian kepadanya, aku hanya berpikir kemungkinan terburuknya saja, hanya itu,"

"Oke, aku hanya merasa kau sedikit lembut di hadapan Sasuke, beda dengan teman-temannya yang sedikit kau kasari, kecuali Kiba dan Shikamaru,"

"Aku tidak mengkasari mereka, hanya saja mereka kadang membuatku sedikit naik darah, terutama Naruto, anak itu tidak bisa diam di tempat,"

"Hahaha, baiklah..baiklah, aku paham maksudmu,"


Ucapan Ino sedikit membuat Sakura kembali penasaran, siapa yang membuat gosip Sasuke meniduri wanita, itu sudah bukan sebuah gosip lagi, tapi sebua fitnah yang harus ditindak lanjuti, Sasuke sepertinya tidak pernah berbuat hal seperti itu, sepanjang yang di tahu Sakura, bahkan Sasuke tidak pernah membawa seorang gadis pun ke dalam rumahnya, kecuali dia, Sakura tahu dia salah satu gadis yang sudah masuk ke dalam rumahnya, tapi Sakura tidak sempat menanyakan, apa ada gadis lain yang pernah masuk ke rumah Sasuke, Sakura menjadi semakin penasaran dengan tetangganya itu, masih banyak hal yang Sakura tidak ketahui, tapi itu bukan hal yang patut Sakura tahu, Sakura merasa seperti orang yang sangat penting untuk mengetahui setiap detail hal-hal yang berhubungan dengan Sasuke, tapi tidak untuk Sasuke yang masih tidak mengenal apa-apa tentang Sakura.

"Sakura,"

"Sa-sasuke!" rasanya jantung Sakura mau copot, sejak tadi dia berjalan pulang menuju rumahnya, dia sibuk dengan pikirannya dan tidak sadar melewati rumah Sasuke dan tidak memperhatikan Sasuke yang menatapnya dari arah pagar.

"Kau melamun?"

"Tidak, aku tidak melamun,"

"Hn, kau berjalan seperti mayat hidup,"

"Tidak, aku berjalan seperti biasanya."

"Aku memanggilmu sampai 3 kali, apa kau dengar?"

"Aku hanya dengar satu kali panggilan,"

"Kau benar-benar melamun, sedang memikirkan apa?"

"Bukan apa-apa, hanya memikirkan tugas,"

"Mau aku bantu?"

"Tidak usah, aku masih bisa menyelesaikannya sendiri,"

"Baiklah," ucap Sasuke dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Sasuke,"

Sasuke menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Sakura, "Hn?"

"Mau makan malam di rumahku? Kalau tidak keberatan,"

"Aku akan datang tepat waktu," ucap Sasuke dan kembali berjalan.

"Jam 7 yaa,"

Sasuke melambaikan tangannya, sepertinya mengisyaratka 'iya' dia akan datang, Sakura terlihat begitu senang dan detik berikutnya begitu panik, rumahnya sedikit berantakan, dia belum beres-beres dan mengundang orang lain ke rumahnya, Sakura segera melangkahkan kakinya, berlari secepat mungkin masuk ke dalam rumah dan membenahi apapun yang tidak terlihat rapi, pikirnya Sasuke orang yang rapi dan tidak suka berantakan.


Seorang gadis tengah menata makanannya dia meja makan, berucap 'masuk saja' kepada orang yang beberapa detik lalu mengetuk pintunya. Sakura masih sedikit sibuk di dapur, Sasuke berjalan masuk dan meneliti ruang tamu Sakura yang bisa dibilang 'Sangat ramai', di lemari rak panjang, penuh buku-buku, bahkan rak itu lebih tinggi dari Sasuke, Buku pelajaran, novel, komik, majala, dongeng, dan beberapa buku lainnya, tertata sesuai abjad, tapi ada beberapa buku nyasar yang tidak pada abjadnya. Prabot-prabot unik yang sepertinya buatan kota lain, lemari kaca yang tertata beberapa hiasan. Apa Sakura suka berpergian? Guman Sasuke, tatapannya kini mengarah ke dinding bercat putih, beberapa foto, seorang pria berambut softpink dan seorang wanita yang berkulit putih, latar foto mereka ada beberapa kota dan tertata rapi di dinding, Sasuke mulai paham, jika semua benda-benda yang membuat ramai ruang tamu Sakura adalah souvenir dari beberapa kota, sepertinya orang tua Sakura suka berpergian, dinding lainnya menampakkan foto Sakura saat masih bayi, balita, anak-anak, dan remaja, semua foto di jejer, pemandangan ini membuat Sasuke tersenyum, bisa melihat keadaan Sakura dari bayi hingga sekarang.

"Tolong jangan menatap foto-foto itu, aku jadi malu, seharusnya aku menyimpannya tadi," ucap si tuan rumah yang sudah siap untuk makan malam.

