a/n: Assalamu'alaykum semuanya, maaf ya, dateng-dateng vea bawa cerita baru lagi bukannya ngelanjutin yang udah ada... Habisnya ini vea janji mau publish cerita ini tapi belum terlaksana juga. Baru bisa sekarang nih..^^ Mungkin agak sedikit berbeda dengan Idol's Love Story. Di sini, Kazusa nya bersikap tsundere sementara Jin nya terkesan mesum, xixixi, kita lihat kisah cinta mereka di Paris! XD

Aiko Enma: Yup, udah dilanjutkan nih dalam bentuk sequel. Mungkin sequelnya akan multichap, tergantung permintaan readers^^

Magical Rima: Ada kok lanjutannya, tapi maaf ya karena baru bisa vea publish sekarang^^

Airuna: ?

No Name: Insya allah, ini saya mulai kembali lanjutin ceritanya, mudah-mudahan suka ya^^


Cerita ini spesial untuk:

_Jia yang tidak bisa ku mengerti jalan pikirannya_

_Kang HIP yang udah mau nemenin vea apapun yang terjadi_

_Iyan yang udah berubah_

_Para pembaca Idol's Love Story_

_Kamu yang udah mau luangin waktu membaca cerita ini_


Mon amour à Paris


Sequel from "Idol's Love Story"


Kamichama Karin ; Kamichama Karin chu © Koge Donbo

Mon amour à Paris © Invea


.

.

First Day : Live With You

.

.

"Ke—Kenapa harus 1 kamar?" bentak Kazusa kesal. Gadis itu, dan pemuda yang dicintainya baru saja sampai di sebuah apartemen sederhana di Paris. Pemuda itu melepas jaket hitamnya dan menggantungkannya di tempat penggantungan pakaian kamar itu. Ia lantas duduk di sofa.

"Mau bagaimana lagi, karena harusnya aku berangkat ke sini 3 minggu yang akan datang, jadi aku sama sekali tidak mempunyai tempat untuk tinggal sekarang," terangnya santai. Gadis berhiaskan telinga kelinci itu mendengus.

"Di sini kan ada banyak hotel, juga apartemen. Selain itu, kau kan artis, pasti uangmu cukup untuk menyewa 1 kamar,"

"Malas ah, sewanya mahal,"

"Bermodal sedikit kenapa?" ujar Kazusa kesal. Pemuda itu terkekeh.

"Ayolah, atau kau mau aku kembali ke Jepang untuk menghancurkan kehidupan pengantin baru itu?" ancamnya. Kazusa menelan lidah. Pemuda ini memang sangat pandai bermain kata.

"Baiklah, baiklah, tapi kau tidak boleh tidur di kamar—karena apartemen yang di sewa hanya memiliki sebuah kamar. Kau tidur di sofa!" Kazusa mengalah.

"What did you say? Bintang idola harapan bangsa sepertiku harus tidur di sofa? No way! Ogah ah!" tolaknya. Ia kemudian menggembungkan pipinya, seperti anak kecil saja.

"Terus mau tidur di mana? Di atap?" Kazusa mulai kesal.

"Kenapa kita tidak tidur sekamar saja?" tanya Jin menggoda. Ia tersenyum menyeringai mesum.

"Dasar idola rendahan!" Bug! Kazusa meninju pipi Jin dengan sangat keras. Pemuda berambut gelap itu sampai terjungkal ke belakang.

"Aw! Aku kan hanya bercanda," ujarnya sembari mengusap-usap pipinya yang kini membengkak.

"Ngga lucu!" Gadis itu kemudian mengambil kopernya dan berjalan ke kamar tidur satu-satunya.

Brak! Dia menutup keras pintu itu, membuat lukisan yang terpampang di dinding sedikit bergetar dan hampir terjatuh. Jin tersenyum menatapnya.

.

.

"Kazusa, kita jalan-jalan yuk," ajak Jin sembari mengetuk pelan pintu kamar adik Kazune itu.

"Aku sibuk," Sahutan dingin dari dalam kamar membuat pemuda itu menelan ludah.

'Rupanya dia masih marah,' pikirnya.

"Ku belikan ice cream deh," bujuk Jin.

"Aku bukan anak kecil yang bisa kau bujuk dengan ice cream!" bentak Kazusa. Ia masih belum mau membuka pintu kamarnya untuk menatap wajah sang idola.

"Kalau begitu, ku belikan boneka deh," bujuk Jin lagi. Kazusa semakin kesal.

"Apalagi benda seperti itu! Aku bukan anak kecil!"

"Ya sudah, kalau kau merasa sudah besar, ku beri ciuman saja ya~!" ujar Jin santai. Amarah Kazusa semakin memuncak.

"Apa kau pikir aku ini wanita murahan!" Bug! Terdengar suara bantal yang dilemparkan Kazusa mengenai pintu kamar. Jin hanya merinding dari luar.

"Aku kan bercanda. Ayolah, temani aku jalan-jalan," Jin merajuk.

"Ndak mau!"

"Ayolah,"

"Ogah!"

"Cuacanya cerah lho,"

"Biarin aja!"

"Ya sudahlah kalau kamu ngga mau, aku kencan dengan cewek lain saja," ancam Jin.

"Ugh, baiklah, baiklah, aku ganti baju dulu,"

"Yes!" gumam Jin senang. Dia terkekeh sendiri.

.

.

Tak lama kemudian, Kazusa keluar dari kamarnya seraya menggunakan rok selutut, sebuah cardigan merah muda pupus, dengan kaus t-shirt warna putih pink. Tak lupa ikat rambut berhiaskan telinga kelinci khasnya. Jin tertegun menatapnya dari atas sampai ke bawah.

"Do... Doushite? Apa ada yang aneh dengan dandananku?" tanya gadis berambut pirang itu dengan sebuah semburat merah terhias di wajahnya.

"Manis kok. Hanya saja, telinga kelinci itu terasa mengganggu," jawab Jin cuek. Ia kemudian berjalan keluar.

"Ayo, cepat!" lanjutnya. Kazusa berlari kecil mengejarnya.

.

.

Kazusa terlihat terus memasang wajah cemberut sepanjang perjalanan. Dahinya tampak berkerut seolah pertanda bahwa dia sedang benar-benar dalam keadaan marah. Di belakangnya tampak seorang pemuda berambut hitam yang tengah terus merayunya—meminta untuk dimaafkan.

"Ayolah Kazusa-chan ku sayang, aku benar-benar minta maaf," ujar pemuda berambut hitam itu. Pemuda itu kemudian berusaha menyamakan langkah kakinya dengan gadis itu.

"Kau tahu, tadi itu sangat me-ma-lu-kan! You know that?" bentak Kazusa kesal. Hiasan telinga kelincinya tampak bergerak mengikuti ayunan langkah kakinya. Pemuda itu masih tak menyerah.

"Sayang~ Aku benar-benar lupa tadi. Aku minta maaf deh," sahutnya lagi. Kazusa masih cemberut teringat kejadian memalukan tadi. Mereka berdua tadi setelah jalan-jalan kemudian makan malam di sebuah restaurant bintang lima. Jin bilang bahwa dia yang traktir, Kazusa kemudian memesan makanan secukupnya—tidak terlalu berlebihan karena ia juga tak tega jika Jin harus menguras sakunya sangat dalam. Mereka kemudian makan sangat lahap sampai akhirnya di kasir, Jin baru menyadari bahwa ia ketinggalan dompetnya. Dan uang yang Kazusa bawa saat itu hanya sanggup membayar setengahnya. Jin sempat memohon maaf dan menawarkan tiket konsernya, namun petugas di sana tidak mau peduli dan tetap harus dibayar. Pada akhirnya, mereka diperbolehkan pergi setelah menitipkan paspor Jin sebagai jaminan. Kazusa benar-benar malu saat itu, apalagi mereka menjadi bahan perhatian orang banyak.

"Ngga mau tahu, pokoknya yang besok bayar ke restaurant itu, kamu! Aku ngga mau ikut! Malu-maluin saja!" keluh Kazusa sembari membuka pintu apartemen mereka.

"Iya deh, tapi kamu jangan marah-marah lagi ya?" rayu Jin. Pemuda itu masih belum menyerah jua rupanya.

"Terserah!" Brak! Terdengar suara pintu yang dibanting. Kazusa kini telah berada di kamarnya. Sementara Jin masih terdiam mematung di depan pintu kamar Kazusa. Ia kemudian tersenyum menahan tawa. Agak lucu juga baginya mengingat kejadian tadi. Ia kemudian mengganti pakaiannya dan tidur di atas sofa.

Setelah merasa cukup lama, Kazusa perlahan membuka pintu kamarnya. Ia kini telah memakai pakaian piyama berwarna krem kecokelatan. Manis sekali. Hiasan telinga kelincinya sama sekali tidak terlepas dari kepalanya. Ditatapnya Jin yang tengah terbaring di sofa. Perlahan, Kazusa kemudian mengambil selimut dan hendak menyelimuti pemuda itu.

Trak! Kazusa tersentak saat Jin yang dikiranya telah tertidur malah menarik tangannya sehingga membuat gadis itu jatuh di atas tubuh sang pemuda.

"Khekhekhe, kena kau," gumamnya.

"Kya! Idola rendahan! Lepaskan aku!" seru Kazusa dengan wajah yang begitu merah. Jin hanya tersenyum menyeringai. Dia kemudian mendekatkan mulutnya pada telinga kanan Kazusa.

"Berhentilah bersikap tsundere seperti itu,"

Kazusa bergidik. Ia dapat merasakan setiap desahan nafas yang dihembuskan pemuda itu. Kazusa hendak protes sebelum ia mendengar suara dengkuran kecil dari mulut Jin.

"Zzz,"

Pemuda itu telah tertidur rupanya. Kazusa hendak bangkit namun, pegangan Jin begitu erat hingga ia tak bisa terlepas darinya. Kazusa mengeluh sesaat. Namun, pada akhirnya dia pun tertidur di sana.

.

.

First Day Finished

Do you want to continue the second day?

Review Please?