"Kenapa? Foto-foto itu tidak buruk,"

"Lain kali aku akan menyimpannya saja,"

"Tidak usah, ini jauh lebih bagus jika dipajang seperti ini,"

"Hei, tuan Uchiha, sejak kapan kau bisa menilai foto-fotoku bagus atau tidak untuk dipajang?"

"Sejak hari ini,"

"Jika bukan aku yang mengundangmu, akan ku usir kau sekarang," Sakura menutup mulutnya menahan tawa.

Sasuke hanya tersenyum tipis, tahu jika Sakura sedang mencoba membuat lelucon untuk dirinya.

"Baiklah, aku akan segera pulang, tapi, aku harus membersihkan piringku terlebih dahulu,"

"Oh tentu, kau harus membersihkannya,"

"Dengan senang hati, nona Haruno,"

"Pfff, hahahahah, sudahlah, hahaha aku tidak bisa menahannya laginya," tawa Sakura meledak, mereka seperti sedang beradegan drama.

Sasuke mencoba menahan tawanya, dia harus kembali menahan egonya untuk tidak merusak image 'cool'nya di hadapan Sakura, dia tersenyum tapi detik berikutnya wajahnya kembali seperti semula.

Mereka mulai memakan spagetinya masing-masing, hari ini Sakura membuat spageti saus tomat dengan beberapa gading cincang halusnya dan beberapa bumbu yang membuat saus spageti Sakura begitu memanjakan lidah, Sasuke sangat menyukainya, akhirnya dia bisa mencoba makanan dengan tambahan buah kesayanganya 'tomat' tanpa harus membuatnya menjadi jus terlebih dahulu.

"Apa kau suka?"

"Iya, ini enak, aku suka sausnya,"

"Terima kasih, ini saus turun temurun dari keluarga Haruno, Ibuku sempat mengajariku membuatnya,"

"Hmm, berharap kau bisa membuatnya lagi,"

"Nanti aku buatkan lagi,"

"Oh iya, tadi siang aku tidak melihatmu keluar kampus,"

"Ino mengajakku ke cafe,"

"Hn, kalian memang sangat akrab,"

"Ya begitulah,"

Sakura mengingat ucapan Ino dan membuatnya penasaran, pertanyaan-pertanyaan untuk Sasuke memehuni kepalanya, dia merasa perlu mengetahuinya lebih detail, apa Sasuke benar-benar seburuk itu dimata orang yang menggosipkannya. Sakura terdiam, dia mengurungkan niatnya untuk bertanya hal pribadi Sasuke, ucapan Sasuke ikut melintas di kepalanya, Sasuke sudah bercerita tentang hal yang sangat-sangat pribadi, bahkan itu adalah masa lalu Sasuke yang sangat tidak baik jika dia ceritakan, tapi kenapa Sasuke mau membeberkan semua masa lalunya.

Sasuke memperhatikan Sakura yang hanya memain-mainkan garfunya, matanya tertuju pada meja tapi tatapannya kosong, Sasuke merasa Sakura sedang sibuk dalam pikirannya.

"Ehm,"

Sakura tersentak kaget dan langsung menatap Sasuke dengan piringnya yang sudah bersih, hanya ada noda bekas saus yag tertinggal disana.

"Apa kau mau tambah lagi? Aku buat agak banyak tadi,"

"Boleh,"

Sakura berdiri dan mengambil piring Sasuke, berjalan ke dapur dan mengambilkan lagi spageti untuk Sasuke. Sakura meletakkannya di depan Sasuke dan kembali ke tempat duduknya semula.

"Ada apa? Dari tadi kau hanya melamun, seperti watu sore tadi,"

"Tidak apa-apa kok, aku baik-baik saja, aku tidak sedang melamun, hanya saja terlalu banyak hal yang mengusik pikiranku,"

"Mau berbagi cerita denganku?"

"Aku tidak yakin kau akan suka dengan cerita ini,"

"Mau bertaruh?"

"Tidak ada hadiah ciuman!"

"Hn? Tidak, tidak menggunakan hadiah apapun,"

"Lalu?"

"Aku hanya ingin memastikan kau akan percaya padaku dan mau menceritakan apa pun yang kau pikirkan sekarang, bagaimana nona Haruno?"

"Hmm, mungkin setelah selesai makan,"

"Hn,"


Di atas sofa krem milik Sakura, dia dan Sasuke duduk bersampingan dan ada beberapa jarak antara mereka, Sasuke memilih ocha sebagai minumanya dan Sakura dengan coklat hangatnya, Tv Sakura hanya menampakkan siaran film yang tidak di nonton mereka.

"Sejak kapan kau mulai ke bar?"

Ah? Kenapa malah bertanya seperti itu Sakura, memangnya kau ini polisi yang sedang mengintrogasi tersangkah,

"Maaf, kalau pertanyaanku terlalu pribadi, tidak apa-apa jika tidak ingin menjawabnya," ucap Sakura meminum coklat hangatnya dan menatap ke arah lain.

"Sejak umurku sudah cukup untuk masuk ke bar," ucap Saske, tatapannya fokus ke tv, tapi sepertinya tidak sedang memenonton.

"Apa kau ke bar hanya untuk menghibur diri?"

"Mungkin saja,"

"Sebaiknya kau hentikan itu," Sakura langsung menutup mulutnya dan detik berikutnya membukanya perlahan,"A-aku tidak bermaksud apa-apa, itu kan hakmu, lupakan ucapanku tadi," Sakura keceplosan, rasa untuk melindungi Sasuke begitu membara dalam dirinya.

Sasuke menutup mulutnya, mencoba menahan tawa akibat ucapan Sakura.

"Ada apa?"

"Tidak, jadi...kau benar-benar ingin aku berhenti datang ke bar?"

"Aku hanya bercanda tadi, kau bebas ke bar kok,"

"Benarkah?" Sasuke menatap Sakura dengan tatapan ingin meminta jawaban jujur Sakura.

Yang di tatap hanya mematung, dia sedang terpesona dengan wajah Sasuke.

"Sakura,"

"Ma-maaf, yaah, aku pikir sebaiknya kau tidak usah bar, jika kau merasa setres dengan keadaanmu, kau bisa jalan-jalan atau membaca buku atau berolahraga,"

"Apa itu perintah?"

"Bukan semacam perintah, aku hanya memberi saran,"

"Hn,"

"Hm, aku ingin bertanya sesuatu, semoga kau tidak marah dengan pertanyaanku ini,"

Sasuke menatap serius ke arah Sakura, Sakura hanya menatapa ke dalam coklat hangatnya dan tidak ingin menatap langsung ke arah Sasuke.

"Banyak gosip yang beredar, apa kau suka membawa seorang wanita ke rumahmu dan melakukan hal 'itu'?"

Tatapan Sasuke menjadi santai, dia merasa Sakura hanya sedang memastikan tentang gosip yang bagi Sasuke hanya sebuah gosip dan hal itu tidak sedikit pun mengganggu dirinya.

"Menurutmu?"

"Kenapa malah bertanya balik?"

"Kau percaya akan gosip-gosip itu?"

"Aku percaya padamu," ucapnya kini menatap Sasuke, tatapannya bersungguh-sungguh mempercayai Sasuke.

"Aku senang mendengarnya, aku bisa pastikan kepercayaanmu itu,"

Sakura terlihat senang, sejak Ino bercerita, Sakura yakin jika Sauske tidak mungkin melakukan hal itu. Sakura merasa lega dengan semua jawaban Sasuke, dia sama sekali tidak kecewa dan Sakura semakin percaya dengan Sasuke.

"Sudah ku duka, kau memang tidak seperti itu,"


Ting-tong...ting tong..

Suara bel di pagi hari mengusik tidur Sasuke, hari ini adalah hari libur, Sasuke hanya menghabiskan liburnya untuk tidur seharian, suara bel di lantai bawah semakin menjadi-jadi dan sepertinya yang menekan bel tidak berniat untuk berhenti, dengan sedikit terpaksa dia membuka matanya dan belum berniat untuk turun dari kasur empuknya. siapa? Sasuke jarang menerima tamu, jika itu tukang bersih-bersih rumah, tidak mungkin dia menekan bel, Sasuke sudah memberikannya kunci cadangan, Sakura, yang terlintas dipikirkan Sasuke adalah Sakura, mungkin saja Sakura yang datang untuk menemuinya, tapi kenapa sepagi ini? Dengan sedikit malas Sasuke bangun dari kasurnya dan berjalan menuruni tangga tanpa mencuci muka atau sekedar merapikan rambutnya, meskipun baru bangun tidur wajahnya tetap terlihat tampan, rambutnya sedikit berantakan. Dengan kaos putih polos dan celana hitam selututnya, Sasuke berjalan menuruni tangga rumahnya, memutar kunci dan membuka pintu.

"Selamat pagi, Sasuke,"

Detik berikutnya Sasuke langsung menutup pintunya dengan sedikit membanting. Itachi datang mengunjunginya.

-TBC-


terima kasih sudah sempat untuk membaca...*senang*

tiba-tiba dapat ide untuk buat cerita ini, berharap tidak PHP "pemberi harapan palsu" soal kelanjutannya, ceritanya masih sangat panjang, sepertinya, heheheheheh dan semoga bisa update dengan cepat, *semangat*
untuk Pair, masih simpang siur, masih bingung untuk memasukkan karakter orang ke tiga ke empat dan lain-lain, "spoiler" hahahahahah

akhir kata mohon di reviewnya yaaaa...,

SASUKE FANS